New York, ditphat.net – Menteri Pertahanan Negara (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin mendapat pengalaman tak terlupakan saat menginjakkan kaki di New York, Amerika Serikat pada Oktober 1995.
Informasi dari berbagai sumber, Sabtu 9 November 2024, dalam kunjungan tersebut, Sjafrie yang merupakan anggota Paspampres dari rombongan Kopassus diminta menyerahkan Presiden ke-2 RI Soeharto untuk menghadiri PBB. Majelis Umum. Parlemen.
Saat itu, Perdana Menteri (PM) Israel, Yitzhak Rabin tiba-tiba ingin bertemu dengan Soeharto untuk membahas masalah konflik di Timur Tengah.
Rabin ingin bertemu dengan Soeharto mengingat pada saat Soeharto menjabat sebagai Presiden Organisasi Kerjasama Islam (OKI), sebenarnya beliau mempunyai pengaruh yang besar terhadap anggota kebijakannya di OKI yang banyak terdapat di negara-negara Timur Tengah.
Yitzhak Rabin dan empat pengawalnya dari pasukan khusus Israel, Mossad, berangkat ke Hotel Waldorf Towers, tempat Presiden Soeharto menginap.
Namun rencana mereka bertemu dengan Soeharto dinilai melanggar keamanan dan terkesan arogan sehingga Paspampres menghentikan mereka sebelum masuk ke dalam lift.
Salah satu Paspampres yang menghentikan rombongan Yitzhak Rabin adalah Letjen TNI (Letjen) TNI Sjafrie Sjamsoeddin.
Terjadi pembicaraan antara Sjafrie Sjamsoeddin dan Yitzhak Rabin hingga akhirnya rombongan Perdana Menteri Israel diperbolehkan bertemu dengan Soeharto.
Nah, di situlah peristiwa menegangkan itu terjadi. Saat hendak memasuki lift, pengawal Yitzhak Rabin menanyai Sjafrie. Alhasil, mereka menolak naik lift bersama pengawal Soeharto.
Para pengawal perdana menteri Israel menduga Sjafrie dan rekan-rekannya bukanlah pengawal resmi Presiden Soeharto. Padahal Sjafrie saat itu sudah terdaftar di Perutusan Tetap Perserikatan Bangsa-Bangsa di Republik Indonesia (PTRI).
Terjadi pertengkaran antara Sjafrie Sjamsoeddin dan agen Mossad. Secara tidak terduga, pengawal perdana menteri Israel keluar dan menodongkan senapan Uzi ke arah Sjafrie tepat di perutnya.
Tapi Sjafrie tidak begitu penting. Ia pun dengan cepat mengarahkan pistol Baretta miliknya ke perut agen Mossad tersebut.
Yitzhak Rabin khawatir dengan kejadian ini. Dia kemudian memerintahkan pengawalnya untuk menurunkan senjata dan meminta maaf. Ketegangan mereda setelah agen Mossad dan Sjafrie menurunkan senjatanya. Tak terjadi baku tembak antara Paspampres dan pengawal Perdana Menteri Israel.
Yitzhak Rabin dan pengawalnya siap menunggu Presiden Soeharto selama 15 menit. Mereka menunggu karena saat itu Soeharto masih mengunjungi Presiden Sri Lanka, Chandrika Kumaratunga.
Saat bertemu dengan Soeharto, Yitzhak Rabin menjelaskan perkembangan proses perdamaian antara Israel dan Palestina. Ia pun meminta maaf atas kejadian tersebut.