Menyadarkan Masyarakat agar Siaga Bencana

JAKARTA, ditphat.net – Operator telekomunikasi Telkomsel mendaur ulang limbah cangkang kartu SIM menjadi paving block dan phone holder (perangkat pendukung ponsel pintar).

Sekadar informasi, saat membeli kartu SIM starter, konsumen cukup melepas kartu SIM dan membuang cover serta cangkangnya.

Berbeda dengan botol plastik yang mempunyai nilai tinggi, sampah plastik berupa cangkang kartu SIM tergolong bernilai rendah.

Oleh karena itu, Telkomsel berkomitmen untuk mendaur ulang limbah cangkang kartu SIM dan menjadikannya barang yang bermanfaat.

Dari sampah plastik yang dikumpulkan pada tahun 2022, Telkomsel sudah memiliki 75 ribu paving block dan 20 ribu penyangga telepon seluler. Apa yang dilakukan anak perusahaan TelkomGroup ini merupakan bagian dari Program Pengelolaan Sampah EarthCare.

Saki Hamsat Bramono, Vice President Corporate Communications and Social Responsibility Telkomsel, mengakui fokusnya tidak hanya pada pertumbuhan bisnis, namun memastikan inovasi teknologi mendukung pelestarian alam dan kelangsungan hidup masyarakat.

“Kami ingin meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan dan kesiapsiagaan bencana,” ujarnya.

Kali ini Telkomsel melaksanakan dua kegiatan penting di Maros, Sulawesi Selatan sebagai bagian dari prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).

Keduanya pernah mengikuti pelatihan sanitasi lingkungan dalam Program Pengelolaan Sampah Telkomsal Jaga Bumi dan pelatihan relawan tanggap bencana Gladion PANJI dalam program Telkomsal Emergency Action and Recovery (TERA).

Kegiatan kebersihan umum bertujuan untuk membersihkan lingkungan sepanjang aliran sungai hingga dermaga di Dusun Ramang Ramang.

Sebagai bagian dari Program Pengelolaan Sampah Telkomsel Jaga Bumi, kegiatan ini tidak hanya seputar pembersihan kawasan, namun juga mencakup edukasi pemilahan dan daur ulang sampah, khususnya sampah berbahan plastik.

Sementara itu, Program Relawan Gladion PANJI TERRA dirancang untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi bencana, seperti pemetaan risiko, alokasi sumber daya, pemberitahuan dini, jaringan evakuasi yang aman, dan integrasi manajemen darurat (PANJI).

Peserta juga diajak untuk melihat potensi bencana yang ada disekitarnya serta memahami pentingnya menjaga alam khususnya kawasan Geopark Dunia UNESCO Maros – Pangkep yang pada tahun 2023 akan menjadi kawasan terluas kedua di dunia dan dikenal sebagai kawasan paling rawan bencana. kawasan karst yang indah.

By ditphat

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *