Nusa Tenggara Timur, ditphat.net – Di Indonesia, keberadaan dukun jantan sebagai bahan andalan untuk membantu proses peternakan masih banyak dikenal, terutama di wilayah pedesaan. Bidan merupakan seorang dokter yang biasanya sudah berpengalaman dalam membantu ibu hamil saat melahirkan. Mereka kerap menjadi pilihan ibu hamil yang lebih memilih melahirkan dan melahirkan di rumah sakit.

Fenomena dukun beranak sudah ada sejak lama dalam budaya Indonesia. Pada zaman dahulu, ketika akses terhadap fasilitas kesehatan masih terbatas, dukun menjadi pilihan utama pertolongan persalinan. Mereka harus mengetahui tentang persalinan, perawatan ibu nifas, dan pengobatan tradisional untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul selama kehamilan dan persalinan.

Dukun cenderung memiliki hubungan yang kuat dengan komunitasnya. Mereka percaya dapat memberikan kehangatan dan kenyamanan bagi ibu hamil saat melahirkan. Dalam banyak hal, dukun branak juga dianggap sebagai sosok spiritual yang mampu mengusir roh jahat terhadap ibu dan anak.

Meski kini banyak rumah sakit dan bidan yang menawarkan layanan persalinan, dukun beranak tetap mendapat tempat di hati masyarakat. Apalagi di daerah yang jauh dari fasilitas kesehatan, dukun bersalin seringkali menjadi pilihan utama ibu hamil. Mereka dianggap memiliki pemahaman yang baik terhadap budaya dan adat istiadat masyarakat, sehingga para orang tua merasa metode yang mereka gunakan di rumah semakin nyaman.

Hasil dukun beranak bukannya tanpa persaingan dan kontroversi. Beberapa kalangan, terutama kalangan medis, berpendapat bahwa praktik dukun beranak dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan ibu dan anak. Jika pengetahuan medis tidak mencukupi, kemungkinan bidan tidak akan mampu mengatasi permasalahan yang mungkin timbul saat melahirkan. Hal ini menjadi kekhawatiran besar, apalagi jika terjadi kesalahan dalam melahirkan yang bisa berakibat fatal.

Mengubah gambaran kesehatan ibu dan anak di desa Uzuzozo

Akibat minimnya edukasi kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di pelosok, Theresia Dwiaudina Sari Putri pindah dari Desa Kekandere, Kecamatan Nangpanda, Nusa Tenggara Timur. Setelah menyelesaikan pendidikan Diploma 3 Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya pada tahun 2016, perempuan yang akrab disapa Dini ini kembali ke desanya untuk berkontribusi pada masyarakat.

Setelah lulus, Dini tak menunggu lama untuk fokus pada dirinya sendiri. Ia pun langsung melamar pekerjaan sebagai tenaga honorer di desanya, meski gaji yang diterimanya hanya sebatas anugerah. Namun hal itu tidak memperlambatnya. Ia menjalankan tugasnya dengan setia, termasuk pemeriksaan kesehatan rutin terhadap ibu hamil di berbagai desa di Nangpanda. Tindakan ini merupakan salah satu pedoman utama yang memberikan pentingnya tes kehamilan dalam menjamin kesehatan ibu dan anak.

Pada tahun 2017, Dini mendapat kesempatan bekerja di desa Uzuzozo. Namun, desa ini kompetitif. Karena lokasinya yang terpencil dan akses yang mudah, banyak tenaga kesehatan yang enggan bekerja di sana. Dulu, banyak ibu hamil di Uzuzo yang melahirkan dengan bantuan bidan, sedangkan sebagian besar anak yang dilahirkan mengalami stunting. Kejadian ini menyebabkan Dini berubah.

Menghadapi kenyataan pahit, Dini tak tinggal diam. Ia mulai merintis program untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan ibu dan anak. Dengan hubungan dan cinta yang baik, ia berhasil membuat ibu hamil rutin melakukan tes kehamilan di rumah sakit. Perlahan tapi pasti, kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan semakin meningkat.

Dengan penuh semangat dan energi, Dini mendampingi para ibu, mendidik dan mendidik mereka tentang pola pengasuhan yang baik dan pentingnya kesehatan bagi anak-anaknya. Dengan bimbingan Dini, orang tua mulai menyadari perannya dalam menjamin tumbuh kembang anaknya.

Berkat kerja keras dan dedikasinya, hasilnya terlihat. Kini, seluruh ibu hamil di Uzuzoz telah didiagnosis hamil dan memutuskan untuk melahirkan di rumah sakit. Selain itu, jumlah anak stunting juga mengalami penurunan yang cukup signifikan. Dari 15 anak yang ditemukan mengalami stunting pada tahun 2019, jumlah tersebut mengalami penurunan yang signifikan, dan sejauh ini hanya tiga anak yang masih mengalami masalah yang sama.

Kisah Theresia Dwiaudina Sari Putri merupakan kisah inspiratif tentang perubahan yang bisa dicapai melalui dedikasi dan cinta terhadap sesama. Dengan keberanian dan dedikasinya, Dina berhasil mengubah citra kesehatan ibu dan anak di Desa Uzuzozo. Atas dedikasi dan perjuangannya terhadap kemanusiaan, Dini menerima Penghargaan Satu Indonesia pada tahun 2023.

By ditphat

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *