ditphat.net, Jakarta – Obat-obatan dan vaksin yang inovatif penting tidak hanya untuk meningkatkan hasil kesehatan, tetapi juga untuk memajukan pembangunan sosial ekonomi.
Dengan mencegah dan mengobati penyakit, obat-obatan dan vaksin yang inovatif dapat mengurangi biaya layanan kesehatan, meningkatkan produktivitas melalui sumber daya manusia yang sehat, dan mendorong investasi dalam penelitian dan pengembangan.
Inovasi-inovasi ini berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, dan inovasi-inovasi ini sangat penting bagi strategi kesehatan nasional yang bertujuan membangun ketahanan dan kesejahteraan jangka panjang. Yuk scroll terus untuk artikel lengkapnya di bawah ini.
Menyadari prioritas tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia bertemu dengan perwakilan International Pharmaceutical Produsen Group (IPMG), sebuah organisasi yang mewakili perusahaan farmasi multinasional terkemuka berbasis penelitian.
Sasaran utamanya adalah memastikan akses tepat waktu terhadap obat-obatan esensial, mencegah masuknya produk-produk yang tidak aman ke pasar, dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan keamanan nasional.
BPOM akan mempercepat proses registrasi obat inovatif dan obat penyakit langka, dengan tujuan mencapai pengakuan internasional sebagai WHO Registry (WLA) pada tahun 2025.
Proses registrasi obat baru yang sebelumnya memakan waktu 300 hari, akan dipersingkat menjadi 120 hari. Untuk obat penyakit langka, masa pendaftaran akan dipersingkat dari 100 hari menjadi 50 hari kerja.
Secara terpisah, proses registrasi obat akan dipersingkat dari 120 menjadi 90 hari kerja melalui mekanisme ketergantungan.
Sementara itu, anggota panitia IPMG dan Ketua Satgas Registrasi Obat Sally Kartika menyambut baik inisiatif Sankalp. Ia menyoroti peran lama IPMG dalam memperkuat sistem regulasi di Indonesia melalui kerja sama yang erat dengan BPOM.
Sally Kartika mengatakan, “IPMG memberikan umpan balik bagi seluruh industri mengenai pedoman peraturan, membantu kami mengembangkan kebijakan yang konsisten dan berbasis ilmu pengetahuan. Masukan kami didasarkan pada pengalaman luas dan data yang kami kumpulkan dari pengembangan obat-obatan inovatif yang dilakukan anggota kami. Kami melakukannya,” kata Sally Kartika.
Hal senada juga diungkapkan Ani Rahardjo, Direktur Utama IPMG. Persetujuan obat baru yang tepat waktu sangat penting untuk akses pasien dan keberlanjutan sistem kesehatan, katanya.
“IPMG mendukung penuh upaya BPOM dalam melakukan koordinasi dan harmonisasi peraturan yang penting dalam penyediaan obat dan vaksin yang berkualitas bagi masyarakat Indonesia,” jelas Ani.