KLa Project AETERNITAS, Perayaan 36 Tahun dengan Kolaborasi Musikal dan Nostalgia Abadi

JAKARTA, ditphat.net – Malam itu, Istora Senayan Jakarta menjadi saksi cerita baru dalam perjalanan panjang proyek KLa, sebuah konser bertajuk “AETERNITAS” yang menarik perhatian lebih dari 4 ribu penonton. Panggung megah dan suasana nostalgia menjadi cara yang tepat untuk merayakan 36 tahun karir band legendaris ini di belantika musik Tanah Air.

Penggemar setianya yang akrab disapa KLanese mulai memadati Stora Senayan sejak sore hari, meski Jakarta diguyur hujan. Inilah generasi yang tumbuh dengan lagu-lagu KLA Project tahun 1980-an, saat musik band masih masa mudanya. Gulir terus, oke?

Pukul 20.30 WIB suasana konser langsung meriah dengan lagu pembuka Geremis yang diputar di seluruh venue. Lagu hits tahun 1997 ini sangat cocok sebagai pembuka, menyejukkan pemandangan jalanan yang lembap sehabis hujan.

“Konser ini spesial,” kata Cato sambil mulai menyapa penonton.

“Karena biasanya kami tampil lima tahun sekali, tapi kali ini kami kembali mengadakan konser solo hanya setahun sekali. Tahukah kamu kenapa, Kak Lilo?’ Cato bertanya dengan nada mengejek.

Lilo dengan gayanya yang khas langsung menjawab, “Karena tahun ini aku berusia 60 tahun” yang disambut tepuk tangan meriah dan gelak tawa penonton. Interaksi hangat tersebut menjadi salah satu keunikan konser KLa Project, dimana dialog antara anggota band dan penonton menciptakan keintiman emosional yang kuat.

Penampilan mereka diawali dengan sederet lagu hits seperti Menjemput Mimpi dan Dekadensi, setelah itu Lilo berkata, “Jangan panggil kami Pakde, oke”, disusul Caton, “Panggil saja kami paman.” Tawa kembali pecah ketika Lillo berkata, “Kami akan bersenang-senang sampai Komisi Pemberantasan Korupsi atau Kejaksaan memanggil.”

Kreativitas musikal arsitek musik Ada Adriano terungkap dalam aransemen baru yang mereka hadirkan. Kolaborasi KLa Project Music dengan gamelan dan rampak gendang Sudan pada lagu Time Left pun berhasil memukau penontonnya, membawa mereka ke dalam suasana yang magis dan magis.

Ini disajikan secara terpadu dan enak dipandang secara visual. Dua layar LED besar di sisi panggung menampilkan visual yang tidak hanya menampilkan aksi panggung masing-masing staf, namun juga elemen grafis yang menambah kesan menyatu dengan tema musik. Di beberapa momen, visual di layar seolah melengkapi lirik dan melodi, menciptakan pengalaman konser yang lebih imersif.

Hadir pula Lomba Sakti yang naik ke panggung menyanyikan lagu hits Rentang Asmara. Dipimpin oleh Tristan Julian, putra Eddie MS, dan Memes, Lomba Magic menciptakan kembali lagu proyek klasik KLA ini. Dengan panggung mini di tengah venue, Cato dan Lilo menjauh dari panggung utama menyambut penonton dan beberapa tamu VVIP seperti Profesor Mahfoud dan Iras Jarot.

Ada pula momen tak terduga ketika ia tiba-tiba mendapat masalah pada gitarnya saat membawakan Belahan Jiwa. Malam itu semakin meriah ketika Cato kembali mengundang Meckel ke atas panggung dan mereka membawakan lagu Romansa bersama.

Di penghujung konser, KLA Project tampil memukau dengan membawakan lagu barunya Tak Usa Chase Cinta. 

“Lagu baru ini menjawab banyak pertanyaan yang ditunggu-tunggu para penggemar terhadap karya terbaru KLA. “Ini adalah hadiah untuk kalian semua yang setia menemani kami dalam perjalanan,” kata Cato.

By ditphat

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *