Geger! Peneliti BRIN Temukan Tanda-tanda Kehidupan Harimau Jawa di Sukabumi

Sukabumi – Viradateti, peneliti Pusat Penelitian Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengungkap tanda-tanda kehidupan harimau jawa yang sebelumnya dinyatakan punah sejak tahun 1980-an.

Tanda-tanda kehidupan harimau jawa diketahui dari ditemukannya sehelai bulu binatang di pagar antara taman rakyat dan jalan raya di Desa Sipenduye, Sukabumi Selatan, Jawa Barat.

Rambut tersebut ditemukan Kalih Rakkasevu menyusul laporan Ripi Yanuar Fajjar (warga setempat) yang menemukan hewan mirip harimau jawa yang diduga 19 orang hilang pada Agustus 2019 malam, kata Tati dalam siaran persnya, Selasa, Maret. 26 Agustus 2024.

Berdasarkan analisis DNA ekstensif, Tati dan tim menyimpulkan sampel rambut yang ditemukan di Sukabumi Selatan berasal dari spesies Panthera tigris sondaica atau harimau Jawa. Spesimen ini termasuk dalam kelompok yang sama dengan harimau jawa yang dikoleksi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) pada tahun 1930-an.

Tetti menjelaskan, keyakinan tersebut didukung dengan prosedur ilmiah lain yang telah dilakukan. Selain ditemukan rambut, bekas cakaran yang dihasilkan harimau juga ditemukan di lokasi tersebut.

Identifikasi awal yang dilakukan Teti dan tim adalah studi perbandingan sampel bulu harimau yang ditemukan di Sukabumi bagian selatan dengan sampel harimau Jawa koleksi MZB. Kemudian beberapa subspesies sampel harimau lainnya, seperti harimau Benggala, Amur, dan Sumatera, serta macan tutul jawa digunakan sebagai kontrol.

Hasil perbandingan sampel bulu harimau Sukabumi menunjukkan kemiripan dengan harimau sumatera sebesar 97,06% dan harimau Bengal sebesar 96,87%. Sedangkan sampel harimau jawa koleksi MZB memiliki kemiripan dengan harimau sumatera sebesar 98,23%, jelas Tati. .

Untuk mempertegas pengamatannya, Tati dan tim juga melakukan wawancara mendalam dengan Ripi Yanuar Fajar yang melihat harimau tersebut. Wawancara dilakukan di lokasi ditemukannya sampel rambut pada tanggal 15–19 Juni 2022.

Tati menjelaskan, analisis genetik DNA memiliki tingkat sensitivitas yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan konservasi dan memperjelas ketidakpastian taksonomi. Selanjutnya, rekonstruksi filogeografi dan populasi untuk mengetahui nenek moyang genetik subspesies tersebut.

Tati juga menyatakan, ekstraksi DNA total dilakukan menggunakan Dunisi Blood and Tissue Kit sesuai protokol. Karena kandungan protein yang tinggi pada rambut, protokolnya dimodifikasi dengan menambahkan proteinase.

“Amplifikasi PCR seluruh sitokrom b mtDNA dilakukan dengan primer khusus harimau. “Selain itu, seluruh hasil sekuens nukleotida disimpan menggunakan BioEdit dan diserahkan ke GenBank,” jelas Tati.

“Urutan komplementer antara primer maju dan mundur diedit menggunakan ChromsPro. Seluruh rangkaian nukleotida yang diduga harimau jawa dibandingkan dengan data rangkaian GenBank dari National Center for Biotechnology Information (NCBI). “Penyelarasan DNA dilakukan menggunakan Clustal X dan data dianalisis menggunakan Mega,” tutupnya.

Temuan Teti dan timnya mengenai tanda-tanda kehidupan harimau jawa masih memerlukan kajian genetik dan lapangan lebih lanjut.

By ditphat

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *