ditphat.net – Banyak personel Tentara Rakyat Korea Utara (KPA) akan segera mendarat di Ukraina untuk mendukung unit militer Rusia dalam perang yang telah berlangsung hampir 2,5 tahun tersebut.

Kesepakatan pertahanan pemimpin tertinggi Kim Jong-un dengan Presiden Rusia Vladimir Putin menjadi alasan utama militer Korea Utara bergabung dalam pusaran perang Ukraina.

Menurut laporan yang diterbitkan ditphat.net Military dari Kyiv Post, perjanjian militer antara Korea Utara dan Rusia menyatakan bahwa jika negara tersebut terlibat perang, sekutunya harus memberikan bantuan.

Kesepakatan itu dicapai saat Putin mengunjungi Pyongyang pada pekan lalu, tepatnya pada Rabu 19 Juni 2024. Kunjungan Putin merupakan yang pertama dalam 25 tahun terakhir.

“Jika salah satu dari kedua belah pihak terlibat dalam perang karena invasi bersenjata oleh satu atau lebih negara, pihak lain harus segera memberikan bantuan militer dan bantuan lainnya dengan segala cara yang dimilikinya,” demikian isi perjanjian tersebut.

Sebagai tanggapan, Korea Utara segera mengumumkan awal pekan ini bahwa pasukannya akan dikirim dalam bentuk teknik militer.

Unit teknik militer Korea Utara nantinya akan mendukung pasukan Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (AFU) di Republik Rakyat Donetsk (DPR). Tentara Korea Utara diperkirakan akan tiba di Donetsk pada Juli 2024.

Korea Utara sebelumnya juga memasok Rusia dengan sekitar 2.000.000 peluru artileri roket, termasuk beberapa rudal balistik. Korea Utara mengirimkan paket senjata tersebut setelah kunjungan Kim ke Moskow pada September 2023.

Mantan anggota Parlemen Rusia Ilya Ponomaryov mengungkapkan bahwa Korea Utara telah menjadi jembatan penting antara Kremlin dan Tiongkok. 

“Korea Utara adalah salah satu mitra utama Rusia dan alasannya adalah karena Korea Utara bertindak sebagai jembatan antara Tiongkok dan Rusia,” kata Ponomayev seperti dikutip ditphat.net Military dari Daily Express.

Beijing secara tidak langsung dapat mengirim peralatan militer, termasuk senjata, ke Moskow melalui Pyongyang tanpa terkena sanksi Barat.

“Pada dasarnya, semua peralatan militer yang dikirim dari Korea Utara ke Korea Utara dikembangkan oleh Tiongkok. Tiongkok berhati-hati agar tidak terkena sanksi sekunder dari AS, namun Korea Utara tidak dalam bahaya,” lanjut Ponomarev.

“Jadi Tiongkok tidak punya masalah membantu Korea Utara. Jadi Korea Utara berdagang dengan Rusia dan mendapatkan keuntungan darinya, baik secara finansial maupun dalam hal pengembangan militer,” ujarnya.

By ditphat

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *