ditphat.net – Sepak bola wanita perlahan tapi pasti mengalami perkembangan yang signifikan.
Timnas putri Indonesia telah menunjukkan hasil gemilang di berbagai turnamen internasional dan meraih prestasi membanggakan.
Terbaru, timnas putri Indonesia berhasil meraih gelar juara Piala Wanita AFF 2024 pada Desember tahun lalu. Garuda Pertivi mengalahkan Kamboja 3-1 di final.
Kesuksesan menjuarai Piala AFF Wanita 2024 menjadi kisah timnas putri.
Garuda Pertiwi berhasil meraih gelar pertamanya di turnamen ini, setelah pencapaian terbaik timnas putri Indonesia hanya di babak semifinal edisi pertama tahun 2004.
Tak berhenti sampai di situ, PSSI terus fokus pada transformasi prestasi di sepak bola wanita melalui berbagai program.
Sebelumnya, secara mengejutkan Timnas Wanita Indonesia berkesempatan menjalani uji coba melawan Timnas Belanda.
Meski harus menerima kekalahan telak 0-15 dari Belanda, patut dicatat bahwa Indonesia bersedia menjalani uji coba melawan elite Eropa.
Pasalnya, timnas wanita Belanda berada di peringkat 11 daftar kekuatan FIFA dan memiliki sederet bintang yang bermain untuk klub-klub besar Eropa.
Beberapa di antaranya adalah Esme Brugts yang saat ini bermain untuk Barcelona, serta Vivian Miedema dan Daniel van de Donk yang dikenal memiliki kemampuan individu yang kuat.
Pada tahun 2025, timnas putri akan menjalani serangkaian program. Timnas putri Indonesia rencananya akan berangkat ke Jepang untuk mengikuti turnamen tersebut pada Februari mendatang.
Menurut Vivin Cahiani Sungkono, anggota komite eksekutif PSSI yang bertanggung jawab atas timnas putri, berangkat ke Jepang bukan hanya untuk mengikuti ASEAN Women’s Championship 2025, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kerja sama dan meningkatkan kualitas Garuda Pertivi. pedesaan
Sebelum berangkat ke Jepang, tim asuhan Satoru Mochizuki akan terlebih dahulu melakoni laga FIFA di Arab Saudi pada 17 Februari 2025.
“Ini adalah bagian dari dukungan pemerintah dan Presiden PSSI Eric Tohira terhadap sepak bola wanita. Kami belum pernah seperti ini sebelumnya. Sekarang ada pemusatan latihan, hari pertandingan FIFA, dan pertandingan lainnya,” jelasnya.
Manajer Timnas Sepak Bola Wanita Indonesia Galih Dimuntur Kartasasmita menambahkan, dalam kunjungannya ke Jepang, PSSI juga akan bertemu dengan Direktur Eksekutif Komite Sepak Bola Wanita Jepang untuk membahas kerja sama pengembangan sepak bola wanita.
“Saat ini kami fokus untuk terus mengangkat prestasi sepak bola wanita. Kenaikannya tidak tanggung-tanggung. Apalagi kedepannya bagus. Dan kalau sudah begini, saya berterima kasih kepada Ketum dari PSSI yang banyak memberi saya dukungannya,” kata Galih.
Di sisi lain, Vivin mengatakan, sebelum PSSI berkembang secepat sekarang, PSSI menghadapi tantangan untuk mengembangkan timnas putri.
Ia mengungkapkan, pencarian pemain timnas putri baik lokal maupun luar negeri tidak semudah mencari pemain timnas putra Indonesia.
“Sebenarnya tidak mudah kalau anak perempuan seperti anak laki-laki. Karena urusannya sendiri tidak besar, bahkan seperti anak laki-laki pun tidak. Artinya di luar negeri tidak banyak perempuan, itu yang pertama,” kata Vivin.
Yang kedua, mereka juga kurang berani mengambil risiko. Pemikirannya jauh lebih panjang dan beragam. Baik dari anak sendiri maupun orang tuanya. Kalau pemain laki-laki, mungkin lebih bebas ya. untuk cewek, banyak yang harus dipikirkan, ketiga, dia juga memikirkan apakah akan melanjutkan karena liga kita belum ada.
“Kita juga di peringkat 97, artinya posisi di bawah, jadi kita juga harus bisa mengukur bahwa kita punya pilihan sendiri, jangan terlalu banyak. Kita masih di peringkat 97. Jadi kita harus sadar, itu tidak banyak. pilihannya,” jelasnya. Vivien.
Begitu pula dengan pemain wanita dalam negeri, menurut Vivian masih sedikit sekali wanita yang ingin mengembangkan karir sebagai pesepakbola.
Namun perlahan tapi pasti, kata Vivin, kini mulai berkembang mengingat ada beberapa pemain timnas Indonesia yang berkarier di luar negeri dan menjadikan sepak bola sebagai bisnisnya.
“Sekarang banyak kompetisi remaja putri yang diadakan oleh PSSI dan swasta. Ini yang terus kami upayakan untuk mengubah pola pikir perempuan Indonesia bahwa menjadi pemain sepak bola juga merupakan bisnis yang menguntungkan,” kata Vivin.
“Kami melihat Zahra Musdalifah, Claudia Scheunemann bisa bersaing dan berkarier di sepak bola. Kami berharap kedepannya ada pemain Indonesia yang bisa berkarier di luar negeri,” tutupnya.