Dedikasi Nukila Evanty, Menjaga Tradisi dan Identitas Masyarakat Adat

Jakarta, ditphat.net – Nekila Evanti, presiden Indigenous Community Initiative (IMA), memimpin serangkaian kunjungan ke Pulau Rempang dan Galang di Kepulauan Riau pada awal Oktober. Dalam perjalanannya, Nukila bertemu langsung dengan masyarakat adat setempat untuk mendengarkan keluh kesah dan aspirasi mereka.

Saya terharu dengan kearifan lokal dan kearifan leluhur masyarakat adat di sini yang masih dilestarikan dan terus dilindungi,” kata Nukila dalam keterangannya. Gulir terus, oke?

Masyarakat adat Pulau Rempang secara khusus berharap pemerintah mencabut status Pulau Rempang sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco City. Kekhawatirannya diungkapkan Nenek Amlah, warga Pasir Panjang Rempang, 105 tahun. 

“Saya khawatir dan takut dengan tekanan untuk meninggalkan pihak berwenang. Saya tidak tahu lagi harus pindah ke mana. “Kami bangga tinggal di sini, dengan budaya dan tradisi yang terus dilestarikan,” ujarnya.

Dulur Rasid, tokoh adat Pulau Mubud Galang pun mengungkapkan keprihatinannya. 

“Negara ini biasa saja dan harus dipertahankan. Ini hak kita, ajaran orang tua dan nenek moyang kita. Biarkan anak kita mati, jangan biarkan adat istiadat mati. Jika tradisi mati maka tidak ada makna dalam kehidupan ini, jika kita tidak menjaga tradisi maka kita akan hancur. Siapa lagi yang kita harapkan bisa menyelamatkan kita dari keserakahan ini? Penguasa harus ingat bahwa kehidupan memiliki awal dan akhir,” kata Dulur Rasheed.

Kedek, perempuan paruh baya asal Pulau Mubud Galang, mengungkapkan harapannya agar bisa menghabiskan masa tuanya di tanah air.  “Kami takut dengan kejadian yang dialami saudara-saudara kami di Pulau Rembang,” ujarnya sambil berurai air mata.

Saloha, generasi baru asal Pulau Mubud Galang menambahkan pentingnya adat istiadat dalam mempersatukan masyarakat. 

“Kami para nelayan sangat bergantung pada laut, bayangkan jika kami terpaksa pindah, apa yang kami lakukan, kami hanya menginginkan laut dan masa depan anak-anak kami,” ujarnya.

Melalui pengalaman langsung di lapangan, Nukila menyoroti dampak negatif PSN Rempang Eco City terhadap masyarakat adat. 

“Pengalaman saya bekerja di lapangan menunjukkan banyak proyek strategis nasional yang tidak berpihak pada masyarakat adat. Saya tahu tujuan PSN bagus, pemerataan listrik, penguatan perekonomian daerah perbatasan, dan pengembangan pariwisata. Namun ternyata yang terjadi di lapangan adalah pemberian tanah secara paksa, penggusuran, penggunaan kekerasan terhadap masyarakat yang tidak mau direlokasi, penelantaran bahkan penelantaran hak anak dan perempuan, kata Nukila.

By ditphat

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *