
BOGOR, ditphat.net – Nama Franns Manansang, salah satu pendiri Taman Safari Indonesia (TSI), telah kembali ke pengawasan publik di media sosial. Nama itu muncul setelah tuduhan mengejutkan oleh mantan pemain sirkus yang merupakan anggota dari Eastern Indonesia Circus (OCI).
Tuduhan tersebut berkaitan dengan tuduhan penyiksaan terhadap pemain sirkus, serta pelecehan seksual dan kekerasan sistemik. Sebagian besar korban bernama Fran Manansang.
Jadi siapa Fran Manansang? Segera dipersingkat pada hari Kamis, 17 April 2025, setelah seorang tokoh oleh Fran Manansang, salah satu pendiri Taman Safari Indonesia yang diduga menyiksa mantan pemain OCI.
Sosok Fran Manansang
Menurut berita di sekitar, Franns Manansang adalah anak dari Hadi Hadi Manansang yang tidak lain adalah pendiri Taman Safari Indonesia. Dia sendiri diketahui memiliki dua saudara lelaki yang merupakan Jansen Manansang dan Tony Sumulus.
Keluarga ini telah membuat buku berjudul ‘Three Tiger Safari: Circus’s Story sedang mengemudi sebelum berdiri’. Buku ini memiliki perang dengan tindakan Manansang bersama dengan ketiga putranya Jansen Manansang, Fran Manansang dan Tony Sumulus dalam pembangunan stadion.
Saat ini nama Fran Manansang dikaitkan dengan tuduhan penyiksaan oleh mantan pemain sirkus. Bahkan, ia adalah orang utama di balik pendirian dan pengelolaan perjalanan yang telah dibuat sejak tahun 80 -an.
Salah satu korban bernama Vivi, mantan pemain sirkus di Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Bogor mengaku sebagai korban bos yang dilakukan oleh Bos TSI bernama Frans.
Vivi mengatakan acara itu ditemukan ketika dia masih di masa mudanya. Dia setuju, dia sering menerima perawatan manusia sambil tetap bekerja sebagai bagian dari sirkus TSI.
“Saya pergi karena saya sering disiksa, saya disuruh berolahraga, dipukuli. Ketika orang -orang pergi tidur, saya disuruh berlatih, akhirnya pada 1 sore saya bertekad untuk lari sendirian dari rumah Tuan Frans,” kata Vivi
Selain Vivi, ada korban lain yang merupakan tetapi juga mantan pemain sirkus di Taman Safari. Dia mengakui bahwa dia sering menerima kekerasan di dalam tubuh yang dilakukan oleh kepala TSI Franns Manansang.
“Pada waktu itu berkali -kali (melakukan kekerasan) adalah Fran Manansang,” kata Buttet.
Kehadiran kasus ini dulunya dalam pengawasan publik di media sosial. Banyak dari mereka sekarang terus memperhatikan banyak korban dan mengharapkan pengembangan lebih lanjut.