ditphat.net – Namanya Letkol Inf Ardiansyah, kalau seragam dinasnya hanya bertuliskan Ardi, itu julukan populernya, Raja Aibon Kogila. Beliau merupakan perwira militer Indonesia ke-45 yang mendapat kepercayaan luar biasa dari TNI Angkatan Darat untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai komandan salah satu batalyon tempur elit lintas udara Divisi Infanteri I Kostrad.
Pada Kamis, 20 Januari 2022, di saat Indonesia dan dunia masih belum pulih dari wabah mematikan Covid-19, pria kelahiran Kampung Mujahidin, Taliwang, Sumbawa Barat ini resmi menerima tongkat estafet dari komando tertinggi 305/ Tengkorak Para Raider Batalyon Infanteri yang menggantikan Letkol. Kol. Inf Ari Widyo Prasetyo naik pangkat menjadi Komandan Komando Distrik Militer (Dandim) 0623/Cilegon dengan pangkat Kodam III/Siliwangi.
Dari sana, Lt. mulai menulis. Kol. Inf Ardiansyah adalah kisah hidupnya sebagai Panglima Pasukan Tengkorak Kostrad TNI.
Sejak hari pertama bertugas di Teluk Jambe, Karawang, Jawa Barat, Letkol Ardi yang masih berpangkat mayor langsung diberi tugas yang sangat sulit dan berbahaya.
Sejak saat itu Pasukan Tengkorak mendapat kehormatan untuk menjalankan misi operasional di wilayah rawan gangguan keamanan di Papua sebagai satuan tugas keliling. Tak main-main, dalam operasi tersebut Letkol Inf Ardi harus memimpin 450 prajurit TNI untuk memasuki wilayah Kabupaten Intan Jaya di Provinsi Papua tengah.
Karena itu, ia lulusan Akademi Militer tahun 2004 itu harus tancap gas dan mempersiapkan pasukan kavaleri untuk melakukan persiapannya agar seluruh pasukan berada dalam kondisi terbaik saat berangkat.
Singkat cerita, tiba saatnya Raja Aibon Kogila dan para Ksatria Pasukan Tengkorak meninggalkan markas menuju belantara Papua. Pada tanggal 20 Agustus 2022, mereka berpindah dari Lapangan Sadelor ke lapangan operasional Intan Jaya dengan kapal perang TNI Angkatan Laut, KRI Banjarmasin (592) melalui Timika.
Menghidupkan kembali kota mati Intan Jaya
Saat Pasukan Tengkorak tiba di Intan Jaya, kabupaten berpenduduk 137 ribu jiwa itu menjadi tempat yang buruk. Intan Jaya ibarat kota mati. Kantor-kantor pemerintahan berdiri megah namun kosong tak ada penghuninya, pejabat dan pegawainya entah kemana.
Ketakutan akan gangguan keamanan yang dilakukan Kelompok Teroris Separatis (KST) OPM Papua membuat kehidupan masyarakat lumpuh total.
Tak hanya itu, pasukan tempur harus menerima kenyataan bahwa mereka memiliki fasilitas pos yang jauh dari kata memadai dan aman untuk keamanan. Belum lagi masalah logistik yang kritis. Saat itu, wajah Raja Aibon Kogila menampakkan karya besarnya.
Apakah dia kesal dengan kondisi Intan Jaya? Tidak ada rasa takut terhadap Raja Aibon dan prajuritnya. Dengan niat yang ikhlas, perlahan tapi pasti mereka mulai bertindak untuk mengubah keadaan di Intan Jaya agar kembali normal seperti sedia kala.
Motto Papeda (Pohon Perdamaian Papua) dicanangkan, dengan kerja nyata, kerja cerdas dan kerja ikhlas, Raja Aibon tancap gas. Yang pertama dilakukan adalah menata seluruh posko Satgas di Intan Jaya.
Siang dan malam para ksatria kerangka bekerja untuk memutarbalikkan pikiran dan menguras energi mereka. Akhirnya dalam waktu beberapa hari, seluruh pos TNI di Intan Jaya berhasil didirikan posko yang tertata rapi dan indah. Jenderal TNI Maruli Simanjuntak bahkan memuji kemiripannya dengan istana di tengah hutan belantara.
Semua kebutuhan dasar para prajurit, seperti air, makanan, dan listrik, akhirnya terpenuhi. Masyarakat pun kaget melihat hal tersebut.
Setelah poskonya nyaman dan aman, bukan berarti Raja Aibon dan pasukannya bisa bersantai-santai dan sekedar berpindah ke tempat makan dan tidur. Mereka pun bergerak untuk menghidupkan kembali roda kehidupan masyarakat. Program teritorial sosial kemanusiaan juga dilaksanakan.
Kesulitan terbesar dalam kehidupan masyarakat yang ingin diatasi oleh Skeleton Squad adalah masalah keuangan dan masalah makanan. Tentara juga dikerahkan untuk membuka lahan pertanian dan perkebunan dengan memanfaatkan lahan kosong di sekitar seluruh pos Satgas.
Selain perkebunan, pasukan Tengkorak juga bergerak di bidang peternakan. Area terbengkalai di sekitar pos diubah menjadi kolam lele, kandang ayam, dan kandang babi.
Raja Aibon kemudian menyiapkan beberapa program yang dilaksanakan secara berbeda-beda di beberapa pos Satgas Yonif PR 305 di Pos Titigi, pos paling berbahaya karena berada di lokasi terpencil dan disekitarnya banyak terdapat basis OPM, pemekaran wilayah. . program diluncurkan.
Acara berbagi ini dilaksanakan tiga hari dalam seminggu yaitu Selasa, Jumat, dan Sabtu. Programnya sebenarnya sangat sederhana, saat ini Rombongan Tengkorak menyiapkan semur untuk dibagikan kepada masyarakat.
Makanan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat disana, karena harga kebutuhan pokok di sana sangat mahal. Betapa murahnya, semua kebutuhan distribusi hanya bisa dilakukan dengan pesawat dari Timika.
Program pelayanan kesehatan telah dilaksanakan di Pos Bilogai. Tim kesehatan memberikan layanan pemeriksaan dan pengobatan gratis terhadap gangguan kesehatan. Awalnya diadakan dua kali seminggu, namun seiring berjalannya waktu karena keterbatasan fasilitas kesehatan, masyarakat datang ke posko ini setiap hari untuk memeriksakan kesehatannya.
Tak hanya disembunyikan di pos, Raja Aibon juga mencanangkan program patroli khusus. Program ini dilakukan oleh prajurit yang bertugas di Pos J2, Pos Koper dan Pos Mamba. Maka para prajurit pun pergi ke Honai alias rumah rakyat. Memberikan paket sembako serta pelayanan kesehatan dan kebutuhan pelajar disana.
Program ini sangat efektif dalam menjalin hubungan baik dengan masyarakat, karena selama ini masyarakat enggan keluar rumah dan menghubungi tentara karena ancaman OPM. Namun setelah program ini dilaksanakan, masyarakat mulai membuka diri dan tidak segan-segan ngobrol dengan tentara.
Untuk menggerakkan roda perekonomian masyarakat dalam keadaan mati suri, pasukan Tengkorak melakukan program pembelian hasil pertanian. Program ini didedikasikan untuk Koper Pos.
Maka pasukan Tengkorak mendirikan lapak jualan di peternakan Pos Koper agar ibu-ibu yang baru datang dari kebun untuk memanen hasil panen bisa menjual dagangannya. Lalu tanpa negosiasi lebih lanjut, semua hasil pertanian yang ibu bawa pun terbeli.
Program ini terbukti efektif meringankan perekonomian masyarakat, karena para ibu tidak perlu lagi berjalan jauh ke pasar untuk menjual hasil pertanian. Ditambah lagi, penjualannya belum tentu berakhir, jadi dengan membelinya, ibu akan langsung punya uang untuk dibelanjakan pada kebutuhan pokok.
Selain itu, ibu-ibu yang datang ke Koperposten dapat belajar cara bertani yang efisien dari para prajurit yang membersihkan lahan pangan di sekitar pos.
