Jakarta, ditphat.net – Industri otomotif Indonesia terus mengalami gejolak yang tiada henti. Sejak stagnasi penjualan satu juta mobil hingga saat ini muncul pembicaraan mengenai kenaikan pajak.
Bahkan, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) merevisi target penjualan di dalam negeri menjadi 850.000 unit, dari semula 1,1 juta unit.
Hal ini dilakukan secara realistis mengingat angka penjualan mobil nasional belum meningkat secara signifikan.
Tercatat pada Januari-Oktober 2024, penjualan mobil di Indonesia hanya mampu mencapai 710 ribu unit atau turun 15 persen dibandingkan periode Januari-Oktober 2023.
Pemerintah menyampaikan beberapa usulan untuk mendorong pertumbuhan industri otomotif.
Kementerian Koordinator Perekonomian menyampaikan, salah satu usulan yang berpeluang menumbuhkan industri otomotif adalah melalui green financing.
Ekko Harjanto, Asisten Deputi Pembangunan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian, mengatakan pembiayaan ramah lingkungan merupakan bagian dari inisiatif keuangan berkelanjutan yang berfungsi mendukung proyek-proyek yang tidak merugikan lingkungan, termasuk pengembangan industri otomotif rendah emisi. . seperti kendaraan listrik.
“Harapannya dengan pembiayaan ramah lingkungan, semakin banyak industri otomotif yang memilih penggunaan bahan bakar energi terbarukan,” ujarnya, dikutip ditphat.net pada FGD: “Prospek otomotif 2024: mengakhiri jebakan jutaan dolar, menyambut baik era Rendah emisi yang diselenggarakan ditphat.net.co.id di Jakarta.
Menurut dia, kontribusi skema pembiayaan ramah lingkungan terhadap industri otomotif rendah emisi antara lain dapat mendukung investasi infrastruktur dan produksi melalui pembangunan pabrik, serta perluasan infrastruktur kendaraan listrik.
“Pembiayaan ramah lingkungan juga diharapkan mencakup rencana kendaraan rendah emisi dengan suku bunga rendah bagi konsumen,” lanjut Ekko.
Ekko kemudian menyatakan bahwa produsen kendaraan dengan misi rendah dapat memanfaatkan obligasi ramah lingkungan untuk membiayai proyek berkelanjutan apa pun.
“Pembiayaan ramah lingkungan ini memungkinkan investasi asing langsung masuk ke industri otomotif rendah emisi,” ujarnya.
Namun dalam penerapan pembiayaan ramah lingkungan ini untuk mendukung pertumbuhan industri otomotif, Ekko menjelaskan ada beberapa tantangan yang harus dihadapi.
“Dalam implementasi rencana ini, banyak pelaku industri dan lembaga keuangan yang belum sepenuhnya memahami mekanisme dan manfaat pembiayaan ramah lingkungan,” jelasnya.
Lalu, adanya infrastruktur ramah lingkungan seperti SPKLU (stasiun pengisian kendaraan listrik umum), yang dapat menghambat daya tarik pembiayaan ramah lingkungan.
Ekko menambahkan: “Jadi, sertifikasi proyek ramah lingkungan membutuhkan proses yang panjang dan biaya tambahan. Selain itu, peraturan yang tidak konsisten atau masih tumpang tindih dapat menghambat pelaku usaha dalam mengakses pembiayaan ramah lingkungan.”
Tantangan lain dalam menerapkan pembiayaan ramah lingkungan ini adalah kendaraan rendah emisi dan infrastrukturnya memiliki biaya awal yang tinggi dan membuat investor enggan masuk tanpa insentif yang jelas.