
Jakarta, ditphat.net -sebuah proposal untuk membuat mitra mengemudi taksi sepeda motor di telepon, taksi baris dan kantor pos digital ketika karyawan tetap mulai dibahas secara luas. Namun, kebijakan ini dianggap memiliki dampak besar pada ekonomi endanisme, terutama untuk usaha kecil dan sektor digital.
Reklasi atau perubahan dalam status Ojol Mitra untuk karyawan berarti bahwa pengemudi yang bekerja dengan fleksibilitas, sebagai karyawan tetap, akan memiliki status formal.
Mereka akan menerima gaji, tunjangan, dan hak kerja lainnya, seperti karyawan perusahaan secara umum. Namun, ini juga bahwa perusahaan harus membatasi ukuran tangan -karena biaya operasi.
Direktur Eksekutif Asosiasi Mobilitas dan Pengiriman Indonesia (Modantara), Agung Yudha, menjelaskan bahwa jutaan pasangan dapat kehilangan pekerjaan.
“Hanya 10-30% mitra yang dapat diserap sebagai karyawan.
Tidak hanya dampaknya dengan pengemudi, tetapi juga untuk banyak sektor lainnya. MPM seperti restoran, kios makanan, dan toko online bergantung pada layanan pengiriman cepat. Jumlah pengemudi berkurang, layanan akan terpengaruh, harga akan meningkat dan konsumen akan berkurang. “Penjualan UMKM ini dapat sangat berkurang,” kata Agung.
Data dari Svara Institute mengatakan bahwa perubahan ini dapat mengurangi kontribusi dari ekonomi digital menjadi 5,5%PDB dan bahwa 1,4 juta orang akan kehilangan pekerjaan. Negara -negara lain yang telah menerapkan kebijakan serupa, seperti Spanyol dan Amerika Serikat, mengalami penurunan layanan dan berakhir dengan mitra mereka.
Studi strategis tentang CSIS dan Studi Tenggara mencatat sektor mobilitas dan pengiriman digital dengan RP127 triliun ke ekonomi Indonesia pada 2019
“Harus dipertimbangkan dengan cermat agar kebijakan tidak lebih buruk situasi. Jangan biarkan resolusi melindunginya alih -alih menciptakan masalah baru,” katanya.