ditphat.net – Sore harinya, Nurhayati terlihat sibuk menata taman kecil di halaman rumahnya.
Tangannya yang penuh air mata begitu mengerikan hingga mencabut tanaman liar yang tumbuh di sela-sela pohon bayam. Bukan hanya tanaman liar, sampah juga menjadi sasaran yang harus dibuang dari kebun.
Kebun bayam yang luasnya kurang dari tiga meter persegi terpelihara dengan baik. Tentu saja meski kecil, taman ini menjadi harapan Nurhayati untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Di samping kebun bayam terdapat lahan kecil dimana berbagai tanaman seperti cabai dan tomat tumbuh subur.
Seperti bayam, cabai, dan tomat, inilah yang menjadi sumber penghidupan Nurhayati dan keluarga.
Setiap pagi dan sore, Nurhayati dengan bantuan putra sulung Usup selalu menyirami taman.
Taman ini bukan milik pribadi Nurhayata, begitu pula rumah sederhana yang terletak di tengah kota Purwakarta ini. Namun semua itu adalah milik Badan Pemerintahan Daerah Militer (Kodim) 0619/Purwakarta.
Rumah dan taman terletak di halaman samping TK Persit KCK. Salah satu pusat pendidikan usia dini bagi putra-putri prajurit TNI.
Pasalnya, Nurhayati sudah sangat lama tinggal di lingkungan TNI.
Nurhayati bercerita kepada ditphat.net Army: “Saya di sini 20 tahun yang lalu. Jadi awalnya suami saya yang tinggal di sini bekerja di akademi TNI. Suami saya, saya dipanggil ke sini.”
Suami Nurhayat, mendiang Rukman, dipercaya TNI sejak 2004 untuk terlibat dalam pengelolaan TK Persit KCK, pemeliharaan sekolah, dan pekerjaan lingkungan.
Namun, penyakit Rukman memaksanya berhenti dari pekerjaannya, dan dia meninggal. Dan Nurhayati memutuskan untuk melanjutkan pengabdian suaminya di TNI.
Selama 20 tahun di sana, ia menghadapi banyak masalah. Salah satu permasalahan yang kita hadapi adalah air bersih.
“Saya sudah lama pakai air PAM, tapi sering berhenti berfungsi. Kadang sampai 4 bulan,” kata ibu berusia 55 tahun itu.
Untuk mendapatkan air bersih, Nurhayati dan putranya harus mencarinya di hotel yang jauh dari taman kanak-kanak Kartika.
Bertahun-tahun ia habiskan hanya untuk berdoa dan berharap suatu saat ada yang memperhatikan penderitaannya.
Allah mengabulkan doa Nurhayat..
Pada Mei 2024, TNI Angkatan Darat memutuskan untuk memecat Letkol. Infa Ardiansyah dari jabatannya sebagai Panglima Batalyon Angkatan Darat (Yonif) Para Raider 305/Tengkorak, Kostrad di Kodam Siliwangi dan diberi jabatan Dandim Purwakarta.
Suatu hari di masa jabatannya, seorang lulusan Angkatan Darat tahun 2004 mengunjungi taman kanak-kanak Kartika. Tujuannya untuk melihat bagaimana kinerja lembaga pendidikan.
Melihat kondisi taman kanak-kanak yang memprihatinkan tersebut, seorang pimpinan TNI bernama Raja Aibon Kogila memutuskan untuk merenovasi gedung dan prasarana taman kanak-kanak tersebut. Tujuannya tentu saja agar para pelajar di sana nyaman dan masyarakat pada umumnya tertarik untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut.
Dan salah satu tujuan perbaikannya adalah masalah akses terhadap air bersih. Untungnya, TNI AD juga sangat mendukung program TNI AD Manunggal Air.
Dalam waktu singkat, Raja Aibon dan prajurit Kodim Purwakarta bergerak mengatasi masalah tersebut. Sayangnya, kantin polisi menghadapi masalah yang sama.
Akhirnya penggali sumur didatangkan. Pipa sepanjang lebih dari 50 meter mampu menembus tanah dan air tawar dialirkan dari satu mesin air.
Tidak diragukan lagi, menara berisi ribuan liter ini ditempatkan pada ketinggian 7 meter di atas menara besi besar yang dibuat oleh tangan para prajurit.
Nurhayati berkata, “Alhamdulillah terima kasih Pak dan Bu Dandim sudah mengurus permasalahan kami. Sekarang airnya banyak.”
Raja Aibon Kogila berkata, “Tujuan hidup kita adalah bagaimana kita bisa melakukan sesuatu yang bisa membantu lebih banyak orang. Oleh karena itu, dibalik setiap tindakan ada cerita yang baik.”