
Pontianak, anak laki-laki ditphat.net-Pontianak, Kalimantan Barat, Ahmad Nizam ()), ditemukan tewas dalam karung pada hari Selasa, Agustus 2024, 2024. Jika ibunya yang jujur adalah jumlah kematian setelah penganiayaan.
Jika korban memiliki hati sampai mati karena kekerasan, maka suaminya, yang merupakan ayah kandung korban, lebih afektif bagi korban daripada pelaku pelaku.
Sebagai akibat dari kegiatannya, penjahat telah didakwa di bawah artikel berlapis, yaitu uupa ancaman 15 tahun, serta sepertiga dari ancaman asli, ancaman kekerasan dalam rumah tangga dalam Pasal 44 dalam 15 tahun dan 338 KUHP.
Dia tahu bahwa putranya telah meninggal, melipat, sebagai ibu kandung dari korban yang menyatakan bahwa dia sangat bersyukur saat berada di Jakarta. Jika saya bisa membunuh kehidupan korban, dia tidak menunggu.
Selama periode ini melipat bahwa jika lebih baik maka hubungi. Itu adalah yang terakhir untuk menghubungi korban sekitar seminggu sebelum kematian putranya. Anda meminta korban untuk membeli meja belajar.
“Pada waktu itu, Nizam meminta untuk membeli beasiswa,” kata Tiwi kepada wartawan pada hari Jumat, 30 Agustus 2024.
Ti menjelaskan bahwa ia terpisah dari korban, ketika korban berusia 4 tahun.
Dari siaran video di media sosial, TUI hadir selama penguburan korban. Dia tampak konyol di dekat makam putranya.
Dia menyesali nasib kelaparan karena dia tidak memberikan lampu di taman bermainnya.
Menurut polisi daerah Calimanan barat, insiden korban diadakan di halaman DPR, pada hari Senin 1924-11: 45 WIR sekitar sehari sebelum korban meninggal hampir sehari sebelum dia meninggal.
Korban ditahan di halaman sampai Selasa pagi, sementara korban melihat korban tidur di rumput tanpa gangguan dan membesarkan korban dan menggunakan pipa air untuk berenang dan kemudian mendapat handuk.
Korban ada di dalam ruangan. Pada waktu itu, para penjahat kembali ke penyiksaan korban dan memaksa korban dengan kuat ke superin dan menabrak kepala korban ke tanah kecuali tidak sadar.
Para penjahat kemudian segera memberikan selai kemacetan kepada para korban dua kali dan para korban yang menelan air menanggapi mereka. Tidak ada jawaban dari korban, detak jantung korban dan napas yang melemah.
Pelaku yang kemudian bernafas buatan, perut korban tumbuh dan mengencang. Pada saat itu para penjahat meminta maaf kepada korban dan korban tidak bernafas.
Korban tahu bahwa pelakunya segera mengambil kantong plastik hitam besar dan menjatuhkan mayat korban di plastik dan kemudian memasukkannya ke dalam kantong.