JAKARTA, ditphat.net – Pasar otomotif Indonesia kini memasuki era listrik seiring dengan tujuan pemerintah menuju net zero emisi (NZE) pada tahun 2060.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah terus menggalakkan adopsi kendaraan listrik (EV) dengan berbagai kebijakan insentif.
Belakangan ini, beberapa insentif telah diberikan kepada industri otomotif. Pertama, insentif pajak pertambahan nilai (PPN DTP) sebesar 10 persen oleh pemerintah untuk kendaraan listrik yang memiliki Nilai Segmen Dalam Negeri (TKDN) minimal 40 persen dan insentif sebesar 5 persen untuk pengenalan bus kendaraan listrik. Nilai TKDN minimal 20 persen hingga 40 persen.
Kedua, Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah Kendaraan Bermotor (PPnBM DTP) pemerintah dengan besaran insentif 100 persen untuk impor dan penyediaan kendaraan listrik roda empat (KBLBB) dalam bentuk utuh (completely built/CBU). Beberapa kendaraan roda empat KBLBB (Completely Knocked Down/CKD) produksi dalam negeri.
Ketiga, insentif PPnBM DTP untuk kendaraan hybrid sebesar 3 persen. Terakhir, ada insentif pembebasan bea masuk EV CBU sebesar 0 persen.
Adanya berbagai insentif ini dapat mengubah preferensi konsumen dan lanskap industri.
Sebelumnya, pasar konvensional atau Internal Combustion Engine (ICE), khususnya Non-LCGC (Low Cost Green Car) selalu mendominasi pasar, namun kini mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan. Hal ini disebabkan semakin populernya mobil listrik.
ditphat.net dikutip dari Indonesia Automotive Outlook 2025: Mengakhiri Sejuta Jebakan, Sambut Era Rendah Emisi ditphat.net.co.id Pada tahun 2019, kendaraan ICE non-LCGC mencatatkan penjualan sebanyak 814.641 unit atau mewakili pangsa pasar sebesar 78,9 persen.
Dominasi ini berlanjut pada tahun 2020 dan 2021, dengan pangsa pasar mencapai 83,1 persen pada tahun 2021 seiring dengan mulai pulihnya perekonomian dari krisis.
Namun, pada tahun 2023, pangsa sektor ini akan turun menjadi 72,6 persen, dan penurunan lainnya sebesar 67,7 persen terlihat pada data tahun berjalan (year-to-date) tahun 2024.
Di sisi lain, penjualan kendaraan listrik meningkat signifikan. Dari hampir tidak adanya penjualan pada tahun 2019 dan 2020, kendaraan listrik mengalami pertumbuhan yang signifikan, dari 125 unit terjual pada tahun 2020 menjadi 31.994 unit pada tahun 2024.
Pertumbuhan ini mencerminkan peningkatan pangsa pasar dari hampir nol pada tahun 2019 menjadi 4,5 persen pada tahun 2024. Dorongan pemerintah untuk mengadopsi kendaraan listrik ditambah dengan meningkatnya minat konsumen terhadap mobilitas berkelanjutan telah menghasilkan ekspansi yang luar biasa ini.
Selain kendaraan listrik, kendaraan listrik hibrida (HEV) juga muncul sebagai pemain kunci di pasar mobil Indonesia, memberikan solusi transisi bagi konsumen yang ragu untuk sepenuhnya beralih ke BEV.
Penjualan HEV meningkat dari 787 unit pada tahun 2019 menjadi 54.179 unit pada tahun 2023, dengan total penjualan mencapai 47.955 unit pada tahun 2024.
Pangsa pasar HEV akan meningkat dari hanya 0,1 persen pada tahun 2019 menjadi 6,8 persen pada tahun 2024, hal ini menunjukkan semakin populernya dan perannya di sektor otomotif Indonesia.
Sebagai teknologi transformatif, HEV menawarkan manfaat efisiensi bahan bakar dan emisi rendah, sekaligus mengatasi kekhawatiran mengenai biaya infrastruktur dan tingginya biaya awal BEV.
Transisi bertahap ke HEV merupakan langkah penting dalam peralihan keseluruhan menuju industri otomotif yang lebih berkelanjutan dan terdiversifikasi di Indonesia.