DITPHAT NEWS Tak Hanya Konflik, Ini 12 Alasan Mendasar Pemicu Terjadinya Perceraian

Jakarta, ditphat.net – Beberapa hari terakhir, publik Indonesia dihebohkan dengan kabar perceraian pasangan kondang Baim Wong dan Paula Verhoeven yang sudah lama dikenal sebagai sejoli di kalangan selebriti Tanah Air.

Secara kasat mata, ada beberapa pertanyaan yang muncul saat memikirkan apa saja yang sebaiknya dimiliki Baim dan Paula di rumahnya. Baim merupakan sosok yang terkenal memiliki kemampuan memperoleh benda-benda indah dan materi.

Ia juga dikenal sebagai sosok yang sangat menyayangi keluarganya. Lantas mengapa pasangan ini harus bercerai di rumah? Lanjutkan membaca artikel dibawah ini.

Apakah berkaitan dengan permasalahan materi, kebahagiaan, atau prinsip lain yang pada akhirnya tidak dapat terselesaikan dan harus berujung pada putusnya ikatan pernikahan?

Lalu apa saja sebenarnya alasan yang kerap memicu perceraian dalam keluarga?

Seperti dilansir Psychcentral, setidaknya ada satu penelitian yang menyimpulkan 12 alasan utama perceraian, dan berikut beberapa di antaranya.

1. Tidak ada utang (73,2%)

Kurangnya keinginan Anda untuk membuat hubungan Anda berhasil dapat terlihat dalam komunikasi yang buruk, kurangnya kompromi, atau kurangnya kebaikan sehari-hari.

2. Terlalu banyak perdebatan dan konflik (55%)

“Pertengkaran terus-menerus mungkin menunjukkan ketidakcocokan atau perbedaan yang tidak dapat didamaikan,” jelas Dr. Harold Hong adalah psikiater bersertifikat dari Raleigh, North Carolina.

Pertengkaran tanpa akhir dan penyelesaian konflik yang buruk dapat merusak hubungan dan menyebabkan pasangan bercerai.

3. Perselingkuhan (54,6%)

Sebuah survei pada tahun 2014 menemukan bahwa 20% hingga 40% pernikahan di Amerika Serikat memiliki setidaknya satu kasus perselingkuhan.

“Pengkhianatan dapat menimbulkan perasaan pengkhianatan, kemarahan, dan kebencian yang dapat menghancurkan suatu hubungan,” jelas Joni Ogle, pekerja sosial klinis berlisensi di Houston, Texas.

Dampak perselingkuhan bisa berupa kecemasan, depresi, trauma, masalah kepercayaan, rasa malu, rasa bersalah, dan penarikan diri dari kehidupan sosial.

4. Menikah terlalu muda (45,7%)

Pertumbuhan dan perubahan tidak dapat dihindari, namun tidak tumbuh bersama dapat memberikan tekanan pada hubungan Anda.

Ketika Anda menikah muda, Anda dapat mengembangkan aspek-aspek penting dari kepribadian Anda.

Tanda-tanda bahwa Anda mungkin menjauh dari pasangan adalah kurangnya minat yang sama, tujuan hidup yang berbeda, dan perasaan kesepian atau terisolasi.

5. Ekspektasi yang tidak realistis (45,3%)

Salah satu penyebab utama perceraian di Amerika Serikat adalah ekspektasi yang tidak realistis mengenai bagaimana rumah tangga akan berfungsi, di mana Anda akan tinggal, dan bagaimana Anda akan diperlakukan.

Berpikir bahwa “segala sesuatunya akan lebih baik setelah menikah” dapat menjadi tanda peringatan akan ekspektasi yang tidak realistis terhadap pernikahan.

6. Kurangnya keseimbangan (43,7%)

Tanda-tanda awal ketidaksetaraan perkawinan termasuk standar ganda atau pasangan yang mengambil semua keputusan.

Jika Anda terjebak oleh stereotip gender dalam pernikahan Anda, ini mungkin merupakan tanda lain dari ketidaksetaraan.

7. Ketidaksiapan (41,1%)

Sedikit persiapan sebelum menikah dapat membuat hidup bersama menjadi sangat sulit. Kesulitan hidup bersama pasangan menjadi alasan utama terjadinya perceraian.

Indikator ketidaksiapan mencakup rendahnya keterampilan dalam mengurus rumah tangga, kebiasaan rumah tangga, atau pengelolaan keuangan.

Kurangnya persiapan juga berarti melewatkan pembicaraan tentang tujuan pernikahan jangka panjang terkait anak, karier, peran pasangan, dan preferensi gaya hidup.

8. Kekerasan dalam rumah tangga (29,1%)

Kekerasan dalam rumah tangga dapat berupa pola perilaku kasar apa pun dalam hubungan intim yang digunakan untuk mempertahankan kekuasaan atau kendali. Kekerasan dalam rumah tangga bukan hanya tentang kekerasan fisik.

Tanda-tanda umum dari hubungan yang penuh kekerasan adalah sikap saling menyalahkan, pelecehan, manipulasi, dan isolasi sosial yang terus-menerus.

9. Masalah keuangan (28,4%)

Kesulitan bekerja atau memiliki pasangan yang boros dapat menimbulkan stres dalam sebuah pernikahan. Jika Anda terus-menerus dimintai uang, itu bisa menjadi tanda bahwa pasangan Anda merasa sulit untuk bertanggung jawab secara finansial.

Masalah keuangan yang belum terselesaikan menjadi salah satu penyebab utama perceraian.

10. Konflik dengan pekerjaan rumah (21,6%)

Pembagian tanggung jawab pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak yang tidak seimbang dapat menimbulkan konflik dan kebencian bagi salah satu atau keduanya.

Merasa bahwa pasangan Anda tidak menghargai Anda atau Anda tidak bisa mengandalkannya dapat membuat banyak pasangan berpisah.

11. Kurangnya dukungan keluarga (18,7%)

Jika keluarga Anda tidak menyetujui pernikahan Anda atau pasangan Anda, perpisahan yang Anda alami dapat menimbulkan perasaan kesepian dan terisolasi, serta kesedihan karena kehilangan suatu hubungan.

Keluarga Anda mungkin mendorong pasangan Anda untuk menarik diri, mengabaikannya, atau “membiarkan pilihan Anda tetap terbuka”.

Anda dan pasangan mungkin bergumul dengan tekanan ini, yang mungkin membuat Anda mempertimbangkan perceraian sebagai sebuah pilihan.

12. Perbedaan agama (13,2%)

“Jika Anda dan pasangan memiliki nilai yang berbeda, akan sulit menemukan titik temu,” kata Ogle.

Jika pasangan Anda menghina atau meremehkan Anda sejak awal hubungan, atau mencoba menjauhkan Anda dari agama, ini mungkin pertanda konflik di masa depan.

Apakah alasan perceraian berubah seiring bertambahnya usia?

Alasan perceraian tidak berubah seiring bertambahnya usia, tetapi masalahnya bisa muncul dalam berbagai cara. Selama beberapa dekade, sebuah penelitian pada tahun 2019 menemukan bahwa tingkat perceraian bervariasi menurut kelompok umur.

Dr. Danielle McGraw, psikolog klinis berlisensi di Scottsdale, Arizona, mengatakan alasannya seringkali sama.

“Alasannya tidak selalu berbeda antar kelompok umur, tapi bisa berbeda-beda,” jelasnya.

McGraw berpendapat bahwa pasangan yang lebih tua telah belajar menghindari konflik, sehingga pasangan yang lebih muda mungkin mengalami lebih banyak konflik dalam hubungan mereka.

Namun konflik yang tidak terselesaikan menjadi penyebab utama perceraian baik bagi pasangan muda maupun tua.

By ditphat

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *