Jakarta, ditphat.net – Sebuah sekolah menengah pertama atau atas di London, Inggris, akan mengizinkan siswa berusia 15 tahun untuk menggunakan kecerdasan buatan (AI) sebelum mengikuti ujian lokal tahun depan.
Namun, para ahli memperingatkan bahwa kecerdasan buatan tidak dapat menggantikan peran guru dengan baik. Seperti dikutip dari situs Business Insider, Minggu 25 Agustus 2024, proyek percontohan bernama David Game College bertujuan untuk membantu siswa yang kesulitan mengikuti kelas di sekolah.
“Siswa akan mendapat manfaat besar dari pembelajaran adaptif AI, yang memungkinkan setiap siswa belajar dengan kecepatan mereka sendiri, tanpa harus mengikutinya,” kata Kepala Sekolah John Dalton.
Namun, pemaksaan penggunaan teknologi AI di sektor pendidikan dapat dikatakan sebagai “penghentian distopia” karena Inggris telah kekurangan guru selama bertahun-tahun.
Namun pemanfaatan kecerdasan buatan di lingkungan sekolah bukannya tanpa kendala karena masih jauh dari sempurna.
Mulai dari ketidakmampuan membedakan fakta dan fiksi hingga standar kualitas siswa yang menggunakan teknologi tersebut. Untungnya, sekolah menengah yang tidak diketahui identitasnya ini tidak 100 persen bergantung pada AI.
“Ini adalah proyek percontohan. Oleh karena itu, siswa akan didukung oleh tiga penasihat belajar penuh waktu. Alat AI akan membebaskan guru dan memungkinkan siswa belajar lebih efektif,” kata Dalton.
David Game College bukanlah yang pertama mencoba kecerdasan buatan di sekolah menengah. Universitas Harvard di Amerika Serikat (AS) telah memperkenalkan instruktur kecerdasan buatan untuk mengajar kursus coding tingkat pemula yang populer. Anak-anak dari sekolah swasta di Silicon Valley, California, AS juga diajar oleh tutor kecerdasan buatan.
Sementara itu, siswa dan guru menggunakan alat seperti ChatGPT untuk menulis dan menilai tugas. Tren ini telah meninggalkan kekacauan besar, dimana pelajar dituduh menggunakan teknologi tersebut.