IDI Biak Berikan Solusi Pengobatan Terkait Penyakit Eklampsia Pada Ibu Hamil

ditphat.net – Menurut informasi dari idibiak.org, salah satu gangguan kesehatan yang dapat dialami sebelum, saat, atau setelah melahirkan adalah eklamsia. Secara umum, eklamsia merupakan komplikasi serius dari preeklamsia, ditandai dengan tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urin.

IDI adalah singkatan dari Ikatan Dokter Indonesia. Organisasi ini merupakan wadah profesi dokter di Indonesia. IDI Biak berpendapat penyebab utama eklampsia belum sepenuhnya dipahami.

Biasanya kondisi ini dikaitkan dengan adanya penyakit yang berasal dari riwayat keluarga atau generasi. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) juga menjelaskan bahwa perbedaan mendasar antara eklampsia dan preeklamsia sendiri terletak pada tanda dan gejala yang ditimbulkannya. Preeklamsia dapat ditandai dengan tingginya tekanan darah dan adanya protein dalam urin tanpa disertai kejang, sedangkan eklamsia merupakan komplikasi lanjutan dari preeklamsia yang ditandai dengan kejang pada ibu hamil sehingga lebih berbahaya.

IDI juga sedang melakukan penelitian lebih lanjut terkait eklamsia dan kemudian merekomendasikan obat yang dapat diberikan kepada pasien.

Apa saja gejala ibu hamil yang menderita eklamsia?

Situs https://idibiak.org melaporkan bahwa eklampsia pada ibu hamil merupakan suatu kondisi serius yang dapat terjadi selama kehamilan, ditandai dengan kejang yang biasanya menyertai preeklamsia. Berikut dampak eklampsia saat hamil, antara lain:

1. Kejang dan kehilangan kesadaran

Eklampsia menyebabkan kejang-kejang yang dapat berujung pada gangguan kesadaran, bahkan koma. Selain itu, eklamsia dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan akibat berkurangnya aliran darah dan oksigen.

2. Kerusakan organ tubuh

Secara umum, eklamsia dapat menyebabkan kerusakan pada organ vital seperti ginjal dan hati serta meningkatkan risiko gagal ginjal. Untuk menyelamatkan ibu dan janin, persalinan mungkin perlu dilakukan lebih awal, sehingga meningkatkan risiko komplikasi pada bayi.

3. Terjadi stroke

Penderita eklamsia juga berisiko terkena stroke akibat peningkatan tekanan darah dan kerusakan pembuluh darah. Janin saat hamil juga bisa mengalami pertumbuhan terhambat akibat kekurangan nutrisi.

4. Risiko penyakit lain di kemudian hari

Faktor terakhir adalah risiko penyakit lain di kemudian hari. Bayi yang lahir dari ibu penderita eklampsia berisiko lebih tinggi mengalami masalah kesehatan seperti diabetes dan tekanan darah tinggi di kemudian hari.

Obat apa yang dianjurkan untuk eklamsia pada ibu hamil?

Pengobatan eklamsia pada ibu hamil ditujukan untuk mengatasi kejang dan mengendalikan tekanan darah, serta mempersiapkan persalinan jika diperlukan. Obat-obatan berikut ini direkomendasikan untuk mengatasi eklampsia, antara lain:

1. Obat Magnesium sulfat

Magnesium sulfat adalah obat pertama yang digunakan untuk mengobati dan mencegah kejang eklampsia. Dosis awal 4-6 gram harus diberikan secara intravena selama 15-20 menit dan dosis pemeliharaan 1-2 gram setiap jam selama minimal 24 jam setelah kejang terakhir atau setelah melahirkan.

2. Obat antihipertensi

Labetalol merupakan obat yang dapat digunakan untuk mengatasi hipertensi dan tekanan darah tinggi. Dosis awal biasanya 20 mg, yang dapat diulangi sampai tekanan darah tercapai.

3. Obat penurun tekanan darah

Dokter mungkin meresepkan obat penurun tekanan darah, sehingga mengontrol tekanan darah sangat penting dalam penanganan eklampsia. Beberapa obat aman untuk ibu hamil. Contoh obat ini adalah Labetalol.

4. Kortikosteroid

Jika eklamsia terjadi pada usia kehamilan kurang dari 34 minggu, kortikosteroid dapat diberikan untuk membantu perkembangan paru-paru janin sebelum lahir.

Pengobatan eklamsia harus dilakukan dengan pengawasan medis yang ketat karena kondisi ini merupakan kondisi darurat yang memerlukan tindakan segera untuk mencegah komplikasi serius pada ibu dan janin.

By ditphat

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *