JAKARTA, ditphat.net – Daya tahan baterai masih menjadi hal yang perlu dikhawatirkan oleh calon atau pemilik kendaraan listrik. Eka Rakhman Priyanthana, Associate Expert Engineer Pusat Penelitian Konversi dan Konservasi Energi BRIN, mengungkap tips agar baterai mobil listrik lebih awet.
Ia menyarankan agar pengisian cepat tidak selalu digunakan pada kendaraan listrik. Pengisian daya yang cepat terus-menerus akan menguras masa pakai baterai dengan cepat.
Fast charge tidak bisa digunakan sesering mungkin karena mengurangi masa pakai baterai, kata Eka Rakhman dikutip Antara, Sabtu, 16 November 2024.
Baterainya menggunakan material baterai NMC, sejenis baterai lithium-ion dengan katoda yang terbuat dari nikel, mangan, dan kobalt. Baterai jenis ini hanya mampu menjangkau setengah arus rangkaian atau setengah kapasitas AH baterai.
Dalam hal ini, Eka menjelaskan, jika baterai lithium NMC berkapasitas 20 Ah, maka hanya bisa diisi maksimal 10A.
Lebih dari itu akan membuat baterai menjadi panas dan yang lebih parah lagi akan mempercepat umur baterai. Jika baterai tidak memiliki sistem manajemen baterai (BMS) yang efisien, baterai dapat dengan mudah meledak.
Berbeda dengan baterai LFP, teknologi LFP terbaru ini dirancang mampu menahan arus pengisian hingga 3C, ujarnya.
Lanjutnya, umur NMC hanya bisa mencapai 1.000 siklus dan perlu segera diganti. Sedangkan untuk LFP, baterai ini mampu mencapai 3.000 siklus sebelum perlu diganti.
Oleh karena itu, pengguna kendaraan listrik harus berhati-hati dalam mengatasi masalah ini agar nantinya tidak mengalami kerusakan aki saat menggunakan kendaraannya, ujarnya.
Jadi tergantung pengguna sebenarnya, intinya hasil akhirnya pengguna menggunakannya secara acak atau mengikuti aturan yang ada. Lebih baik mengisi daya di rumah dengan kecepatan lebih lambat daripada sering mengisi daya di stasiun pengisian cepat. darurat ya, bergerak cepat,” ujarnya.