
JAKARTA, ditphat.net – Setiap tanggal 25 Desember, umat Kristiani merayakan Natal sebagai simbol kelahiran Yesus Kristus.
Bukan saja saat ini sangat spiritual, tapi ini juga merupakan saat yang bisa dinikmati oleh umat Kristiani.
Bagaimana sebenarnya sejarah Natal, tradisi yang menyertainya, dan maknanya? Berikut ulasannya.
Hari natal
Menurut Alkitab, Yesus Kristus lahir di Betlehem, Palestina pada tahun 4 SM. Umat Kristen pertama merayakan kelahiran Yesus Kristus pada tanggal 6 Januari, Hari Raya Epiphany, yang kemudian dikembangkan sekitar tahun 350 Masehi.
Akibatnya, Paus Julius I merayakan tanggal 25 Desember sebagai Natal, menggantikan festival Romawi Saturnalia (festival Saturnus) dan Sol Invictus (festival Matahari).
Kata “Natal” sendiri berasal dari kata latin “Natale” yang berarti kelahiran, dan menurut perkembangannya, Natal menjadi hari raya besar di Eropa pada Abad Pertengahan. Seiring berjalannya waktu, Natal menjadi hari raya keluarga yang dirayakan oleh umat Kristiani.
Di Indonesia, Natal diperkenalkan oleh bangsa Portugis dan Belanda, sehingga menjadi hari libur besar bagi umat Kristiani dan mencakup tradisi lokal seperti perayaan gereja, konser musik, makan bersama keluarga, dan pertukaran hadiah.
Tradisi Natal
Seperti yang Anda ketahui, Natal mewakili keragaman budaya dan dirayakan dengan cara berbeda di berbagai belahan dunia. Ada tradisi Natal yang sangat umum seperti mendekorasi pohon Natal dan bertukar hadiah.
Perayaan Natal hari ini belum lengkap tanpa penanaman pohon Natal sebagai simbol kehidupan dan kesucian dari Jerman.
Arti rohani
Bagi umat Kristiani, Natal merupakan perayaan kelahiran Yesus Kristus yang dianggap sebagai Mesias dan Juru Selamat dunia. Ini mengingatkan orang akan pesan cinta, perdamaian dan harapan.
Lilin yang menyala melambangkan terang Yesus yang mengalahkan kegelapan. Pesan Natal tentang cinta universal juga menginspirasi banyak orang untuk berbagi dengan sesama: dengan memberikan hadiah, memberikan sumbangan, atau melayani mereka yang membutuhkan.