Jakarta, ditphat.net – Gangguan metabolisme merupakan sekelompok penyakit yang mempengaruhi cara tubuh mengubah makanan menjadi energi. Gangguan ini dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
Penyakit-penyakit ini termasuk, namun tidak terbatas pada, diabetes tipe 2, obesitas, sindrom metabolik, dan penyakit kardiovaskular. Dengan gangguan metabolisme, tubuh mungkin tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin secara efektif, yang dapat menyebabkan tingginya kadar gula darah. Selain itu, ketidakseimbangan lipid dapat menyebabkan peningkatan risiko penyakit jantung. Gulir untuk informasi lebih lanjut!
Penyebab utama penyakit metabolik adalah obesitas. Diketahui bahwa kelebihan berat badan, terutama di area perut, dapat mengganggu metabolisme tubuh. Selain itu, penimbunan lemak dalam tubuh akibat obesitas dapat meningkatkan tekanan darah, kolesterol, dan kadar gula darah.
Penyakit ini sendiri bisa dicegah melalui pola hidup sehat. Selain aktivitas fisik, penting juga untuk mengontrol makanan. Konsultan Kardiovaskular, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari RS Jantung Jakarta, Dr. Dr. Meninggal D.A. Silalahi, Sp.PD-KKV, FINASIM, FICA, FAPSIC, FACC, FSCAI membahas tentang diet autophagy yang disebut-sebut dapat membantu menurunkan berat badan pada penderita sindrom metabolik.
Dijelaskan, Dr. Todung, diet autophagy sendiri merupakan diet dengan makan dua kali sehari yaitu pada jam 12 siang dan jam 6 sore.
“Makan dua kali yaitu jam 12 siang dan jam 6 sore untuk menurunkan berat badan,” ujarnya dalam acara “Heart-to-Heary: A Journey with OMRON & JHC” di RS Jantung Jakarta pada Selasa, 12 November 2024.
Dr. Kematian, orang dengan riwayat penyakit metabolik tidak boleh sarapan selama diet ini. Bahkan ada buah-buahan seperti pisang.
“Bahkan jangan makan buah di pagi hari. Ada orang yang sedang diet tapi makan pisang di pagi hari. Satu buah pisang memiliki 200 kalori yang setara dengan sepiring nasi,” ujarnya.
Todung juga menjelaskan, mereka yang mengikuti diet ini boleh makan seperti biasa pada pukul 12 siang dan 6 sore. Beberapa makanan seperti ikan, daging, dan telur bisa menjadi pilihan. Meski memiliki waktu makan tertentu, ia mengingatkannya untuk tidak makan berlebihan pada waktu tersebut.
“Makan bebas, punya waktu luang, tapi jangan makan berlebihan, makan biasa saja. Ikan, daging, telur. Tidak ada batasan kecuali yang dilarang,” ujarnya.
Todung juga menjelaskan, pola makan seperti ini bahkan dikembangkan di RSUD Dharmai. Pola makan ini seharusnya bisa memperpanjang umur pasien yang tidak memiliki angka harapan hidup panjang, ujarnya.
“Siapapun yang berisiko terkena penyakit metabolik mengikuti diet ini. Sudah dikembangkan di Dharmais hingga pasien putus asa tidak punya harapan hidup lagi,” jelasnya.
Menurut berbagai sumber, autophagy adalah proses alami tubuh untuk menghilangkan sel-sel yang rusak dan tidak aktif serta menggantinya dengan sel baru yang sehat.
Saat berpuasa, tubuh tidak mengonsumsi makanan selama berjam-jam dan menyebabkan sel-sel tubuh “kelaparan”. Pada titik ini, proses autophagy menghancurkan sel-sel yang rusak dan menggantinya dengan sel-sel baru.
Ketika mekanisme autophagy diaktifkan dengan puasa dan tubuh memasuki fase ketosis, biasanya muncul gejala tertentu, seperti nafsu makan menurun, munculnya bau keton (bau buah atau logam), kelelahan, dan penurunan berat badan karena lemak. kehilangan.
Selain kemampuan mengurangi stres, manfaat autophagy lainnya antara lain mengurangi risiko kanker dan diabetes tipe 2, serta meningkatkan fungsi otak dalam memori, memproses informasi, dan mengambil keputusan. Selain itu, autophagy juga dapat mencegah keparahan penyakit Alzheimer, membantu meningkatkan kesehatan jantung, dan meningkatkan proses penciptaan energi.