Pendidikan juga menjadi sasaran perbaikan, oleh karena itu di beberapa pos seperti Mamba, J2 dan Holomama, Skalletruppen membuka kelas pengajaran untuk anak-anak. Tidak ada peluang pendidikan di ketiga bidang ini.
Nah, ada masalah serius lain yang dihadapi orang-orang di sana. Ternyata sejak dahulu kala masyarakat Intan Jaya hidup dengan krisis air bersih. Sebab sumber airnya jauh dari desa.
Raja Aibon tidak putus asa, untuk mengatasi masalah tersebut dicanangkan program pipa. Tentara kerangka memasang pipa beberapa kilometer dari sumber air ke pemukiman. Loko berasal lebih rendah dari desa.
Namun hal itu tidak menjadi masalah, melalui sistem pemompaan hidrolik, air dari mata air di dataran rendah dapat dialirkan ke desa-desa di pegunungan. Masalah krisis air teratasi. 10 air bersih telah berhasil dipasang dan didistribusikan ke beberapa desa di sana.
Selain air bersih, Skalletruppen juga membangun fasilitas penerangan umum. Lebih dari 100 sel surya alias lampu bertenaga surya yang disediakan Jenderal TNI Maruli dipasang. Sel surya ini sangat membantu aktivitas masyarakat yang hidup dalam kegelapan tanpa cahaya.
Untuk mendekatkan masyarakat dan menghilangkan rasa takut terhadap teror OPM, Tentara Tengkorak juga mengaktifkan program sosial dan keagamaan. Dalam tugas tersebut Raja Aibon mempercayakan Kapten Inf Poltak Siahaan. Jadi tentara Protestan dan Katolik rutin beribadah bersama masyarakat di gereja.
Tak hanya itu, Pasukan Tengkorak juga membangun gereja baru lengkap dengan fasilitas penunjang ibadah sebagai oleh-oleh. Dan semua program yang digagas Raja Aibon terbukti efektif meredam gangguan keamanan di Intan Jaya.
Hal istimewa lainnya yang dirasakan masyarakat saat itu adalah pada perayaan Natal tahun 2023, Raja Aibon Kogila bersama pasukannya membagikan bingkisan berupa babi kepada 10 gereja di Intan Jaya.
Selama 10 bulan mengabdi di Intan Jaya, tidak ada OPM yang berani mengganggu masyarakat, apalagi menyerang pos Satgas PR 305/Tengkorak Yonif. OPM tidak berani turun gunung karena masyarakat yang merasa sangat terbantu dengan program teritorial tentara kerangka, mulai berani angkat senjata dan rela mengorbankan diri menjadi tameng hidup utama untuk melindungi Raja Aibon Kogila dan pasukannya.
Pada awal Juli 2023, Raja Aibon Kogila dan pasukannya dapat berkumpul kembali dengan keluarga mereka di markas mereka di Karawang, meninggalkan Intan Jaya dengan kondisi kehidupan yang mulai normal kembali.
Namun rupanya tak pernah bosan untuk datang ke Karawang, setelah melepas kerinduannya pada istri dan anak, Prabu Aibon Kogila pun mulai beraksi. Gaasss Poolll… Jangan pakai reeemm…
Apa yang dilakukan di Intan Jaya berlanjut di kantor pusat. Tentara diajak bergerak untuk memperkuat ruang tidur di lingkungan asrama. Dengan beliung, berhektar-hektar lahan terlantar yang selama bertahun-tahun hanya menjadi sarang ular dan kadal, dibersihkan seluruhnya dan diubah menjadi kebun sayur dan buah yang rapi dan tertata rapi untuk mewujudkan 305 Kawasan Wisata Ketahanan Pangan.
Semak-semak itu dijadikan kebun mentimun, melon, alpukat, jambu kristal, kelengkeng, dan cabai. Dan mampu menghasilkan perbendaharaan rupiah.
Saluran irigasi yang melintasi asrama dan kolam yang terbengkalai telah diubah menjadi kolam untuk budidaya ikan mas, lele, dan nila.
Selain tempat tidur, beberapa bangunan juga menjadi incaran inovasi Raja Aibon Kogila. Koperasi YPR 305 telah diubah seluruhnya menjadi kafe yang nyaman untuk para prajurit bersantai. Cafe Raja Aibon dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan minat para prajurit dalam jajanan disana untuk menambah pendapatan koperasi dan dengan tujuan agar para prajurit nyaman berada di asrama untuk beristirahat tanpa harus keluar asrama.
Dapur untuk para prajurit remaja menjadi perhatian khusus Raja Aibon Kogila, sehingga perbaikan akhirnya dilakukan dengan menambah ruang makan yang nyaman. Selain itu, Raja Aibon juga mengeluarkan kebijakan baru untuk menyiapkan makanan bagi prajurit remaja dengan menu, rasa, dan komposisi gizi yang lebih baik.
Sejak Yonif PR 305 dibentuk pada tahun 1949, batalyon tersebut belum memiliki fasilitas olahraga dalam ruangan. Jika ingin berenang, prajurit harus tinggal di ruang renang terdekat dari unit lain. Namun berkat bantuan Kepala Staf Angkatan Darat saat itu, Jenderal Dudung Abdurachman, Raja Aibon akhirnya mampu membangun kolam renang berstandar internasional untuk pasukannya di tanah kesatuan tersebut.
Dan memiliki kolam renang juga harus menghasilkan pendapatan mandiri bagi unit tersebut. Karena fasilitas kolam renang untuk umum dengan harga yang terjangkau.
Raja Aibon mulai mengincar keluarga prajurit untuk mendapatkan tempat tinggal yang baik. Sebab, bagi Raja Aibon, seorang komandan satuan tidak hanya bisa memikirkan nasib prajuritnya, tapi juga keluarga, istri, dan anak-anaknya.
Karena itu, melalui upaya mandiri, ia bersama pasukan Persit dan ibu-ibu melakukan renovasi gedung TK Kartika Chandra Kirana. Tujuannya agar anak-anak prajurit dapat belajar dengan nyaman di berbagai kesempatan belajar dan bermain. Serta menarik minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke unit taman kanak-kanak guna menambah penghasilan untuk menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak.
Dan pada awal tahun 2024, impian Raja Aibon Kogila untuk merehabilitasi rumah dinas yang rusak menjadi kenyataan setelah Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Maruli Simanjuntak memberikan apresiasi kepada pasukan Tengkorak dalam bentuk anggaran. sebesar Rp 2 miliar melalui APBN untuk perbaikan 12 rumah dinas swadaya.
Raja Aibon Kogila membiarkan perkiraan tersebut berlalu, dengan seluruh kerangka tentaranya, mereka segera bergerak selama 88 hari, bekerja siang malam untuk merehabilitasi rumah dinas yang sudah lama tidak berpenghuni. Karena itu, dengan upaya unit tersebut, akhirnya pada 1 April 2024 mereka merehabilitasi tidak hanya 12 rumah layanan, melainkan hingga 24 rumah layanan.
Dan hari ini, Sabtu 20 April 2024, sudah 821 hari berlalu sejak Letjen hidup dan berjuang. Kol. Inf Ardiansyah atau Letjen. Kol. Inf Ardi alias Raja Aibon Kogila dan istri tercinta Ny. Wulan Ardi bersama seluruh perwira, bintara dan tamtama Tengkorak-pasukan pembentuk Yonif Para Raider 305/Tengkorak menjadi satuan yang lebih baik, nyaman, mandiri dan berwibawa.
Bahkan kini Raja Aibon Kogila dan keluarganya harus mengucapkan selamat tinggal kepada seluruh keluarga besar Skeleton Army karena ada tugas lain yang menantinya dan dipercayakan kepadanya…
Selamat atas tugas Anda di lokasi baru, Lt. Kol. Inf Ardiansyah dan Ibu. Terima kasih telah menunjukkan contoh perjuangan hidup nyata dengan hasil bagi semua orang yang bekerja keras. Semoga selalu mendapat keberkahan dalam setiap perjuangan kedepannya dari Allah SWT… Aamiin.
Baca: Pangkalan OPM Paro Nduga Lumpuh Akibat Serangan TNI, 2 Orangnya Ditembak Egianus Kogoya