Habib Ja’far War Natal Ajak Santa Claus Log In, Beri Pesan Ini untuk Umat Muslim

JAKARTA, ditphat.net – Toleransi beragama di kalangan masyarakat Indonesia sangat tinggi, terbukti dari tren “perang” yang terjadi selama bulan Ramadhan dan kini kembali populer menjelang Natal. Di bulan terakhir Ramadhan, istilah “takjil perang” muncul di Internet, tidak hanya umat Islam yang mencari makanan dan jajanan untuk berbuka puasa, tetapi juga umat Kristiani. Alhasil, jelang Natal kali ini banyak umat Islam yang tak mau kalah menjarah pernak-pernik dan makanan Natal.

Habib Jafar Al Hadar pun membahas “tren perang” lucu di kalangan umat beragama ini. Alih-alih menyerang aksesoris dan jajanan hari raya, Habib Jafar justru memparodikan hal-hal tak lazim.

“Kemarin Ramadhan perang Takjeel, sekarang perang hari raya. Yang kamu buat enak sekali,” kata Habib Jafar mengutip video di Instagram miliknya, Senin 23 Desember 2024.

Dalam video yang dibagikan, Habib Jafar bertingkah seolah baru saja bertemu dengan seorang Nasrani yang berpakaian seperti Sinterklas. Habib Jafar segera mengajak Santa membaca Syahadat. Seolah-olah itu adalah pencapaian besarnya berkat hasil perang Natal kali ini.

“Alhamdulillah Jumat ini kita bertambah lagi muslimnya,” tulis Habib Jaafar.

“Tidak, sekaligus kita belajar bahwa dalam Islam tidak ada Auto LOGIN, karena semuanya dilakukan secara manual LOGIN yaitu syahadat yang harus dialami dengan mulut dan diyakini dengan hati,” imbuhnya.

Habib Ja’far menjelaskan, syarat menjadi seorang muslim adalah membaca dua kalimat syahadat. Namun, membaca hendaknya tidak hanya berpedoman pada kata-kata saja, melainkan dengan hati dan niat yang sepenuh hati. Misalnya orang yang bercanda membaca dua kalimat syahadat lalu mengikutinya tanpa mengetahui maksud dan tujuannya, maka syahadatnya batal.

“Tanpa iman, apalagi kalau bercanda, tidak baik. Karena saya pernah ditanya serius oleh seorang non-Muslim yang brengsek. Itu hanya lelucon,” katanya.

Habib Ja’far juga berpesan agar kita tidak menjadikan kedua pernyataan keimanan tersebut sebagai bahan gurauan atau gurauan. Sebab jika hal ini disalahartikan, maka sesuatu yang seharusnya menciptakan kehangatan toleransi malah membuat banyak orang menjauh dan menyinggung perasaan mereka.

“Jadi jangan dilakukan jika menimbulkan suasana hangat dalam toleransi namun kacau bagi yang tersinggung. Dan kalau ada muslim yang serius berarti bisa otomatis LOG OUT karena bagaimana bisa karena dia tidak paham agamanya?” – dia menyimpulkan.

By ditphat

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *