Jakarta, ditphat.net – Sektor keuangan merupakan salah satu sektor yang sangat vital dalam perekonomian global, termasuk Indonesia. Di balik angka-angka dan analisis keuangan yang kompleks terdapat tantangan serius yang dihadapi oleh karyawan.
Riset terbaru yang dipaparkan Kaukus Komunitas Peduli Kesehatan Jiwa (Keswa Caucus) pada konferensi pers Rabu 13 November 2024 mengungkap fakta mengejutkan bahwa 3 dari 10 pekerja sektor keuangan di Indonesia mengalami stres akibat pekerjaan.
Peneliti dan promotor Kaukus Hak Asasi Manusia, Dr. Ray Wagiu Basrowi menjelaskan, ada dua jenis stres yang dominan terjadi pada pegawai di sektor keuangan. “Kekuatan/vitalitas negatif bertanggung jawab atas 26% dari mereka yang kehilangan semangat bekerja karena stres. Yang kedua adalah kelelahan, yang mempengaruhi 19% karyawan. “Mereka merasa lelah sepanjang waktu, bukan karena aktivitas fisik, tapi karena stres pekerjaan. jelas Dr. Keluarlah.
Pegawai di sektor keuangan yang mengalami stres kerja rentan mengalami berbagai permasalahan, antara lain hilangnya produktivitas, yaitu menurunnya kinerja akibat kelelahan mental dan fisik. Mungkin juga terdapat konsekuensi ekonomi yang lebih luas, karena menurunnya produktivitas berdampak pada keuntungan perusahaan dan stabilitas ekonomi. Selain risiko tambahan terhadap kesehatan mental, stres jangka panjang, jika tidak ditangani, dapat menyebabkan gangguan kecemasan dan depresi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sekitar 30% karyawan di sektor keuangan mengalami penurunan ketahanan dan kelemahan dalam bekerja. Fakta ini menggarisbawahi betapa seriusnya masalah kesehatan mental di tempat kerja. “Di Indonesia, 83% pekerja di sektor ini mengaku merasa stres karena pekerjaan, sementara 60% lainnya stres karena beban kerja yang tinggi,” tambah Dr. Sinar.
Ketua Program MM FEB UI sekaligus penggagas Kaukus Hak Asasi Manusia, Prof. Rofikoh Rochim, lebih lanjut menggarisbawahi: “Temuan ini sesuai dengan analisis risiko yang menunjukkan bahwa pegawai di sektor keuangan, khususnya di level staf, mengalami tingkat kelelahan dan kekuatan hingga 30%.”
Dampak stres kerja yang dialami pekerja di sektor keuangan tidak hanya berdampak pada individu saja, namun juga berdampak lebih luas terhadap produktivitas bisnis dan perekonomian secara keseluruhan.
“Penting untuk memitigasi masalah ini dengan memberikan intervensi dalam bentuk promosi kesehatan mental dan pemeriksaan di tempat kerja. “Selain itu, perusahaan di bidang keuangan juga wajib memberikan rasa ‘harapan’ atau harapan kepada karyawannya terhadap perkembangan diri dan karirnya,” lanjut Rofikoh.
Andre Rahadian, penggiat Kaukus Hak Asasi Manusia, kemudian menjelaskan bahwa inisiatif ini juga bertujuan untuk memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat dan memberikan saran kepada pemerintah. “Intinya kami ingin berkontribusi kepada masyarakat luas, namun juga berkontribusi kepada pemerintah untuk meningkatkan ketahanan sumber daya manusia, khususnya terkait pelayanan kesehatan jiwa di berbagai sektor. “Ini adalah salah satu langkah pertama yang kami ambil. ‘ ucap Andre.
Pemerintah telah melakukan upaya untuk melindungi kesehatan fisik pekerja dengan menyediakan makanan bergizi, makan siang gratis, dan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Meski demikian, Andre Rahadian menegaskan kesehatan mental juga harus mendapat perhatian yang sama.
“Pemerintah terus fokus pada kesehatan fisik dengan mendukung makan siang dan pemeriksaan. “Tetapi kita juga harus ingat bahwa kesehatan mental mempunyai pengaruh penting dalam mencapai kesuksesan dan mencapai Indonesia Emas 2045,” jelas Andre.
Dr. Ray menambahkan, diperlukan pendekatan yang berkelanjutan dan sistematis untuk menjamin kesejahteraan mental karyawan di seluruh sektor.
“Setelah kami memiliki data yang ada, langkah selanjutnya adalah meningkatkan status kesehatan mental karyawan melalui program lanjutan. “Kita perlu fokus pada pekerja karena mereka adalah penggerak perekonomian nasional,” kata Dr.