
Jakarta, ditphat.net – Stunting masih merupakan tantangan kesehatan global yang membutuhkan pendekatan berbasis sains. Proses Tindakan terhadap Studi Stunt Hub (AASH) di india, India dan Senegal sejak 2019 ingin mengidentifikasi faktor -faktor yang berguna dan intervensi yang efektif untuk mengatasi aksi dengan pendekatan antarbenua –
Dalam penyebaran hasil awal studi AASH di Jakarta hari ini, AASH Study Country Lead, Dokter, Dokter di Indonesia. Amy Fahmida menekankan bahwa pengekangan bukan hanya masalah nutrisi.
“Kami telah menemukan bahwa faktor epigen, kesehatan mental ibu, mikroskop, dan infeksi gastrointestinal juga memainkan peran penting,” ia mengutip ditphat.net pada hari Kamis, 13 Februari 2025.
Hasil awal Lombok Timur menunjukkan bahwa 65 % anak -anak memiliki perkembangan rata -rata kategori rata -rata, tetapi tidak banyak.
Ketua tim peneliti komponen akademik, perumahan Coolpiking, mengungkapkan bahwa kurangnya stimulasi pengasuh merupakan faktor penting.
Dia menjelaskan, “Anak -anak yang mengalami aksi mendapatkan lebih sedikit stimulan, sehingga mempengaruhi pertumbuhan motorik dan persiapan pembelajaran.”
Bagian dari pendidikan juga menjadi perhatian. Rita Ingogurvati menyoroti pentingnya kualitas guru bubuk. “Kami telah belajar bahwa guru latar belakang sarjana, terutama lulusan POD, telah menciptakan lingkungan yang sehat untuk belajar.”
Selain itu, penelitian ini menegaskan pentingnya lingkungan makanan dan keamanan pangan. Dokter berkata, “Dibutuhkan promosi yang kuat tentang konsumsi makanan bergizi seperti ikan, unggas, dan sayuran hijau.” Amy Fahmida. Polusi mikroba juga ditemukan dalam rantai makanan, terutama di pedagang ritel.
Dengan pendekatan komprehensif secara ilmiah, Aash berharap bahwa Indonesia akan memberikan rekomendasi berbasis bukti untuk suatu kebijakan untuk mempercepat pengurangan yang mengejutkan.