ditphat.net – Pernahkah Anda merasa diperlakukan berbeda meski berada dalam situasi yang sama dengan orang lain? Pernahkah Anda menghadapi ketidakadilan, baik di tempat kerja, di depan umum, atau bahkan di dunia olahraga? Fenomena ini dikenal dengan standar ganda. Peraturan dan regulasi yang seharusnya berlaku bagi semua orang diterapkan secara tidak merata, sehingga menimbulkan ketidakadilan dan frustrasi.
Coba bayangkan skenario ini: Anda bekerja keras di kantor, tetapi ketika ada peluang promosi, rekan Anda yang memiliki pengalaman serupa mendapat promosi hanya karena dia memiliki “hubungan” dengan atasan.
Bahkan dalam keluarga, aturan yang berbeda berlaku antara laki-laki dan perempuan, bahkan dalam situasi yang sama. Contoh lain yang mendekati apa yang terjadi sekarang adalah dalam olahraga, dimana keputusan yang diambil oleh wasit diambil oleh satu pihak dan menguntungkan pihak lain.
Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang apa itu standar ganda, bagaimana fenomena tersebut muncul dan berkembang di berbagai bidang kehidupan, serta apa dampaknya.
Sederhananya, standar ganda adalah penerapan aturan atau ketentuan yang berbeda terhadap individu atau kelompok yang berada dalam situasi atau situasi yang sama. Konsep ini mengacu pada penerapan kebijakan atau penilaian yang tidak sejalan, dimana salah satu pihak diprioritaskan sedangkan pihak lainnya dirugikan, padahal seharusnya kedua belah pihak memiliki persamaan atau syarat.
Dalam konteks modern, kedua standar tersebut muncul dalam cara yang berbeda, baik dalam konteks sosial, ekonomi, politik, dan olahraga. Contohnya adalah ketika perusahaan menggunakan pedoman yang berbeda terhadap karyawannya berdasarkan gender atau hubungan seseorang dengan manajemen, padahal semua karyawan harus diperlakukan secara adil.
Kedua tingkatan tersebut sering kali muncul di berbagai area kehidupan kita, dan seringkali terjadi tanpa kita sadari. Di bawah ini beberapa contoh standar ganda yang sering dijumpai di berbagai bidang 1. Status gender ganda
Biseksualitas adalah salah satu bentuk ketidakadilan yang paling umum. Di banyak masyarakat, laki-laki dan perempuan diperlakukan berbeda meskipun mereka berada dalam situasi yang sama. Misalnya, di tempat kerja, laki-laki dipandang lebih layak mendapatkan promosi atau kenaikan gaji meskipun status dan kualifikasi mereka sama dengan perempuan.
Di sisi lain, dalam hal penampilan, perempuan dinilai lebih berdasarkan kondisi fisik dan penampilan dibandingkan laki-laki, karena tekanan dalam masyarakat bisa jadi terlalu besar. Selain itu, dari segi emosional, pria yang menangis dianggap lemah atau kurang baik, sedangkan wanita yang emosional dianggap terlalu kuat atau terlalu kuat. Dua tingkat pendidikan
Dalam dunia pendidikan, kita sering melihat standar ganda terkait identitas sosial, ekonomi, atau bahkan gender. Siswa dari keluarga kaya memiliki akses mudah terhadap kesempatan pendidikan yang baik.
Selain itu, ada persyaratan berbeda dalam memilih jurusan di universitas. Anak laki-laki sering kali didorong untuk belajar di bidang yang lebih teknis seperti sains dan teknologi, sedangkan anak perempuan lebih condong ke bidang seni atau humaniora, meskipun minat dan bakat mereka mungkin tidak sejalan dengan gagasan ini.3. Standar ganda dalam hukum dan keadilan
Standar ganda juga terlihat dalam penegakan hukum. Orang-orang dari kelompok sosial atau ekonomi yang lebih tinggi seringkali menerima hukuman yang lebih ringan atau perlakuan yang lebih baik dalam sistem hukum dibandingkan mereka yang berasal dari kelompok miskin atau minoritas.
Misalnya kejahatan jenis ini dilakukan oleh orang kaya, namun orang kaya mendapat hukuman yang sederhana. Hal ini menunjukkan ketidakadilan dalam sistem hukum, dimana masyarakat yang memiliki sumber daya lebih banyak dapat membeli kebebasan, sementara masyarakat lain harus mengambil keputusan yang sulit. Standar ganda dalam hubungan
Dalam hubungan pribadi, standar ganda sering kali muncul dalam hal keamanan, status keluarga, dan ekspektasi pasangan. Misalnya, laki-laki yang berbuat curang sering kali mudah dimaafkan atau dianggap normal, sedangkan perempuan yang berbuat curang akan mendapat hukuman berat di masyarakat.
Begitu pula dengan perempuan dalam rumah tangga yang diharapkan berperan aktif dalam mengurus rumah dan anak, sedangkan laki-laki yang membantu pekerjaan rumah sering dipuji. 5. Dua peran dalam kehidupan kerja
Di tempat kerja, Anda sering melihat standar ganda dalam proses perekrutan, promosi, dan kompensasi. Misalnya, perempuan sering kali merasa sulit untuk menduduki posisi kepemimpinan karena adanya penghalang tak kasat mata yang dikenal sebagai “rumah kaca”.
Selain itu, kontribusi pekerja perempuan mungkin tidak diakui atau dihargai sebesar pekerja laki-laki, meskipun mereka melakukan pekerjaan yang sama atau lebih baik. Hal ini menimbulkan ketidakseimbangan yang tidak hanya berdampak pada kesejahteraan individu, namun juga berdampak pada produktivitas dan budaya kerja secara keseluruhan.6. Dua tingkat kesehatan
Terkait akses terhadap layanan kesehatan, ada dua dimensi yang juga muncul. Pasien dari kelompok sosioekonomi rendah atau kelompok ras seringkali menerima perawatan yang lebih buruk dibandingkan dengan pasien dengan status sosioekonomi lebih tinggi.
Selain itu, dalam hal kesehatan mental, pria sering kali didorong untuk menekan perasaannya atau mengabaikan masalahnya karena menunjukkan kelemahan dianggap tabu. Di sisi lain, perempuan dapat dengan mudah terdorong untuk mencari bantuan psikologis, namun di saat yang sama mereka menghadapi berbagai masalah terkait kesehatan mental 7. Standar ganda dalam lingkungan sosial
Dalam masyarakat, harapan terhadap laki-laki dan perempuan seringkali berbeda secara tidak adil. Laki-laki sering kali diharapkan mandiri dan fokus pada karier, sedangkan perempuan diharapkan mengurus keluarga dan rumah.
Selain itu, perilaku asertif dan asertif pada laki-laki sering dipuji sebagai salah satu bentuk kepemimpinan, sedangkan perempuan yang menunjukkan perilaku serupa sering dicap sebagai “bossy” atau mendominasi. Perbedaan ekspektasi ini memperkuat stereotip dan meningkatkan ketidakadilan dalam lingkungan sosial
Dampak standar ganda tidak hanya berdampak pada masyarakat secara langsung, namun juga dapat berdampak pada struktur sosial dan budaya masyarakat. Berikut ini adalah beberapa dampak utama kedua skala tersebut dalam kehidupan sehari-hari1. Ketidakadilan sosial
Standar ganda menciptakan ketidakadilan di berbagai bidang kehidupan, mulai dari kehidupan kerja hingga hubungan sosial. Dalam lingkungan profesional, ketidakadilan ini dapat mempengaruhi motivasi karyawan, merusak hubungan antar rekan kerja dan berujung pada berkurangnya produktivitas.2. Dampak terhadap kesehatan mental
Mereka yang terjerumus ke dalam standar ganda seringkali mengalami depresi. Perasaan tidak adil dapat menyebabkan rendahnya harga diri, ketidakpercayaan terhadap sistem, dan bahkan depresi. Rusaknya kepercayaan masyarakat
Ketika standar ganda diterapkan pada institusi atau lembaga besar, hal ini akan melemahkan kepercayaan masyarakat. Masyarakat mulai meragukan kebenaran dan kebenaran keputusan tersebut. Bagaimana standar ganda dapat merusak integritas sistem
Pendidikan adalah kunci untuk mengatasi keseimbangan ganda. Masyarakat harus memahami bahwa penggunaan standar ganda akan merugikan semua pihak dalam jangka panjang. Harus ada kampanye untuk menjamin kesetaraan dan keadilan di berbagai sektor.
Mengkritik dan menantang ide-ide yang ada di masyarakat juga boleh-boleh saja. Terkait gender, misalnya, kita harus memperkuat kesetaraan antara laki-laki dan perempuan di tempat kerja dan di rumah.