ditphat.net – Sore tadi penampakan langka terjadi di Desa Gurudug, Kecamatan Pondok Salam, Purwakarta, Jawa Barat.
Di bawah terik matahari, usai salat Jumat, ratusan warga mulai dari ayah, ibu, hingga anak-anak berbondong-bondong mendatangi lapangan sepak bola Desa Gurdug.
Ada yang datang dengan sepeda motor, sebagian besar berjalan sambil menggendong anak menyusuri jalan berbatu menuju ladang.
Hal tersebut tidak terlalu lumrah, karena hingga saat ini lapangan yang berada di pinggir Luweyang (hutan) ini masih jarang dikunjungi oleh masyarakat, tidak hanya oleh masyarakat dalam jumlah besar, namun juga oleh generasi muda dan generasi muda yang ingin bermain sepak bola saja.
Anda bisa melihat tenda kanvas berwarna hijau yang didirikan TNI AD di tengah lapangan bagian barat.
Di pinggir ladang dekat pohon, ibu-ibu, bapak-bapak dan prajurit TNI berjuang mengatasi asap, membakar nasi yang digantung di salib di atas kompor untuk mengendalikan api yang menyala.
Sedikit demi sedikit kita mendengar tawa lucu dan terkadang teriakan ibu-ibu yang lupa menambahkan bumbu pada masakan yang sudah disiapkan.
Sementara itu Lettu TNI Tenda CKM Dr. Tim Kesehatan Pak Rumkitban dan Tenaga Medis Puskesmas sibuk melayani puluhan masyarakat yang mengantri untuk diperiksa kesehatannya.
Tenda tersebut diserang oleh warga karena masyarakat Desa Gurudug masih belum memiliki fasilitas kesehatan dan pengobatan yang memadai. Rumah sakit ini jauh dari kota karena tidak adanya fasilitas kesehatan.
“Anak saya demam, alhamdulillah tentara datang, ada pengobatan gratis, jauh ke puskesmas, jadi sering kalau anak sakit, di desa tidak dapat obat kalau tidak ada obatnya. di sana. toko. Terima kasih TNI,” kata ibu ditphat.net Militer asal Gurudug.
Kembali ke bawah pohon. Oleh karena itu, ibu-ibu TNI dan prajurit pemadam api dan asap mengikuti lomba ngaliwet yang dipimpin Komandan Distrik Militer (Dandim) 0916/Purwakarta, Letkol Inf Ardiansyah alias Raja Aibon Kogila.
Mereka merupakan tim yang mewakili Desa Gurudug dan setiap tim diharapkan ada warga dan prajurit TNI yang mengikuti program TNI Desa Manungkal (TMMD) ke-120.
Oleh karena itu, warga sendiri yang memilih prajurit mana yang akan bergabung dalam timnya, dan tentunya yang dipilih adalah prajurit yang dekat atau akrab dengan mereka. Mereka yang minum kopi bersama sering makan bersama dan banyak membantu.
Padahal, permainan ini hanya sekedar demonstrasi kedekatan warga Desa Gurdug dengan pasukan Maung Siliwangi. Padahal sudah seminggu lebih TMMD ke-120 digelar.
Hasil yang diharapkan TNI dari pelaksanaan TMMD bukan hanya sekedar fisik, melainkan wujud solidaritas kita terhadap masyarakat dengan menunjukkan persatuan antara TNI dan rakyat. Kami telah bekerja selama lebih dari seminggu dan sekarang,” kata Lt. Kol. RD alias Raja Ibon Kogila merupakan respon masyarakat terhadap apa yang kami lakukan.
Singkat kata, semua nasi hidup dimasak dengan lauk pauk, bahu dan sambal. Para peserta juga memajang produk ngeliwetnya di tempat khusus yang telah mereka siapkan. Tak lama kemudian para hakim yang terdiri dari petugas Kotim 1619/Purwakartha, kapten Rasam, kepala desa, para Babinsa, Babinkamtibmas, Tokoh Pemuda dan masih banyak orang yang ditunjuk lainnya mulai melakukan penilaian.
Warga dari 4 desa secara bergantian menyanyikan lagu ciptaan mereka bersama para prajurit TNI yang dinilai oleh juri. Semua orang di paddock bersorak dan bersorak, mengisi suasana dengan lebih banyak kegembiraan dan kegembiraan.
Setelah dilakukan penilaian, semua masakan selesai, karena akan dimakan bersama. Dandim Purvakarta dan prajuritnya duduk sejajar dengan orang-orang di depan makanan. Tidak ada jarak di antara mereka. Dari orang tua hingga anak, semuanya bersatu menjadi satu.
“Dusun 3 itu pemenangnya. Tapi semua dapat hadiah. Jadi yang menang lebih banyak. Semua capek dulu, semua dapat hadiah. Itu pengumumannya. Habis itu Bismillah, kita lanjutkan makannya,” kata Raja. Ibon terus memimpin doa sahur.
Raja Aibon makan sepuasnya dan berbaur dengan masyarakat serta prajurit TNI yang bersilang kaki di lapangan.
Setelah makan malam, hadiah dibagikan. Diakhiri dengan pemotretan. Namun ternyata banyak warga terutama perempuan yang menjadi penggemar Raja Ibon, dan wisuda Akademi Militer tahun 2004 menjadi sasaran foto penggemar baru.
Kisah permainan Njalivet…
Lomba hari Minggu ini merupakan gagasan dari Raja Ibon sendiri lho. Mengapa Anda memilih kompetisi tari?…
Ceritanya, pada suatu hari, Raja Ibon ngobrol ngopi bersama prajuritnya dan masyarakat di depan balai puja tujuan rehabilitasi sosial di TMMD 120 Desa Gurudug.
Untunglah ibu keduanya ada di sebuah rumah, dan mereka disambut oleh Raja Ibon, dan mereka segera menjadi sahabat. Bahkan sang ibu berjanji akan menemani Raja Ibon.
Keesokan harinya, ibu-ibu tersebut menyadari bahwa mereka tidak berbohong, sehingga pada waktu makan malam, mereka langsung mengajak raja Ibon dan pasukannya untuk memakan nasi yang telah mereka siapkan.
“Ayo Pak Dandim, coba nasi hidup. Yang tersisa hanya ikan asin, teri, dan tempe. Ada sambal dan lalapan dari kebun, dan tahukah kamu itu hanya di desa.” I. salah satu perempuan dari desa Gurudug hingga Raja Ibon Kogila.
Livet Nazi disiapkan sang ibu sebagai tanda terima kasih atas keikhlasan dan kejujuran para prajurit yang berjuang siang malam membangun kotanya. Jadi mereka dengan sukarela menyisihkan uang untuk melakukan Nazi Livet bersama.
Yang paling menakjubkan, Raja Ibon langsung menyantap nasi empuk yang dihidangkan, tanpa ragu dan malu.
“Bapak dan ibu, sambalnya enak sekali, pedas, nanti saya tambahkan lagi pada makanan saya,” sapa Raja Ibon kepada para ibu-ibu sambil menuangkan tambahan nasi dari minyak zaitun.
Padahal, sejak awal TMMD dimulai, Raja Aibon sudah mengingatkan prajuritnya untuk tidak fokus hanya membangun rumah saja. Namun yang terpenting dan penting adalah terjalinnya kesatuan TNI dan Rakyat (KTR).
Selain itu, dalam TMMD, sasaran fisiknya adalah jalan, penampungan air, rehabilitasi balai puja, dan pembangunan rumah tidak layak huni.
Syukurlah ketika hal itu terlaksana, para prajurit mampu melaksanakan perintah raja Ibon.
Para prajurit TNI di Komando Distrik Militer (CODEM) 0619/Purwakarta mampu membuktikan bahwa persatuan TNI dan rakyat bukan sekadar semboyan melainkan semboyan.
Meski TMMD hanya memproses beberapa kasus, namun kehadiran prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas TMMD Kotim Purvakarta telah membawa manfaat besar bagi masyarakat.
Sebab sejak adanya TMMD, para prajurit tidak fokus bekerja keras dan mengeluarkan keringat hanya untuk menyelesaikan tujuan TMMD yang sebenarnya, yaitu pembangunan jalan.
Namun sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan masyarakat.
Setiap pagi sebelum memulai pertarungan di pasir dan beton, para pejuang Maung Siliwangi menyempatkan diri untuk berolahraga bersama masyarakat.
Saat istirahat makan siang, para prajurit berbaur dengan masyarakat untuk minum kopi atau menikmati makanan.
Mereka bernyanyi bersama di malam hari, ada yang berpatroli di kantor kota, ada yang sengaja mengunjungi rumah-rumah penduduk, ada pula yang membaca Al-Quran bersama.
Kehadiran TNI di tengah masyarakat, khususnya yang ditunjukkan oleh prajurit Mang Kotam Siliwangi di Desa Gurudug, menunjukkan bahwa TNI dan masyarakat tidak dapat dipisahkan.
Kehadiran mereka nyata dan akan dirindukan, dan masyarakat benar-benar merasakan manfaat dari apa yang mereka lakukan. Di sisi lain, membuktikan bahwa prajurit TNI selalu berlandaskan Panchasila dalam pelaksanaan Sapta Margam dan sumpah militer serta delapan tugas TNI. Jaya selalu tentara Siliwangi, Jaya TNI.
Dimanapun berada, prajurit TNI akan selalu berkarya dan memberi manfaat bagi rakyat agar bangga dan cinta pada TNI dan negara Indonesia.
Siliwangi!!!