Ilmuwan Tahu Bagaimana Alam Semesta Akan Berakhir

Jakarta, ditphat.net – Dunia akan berakhir. Namun, apa yang akan menjadi hasil dari perdebatan panjang di antara para kosmolog yang berteori dengan istilah-istilah yang tidak menyenangkan seperti “pembekuan besar” atau “kerutan besar”.

Kini sepasang ilmuwan asal Amerika Serikat (AS) dan India punya gagasan lain yang membuat prediksi serupa – “pembekuan panjang”. Menurut situs Popular Mechanics, ide tersebut berasal dari teori yang disebut “energi gelap holografik” yang mencoba menjelaskan misteri gravitasi kuantum.

Teori ini menyatakan bahwa gravitasi sebenarnya adalah hologram realitas berdimensi lebih rendah. Dengan kata lain, Alam Semesta yang kita kenal sebenarnya berbentuk dua dimensi, namun gaya kuantum menciptakan ilusi gravitasi dan ruang 3D. Prinsip holografik ini juga merupakan ciri struktur teoretis seperti teori string.

Energi gelap diyakini oleh banyak kosmolog sebagai penyebab alam semesta mengembang. Dalam beberapa dekade sejak “penemuan” pertamanya, belum ada ilmuwan yang mengamati energi gelap secara langsung.

Energi gelap membentuk sekitar 70 persen dari segala sesuatu di alam semesta, dan kepadatannya menurun seiring dengan perluasannya. Dalam makalah baru yang ditinjau oleh rekan sejawat yang diterbitkan di server penerbitan ArXiv ini, para ilmuwan memutuskan untuk mengikuti teori holografik materi gelap dan menghitung bagaimana alam semesta akan berakhir (akhirnya) jika prediksi teoretisnya terbukti benar.

Dalam skenario ini, ketika energi gelap menyebar ke seluruh alam semesta, begitu pula materi gelap, dan alam semesta pada akhirnya terhenti.

Ini adalah “pembekuan panjang” – selama waktu ini, perluasan alam semesta berhenti sepenuhnya, dan kurangnya sumber energi baru menyebabkan bintang-bintang yang ada mati secara perlahan.

Menurut banyak kosmolog, struktur materi “normal” terakhir adalah lubang hitam, namun pada akhirnya monster ruang-waktu ini juga akan punah.

“Pembekuan panjang” berbeda dari keadaan akhir kosmologis lain yang disebut “pembekuan besar”, yang juga memasuki keadaan entropi berjenjang. Namun, “pembekuan besar” umumnya terus tumbuh, sedangkan “pembekuan panjang” memiliki bentuk yang terbatas setelah berhenti tumbuh.

Semua ini mungkin tampak seperti menata ulang kursi geladak di Titanic untuk masalah akhir alam semesta, namun eksperimen pemikiran dalam artikel ini dapat membantu menguji kemungkinan teori kosmologis dan memahami kesimpulan akhir mereka.

Untungnya bagi kita, zaman antarbintang—masa terbentuknya bintang-bintang di alam semesta—dijadwalkan akan berakhir dalam waktu sekitar 100 triliun tahun. Memang benar, periode ini diikuti oleh Zaman Degenerasi dan Zaman Lubang Hitam, yang terakhir ini mempunyai sekitar 1 googol dalam 10 duodecillion sejak Big Bang.

By ditphat

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *