Jakarta, ditphat.net – Persaingan industri perawatan kulit semakin memanas seiring semakin populernya platform media sosial seperti TikTok. Dalam upaya memasarkan produknya, berbagai merek berlomba-lomba mendapatkan review positif dari influencer dan selebriti TikTok ternama.
Namun di balik persaingan tersebut, terdapat dugaan praktik pungutan liar yang dilakukan berbagai selebriti TikTok dan pemilik merek perawatan kulit. Gulir terus.
Informasi tersebut pertama kali diungkap oleh akun Instagram @laskar.penegak yang memuat dugaan skema pemerasan yang dilakukan sekelompok pihak dengan strategi review produk perawatan kulit. Dalam unggahannya, akun tersebut menjelaskan bagaimana sindikat ini bekerja secara terorganisir untuk memeras pemilik merek perawatan kulit.
Berdasarkan informasi dari akun @laskar.penegak, praktik pungutan liar diawali dari pencarian sasaran yang memiliki merek skin care. Para seleb TikTok yang terlibat kemudian mulai menyebarkan ulasan negatif terhadap produk incarannya secara publik sebagai bentuk awal tekanan.
“Botidrink sedang mencari target (pemilik skin care), sehingga Jengger menyebut Lemon Peres pada produk target sebagai pembuka,” tulis akun @laskar.penegak dalam unggahannya.
Setelah itu, pihak Botidrink menghubungi pemilik merek tersebut dan meminta sejumlah uang dalam jumlah besar. Jika uang tidak diberikan, ancaman kritik buruk menjaga reputasi produk.
Botidrink menghubungi target dan memerintahkan target untuk mentransfer sejumlah uang (sesuai permintaannya miliaran) ke Jengger Lemon Peres, agar mereka tidak menangis di media sosial atas penyerangan produk target dan kemudian akan terjadi negosiasi. dipanggil,” kata akun itu.
Dalam skema yang dijelaskan, jika pemilik merek tetap menolak membayar, serikat pekerja akan meningkatkan tekanan dengan melibatkan selebriti TikTok lainnya untuk memberikan kritik besar-besaran.
Jika targetnya berat, Botidrink dan Lemon Peres memaksakan target dengan mengancam akan memasukkan produk tersebut ke dalam daftar ‘peringkat buruk dokcepirit’, lanjutnya.
Tak sampai disitu saja, jika ancaman kritik negatif masih belum berhasil, serikat pekerja ini akan dikirimkan kepada para ibu-ibu untuk mengintimidasi secara fisik pemilik merek tersebut. Tujuannya adalah membuat target merasa terancam dan akhirnya menyerah atas permintaannya.
“Targetnya melemah, mereka sepakat memberikan sejumlah uang yang diminta, sehingga diarahkanlah babu jelek sebagai penerima uang,” pungkas akun Instagram @laskar.penegak.
Postingan tersebut menuai beragam reaksi dari warganet yang mengecam keras praktik pungli tersebut. Mereka juga mendesak pihak berwenang mengusut kasus ini hingga tuntas dan mengambil tindakan hukum tegas terhadap pelaku jika terbukti bersalah.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak terkait, termasuk nama-nama yang disebutkan dalam dakwaan.