ditphat.net – Belakangan ini, media sosial sedang dipopulerkan dengan membagikan video-video mengharukan dari para pecinta binatang. Mengapa video yang menunjukkan respons seorang wanita terhadap monyet yang diduga lapar belum dipublikasikan.
Sebuah video yang diposting oleh @tio_russ yang menampilkan seorang penyayang binatang melalui akun media sosial pribadinya mengungkap kondisi memprihatinkan ratusan salib di Bali.
Patah hati melihat situasi tersebut, bankir @tio_russ mengungkapkan bahwa ia merasa tidak tega melihat monyet-monyet itu berjalan-jalan, jumlahnya bisa jadi ratusan di antaranya sedang mencari makan.
Dalam video tersebut, seorang perempuan berkulit hitam mengaku khawatir karena banyak hutan yang ditebang untuk wisatawan di Bali.
Ia berharap video yang dibuatnya dapat menyentuh hati suatu bangsa dan melihat kebenaran dari monyet-monyet tersebut.
“Semoga kalian bisa melihat video ini ya guys. Saya tidak lahir dan besar di Bali, tapi saya sudah tinggal di sini selama separuh hidup saya. “Bali adalah rumahku,” jelas pemilik akun Instagram tersebut dalam postingan video pribadinya.
“Sebagai orang asing, saya menyesal tidak mengetahui kapan saya bisa memelihara ratusan monyet ini. Jumlah orang yang kelaparan semakin bertambah karena pengrusakan hutan dilakukan atas nama pariwisata Bali Selatan.” .”
Menurut sumber, lokasi kejadian berada di Denpasar, Bali.
Tanggapan warganet
Tak lama kemudian, video ofensif yang diposting di media sosial ini berhasil mengundang komentar dari netizen.
Netizen menulis, “Tutup mata Anda terhadap hewan-hewan yang perlu bertahan hidup, karena landak yang dirawat dengan baik akan bergegas menangkap orang… Anda harus menunggu sampai mereka semua hilang sebelum Anda bisa merawatnya”.
“Saya kerja di Nusa Dua. Hotel tempat saya bekerja juga tempat monyet sungguhan. Kalau saya dapat buah-buahan, saya selalu dapat jajan, saya sering memberinya makan dalam perjalanan ke hotel. Kalau saya berangkat, saya taruh di atas.” jalan.
Yang lain berkata: “Saat saya sedang bekerja di Ungasan dekat tempat kerja saya, tanahnya sedang dibuka untuk vila baru. Sore harinya, kera-kera itu berkumpul di pinggir jalan mencari tempat pemukulannya. “
“Halo Kak Tio! Aku mau datang lagi nanti. Ini dia: ((harus disembunyikan agar pekerja di atas bisa melihatnya.”)
“Ya Tuhan, kemarin saya menonton video ratusan kera turun dari gunung sambil menangis karena tanahnya dirusak oleh hal yang menyedihkan.
“Menghancurkan alam untuk pariwisata ibarat membakar rumah untuk menghilangkan hawa dingin,” tulis salah satu orang.