Jakarta, ditphat.net – Kualitas udara di Jakarta pada Rabu pagi masuk dalam kategori tidak sehat dan menduduki peringkat kedua kota udara terburuk di dunia.
Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir, hingga pukul 06.09 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta mencapai angka 153, termasuk dalam kategori tidak sehat dengan kualitas udara PM2,5 dan kadarnya mencapai 58,6 mikrogram per meter kubik.
Konsentrasi ini kira-kira 11,7 kali lipat dari nilai pedoman kualitas udara tahunan yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
PM2.5 adalah partikel di udara yang lebih kecil dari 2,5 mikrometer.
Kategori tidak sehat menunjukkan kualitas udara yang tidak aman bagi kelompok sensitif karena dapat membahayakan kesehatan manusia dan hewan yang sensitif, serta dapat merugikan tanaman dan nilai estetika. Kategori ini berlaku untuk konsentrasi PM2.5 100 ke atas.
Kategori sedang artinya kualitas udara tidak berdampak signifikan terhadap kesehatan manusia atau hewan, namun dapat berdampak pada tanaman sensitif dan nilai estetika, dengan konsentrasi PM2.5 antara 51-100.
Kategori baik menunjukkan kualitas udara yang tidak membahayakan kesehatan manusia atau hewan serta tidak mempengaruhi vegetasi, bangunan, atau nilai estetika, dengan konsentrasi PM2,5 antara 0-50.
Kategori sangat tidak sehat sesuai dengan PM2.5 antara 200-299, yang mungkin berbahaya bagi kesehatan pada bagian tertentu dari populasi yang terpapar.
Kategori terakhir, berbahaya, dengan konsentrasi PM2.5 antara 300-500, mewakili kualitas udara yang dapat menimbulkan kerugian serius bagi masyarakat umum.
Kota dengan kualitas udara terburuk adalah Kinshasa (Kongo) dengan AQI 190, disusul Jakarta (Indonesia) dengan AQI 153; Kampala (Uganda) dengan AQI 131, Kairo (Mesir) dengan AQI 122, dan Beijing (China) dengan AQI 119.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta meluncurkan platform pemantauan kualitas udara terpadu berdasarkan hasil pemantauan di 31 Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) yang tersebar di seluruh kota.
Data SPKU kemudian ditampilkan melalui platform pemantauan kualitas udara sebagai penyempurnaan dari sistem sebelumnya, sesuai standar nasional yang berlaku.
Platform ini juga menampilkan data dari 31 SPKU di Jakarta, termasuk data dari SPKU yang terkait dengan DLH Jakarta, Badan Meteorologi, Iklim dan Geofisika (BMKG), World Resources Institute (WRI) Indonesia, dan Vital Strategy (antara)