Jakarta – Dalam ajaran Islam, penting bahwa setiap amalan didasarkan pada Al-Qur’an dan hadis shahih Nabi. Tujuannya agar orang yang mempunyai niat buruk tidak bisa memasukkan pemikiran atau ajaran lain yang tidak pantas.
Bagi umat Islam, sangat penting untuk membedakan hadis shahih dan hadis lemah (lemah), agar dapat menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran Nabi. Berikut urutan hadisnya: Hadits 1
“Tidurnya orang shaleh adalah ibadah, diamnya adalah doa, doanya terkabul dan amalnya dilipatgandakan pahalanya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al Beihaqiu dalam Suwabul Iman (3/1437). Al Hafidz Al Irak mengatakan bahwa hadits tersebut lemah dalam Tahreejul Ihya (1/310). hadis 2
“Wahai sekalian manusia, telah datang kepadamu bulan yang agung, di dalamnya terdapat malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Allah menjadikan puasa di siang hari sebagai kewajiban dan memeriahkan malam sebagai ibadah tattuvu (sunnah). Siapapun orangnya di bulan itu. Dekati (Allah) dengan amal shaleh, jika dia mengerjakan satu amalan wajib di bulan yang lain, maka ibarat mengerjakan 70 amalan di bulan yang lain. sedangkan kesabaran pahalanya adalah surga. Ini (juga) bulan pertolongan yang ditambahkan makanan pada puasa. pahalanya seperti orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala puasanya sedikit pun.” Kemudian para sahabat berkata: “Ya Rasulullah, kami semua tidak mempunyai makanan untuk diberikan kepada orang yang berpuasa. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi makanan pecah-pecah berupa kurma, seteguk air, atau sedikit susu.” Ramadhan adalah bulan yang permulaannya adalah rahmat dan pertengahannya adalah magfirah. (maaf) dan ujungnya adalah pembebasan dari api neraka.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Kuzaimah (1887), Al Mahamili dalam Amalia (293), Ibnu Adi dalam Al Kamil Fid Duafa (6/512), Al Mujiri dalam Targhib Wat Tarhib (2/115).
Para ahli hadis yang melemahkan hadis seperti Al Munziri dalam At Targhib Wat Tarhib (2/115) dan Syekh Ali Hasan Al Halabi dalam Sifatu Shawmin Nabiy (110). Bahkan Abu Hatim Ar Razi mengatakan bahwa hadits ini buruk dalam Al Ilal (2/50) dan Al Albani dalam Silsila ad Daifa (871).
“Barangsiapa dengan sengaja tidak berpuasa sehari pun di bulan Ramadhan, meskipun tidak dikecualikan, maka tidak akan dapat mengqadha puasanya meskipun ia berpuasa terus-menerus.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dalam Al’Ilal Al Kabir (116), oleh Abu Dawud dalam Sunannya (2396), oleh Tirmidzi dalam Sunannya (723), Imam Ahmad dalam Al Mughni (4/367), Ad Darukutni . dalam Sunannya (2/441, 2/413), dan Al Baihaqi dalam Sunannya (4/228).
Hadits tersebut telah dilemahkan oleh Al Bukhari, Imam Ahmad, Ibnu Hazmi dalam Al Muhalla (6/183), Al Baihaqiu, Ibnu Abdil Bar dalam At Tamhid (7/173), juga Al Albani dalam Dif At Tirmidzi (723), Dif . Abi Dawud (2396), Daif Al Jami’ (5462) dan Silsila Daifah (4557). Namun para ulama berbeda pendapat mengenai hukuman bagi orang yang tidak sengaja berpuasa
“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Adz Jahabi dalam Tartibul Maudhuat (162, 1830) dan Ibnu Asakir dalam Mujam Asi Suyuh (1/186).
Ash Syaukani dalam Nailul Autar (4/334) melemahkan hadis tersebut. Faktanya, hadis ini dikatakan hadis palsu oleh banyak ulama seperti Adz Jahabi dalam Tartibul Maudhuat (162, 183), Ash Shaghani dalam Al Maudhuat (72), Ibnul Qayyim dalam Al Manaarul Munif (76). ). ), Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Tabiinul Ujab (20).
“Biasanya Rasulullah SAW membacakan doa saat berbuka puasa: Allahumma laka shumtu wa ala rizqika afthartu fetakabal minni, innaka antas samii’ul aliim.
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan (2358), Adz Jahabi dalam Al Muhajab (4/1616), Ibnu Katsir dalam Irsyadul Faqih (289/1), Ibnul Mulakkin dalam Badrul Munir (5/710).
Dalam Al Futuhat Ar Rabbaniyyah (4/341), Ibnu Hajar Al Asqalani menyebutkan bahwa hadits ini gharib dan rantai penularannya sangat lemah. Hadits ini juga telah dilemahkan oleh Asi Syaukani dalam Nailul Autar (4/301) dan Al Albani dalam Daif Al Jami’ (4350).