Jakarta, LIVE – Antartika dengan cepat kehilangan es. Hal ini sebagian disebabkan oleh perubahan iklim.
Peristiwa pecahnya es kutub secara besar-besaran, seperti yang terjadi pada gunung es A-68 (5.800 kilometer persegi atau 2.239 mil persegi) pada tahun 2017, dapat mengganggu kestabilan gletser dan menarik perhatian publik.
Namun, jarangnya peristiwa pemecah es yang ekstrem membuat para ilmuwan sulit memprediksinya dan memahami apakah peristiwa tersebut terkait dengan perubahan iklim, seperti dikutip dari situs Livescience, Rabu 1 Januari 2025.
Untuk menyelidiki kemungkinan hubungan antara perubahan iklim dan pembentukan gunung es besar di Antartika, para ilmuwan telah melakukan analisis jangka panjang pertama terhadap gunung es tahunan terbesar di benua itu.
Karena peristiwa pecahnya gunung es yang besar jarang terjadi dan tidak merata, mereka menggunakan pendekatan statistik yang secara khusus ditujukan pada kumpulan data kecil dengan ekor panjang untuk mencari perubahan frekuensi peristiwa pecahnya gunung es dari waktu ke waktu.
Para ilmuwan fokus pada gunung es terbesar yang terbentuk setiap tahun, dari tahun 1976 hingga 2023.
Gunung es tersebut memiliki luas hingga 11 ribu kilometer persegi (4.247 mil persegi).
Studi tersebut mengungkapkan bahwa luas permukaan tahunan gunung es terbesar sedikit berkurang seiring berjalannya waktu dan meskipun pengaruh perubahan iklim meningkat, risiko pecahnya es yang ekstrem tidak meningkat.
“Karena iklim memanas selama periode penelitian, namun luas gunung es terbesar tidak bertambah, temuan ini menunjukkan bahwa peristiwa pecahnya es yang ekstrem belum tentu merupakan konsekuensi langsung dari perubahan iklim,” tulis para ilmuwan.
Namun, jumlah peristiwa pecahnya es yang lebih kecil meningkat seiring berjalannya waktu, demikian temuan para ilmuwan.
Penelitian ini menyoroti peran peristiwa ini dalam mengikis es Antartika dalam “kematian seribu kucing”.
Meskipun peristiwa pecahnya es yang ekstrem menjadi berita utama yang dramatis, mereka akhirnya menyimpulkan bahwa pembentukan gunung es yang lebih kecil dan lebih sering terjadi adalah sumber utama hilangnya massa akibat perubahan iklim di Antartika.
Para ilmuwan juga menemukan bahwa gunung es terbesar di Antartika mungkin belum muncul.
Meskipun mereka tidak memperkirakan peningkatan frekuensi kejadian pecahnya es yang ekstrem, pemodelan mereka menunjukkan bahwa gunung es yang terjadi sekali dalam satu abad bisa berukuran sebesar Swiss (38.827 kilometer persegi atau 14.991 kilometer persegi).