ditphat.net – Sebagai negara adidaya, Amerika Serikat (AS) ikut terlibat dalam permasalahan dan konflik yang ada di dunia. Tindakan Paman Sam ini tidak disukai banyak pihak, terutama empat negara yang dinilai sangat anti-Amerika.
Keempat negara tersebut tak lain adalah Rusia, China, Iran, dan Korea Utara. Pada masa kepemimpinan Joe Biden, banyak pihak yang menyebut keempat negara ini sebagai sumber kejahatan.
Julukan tersebut muncul untuk menggantikan istilah “Axis of Evil” yang diberikan Presiden Amerika Serikat ke-43, George W. Bush, kepada Iran, Irak, dan Korea Utara (Korut).
Tampaknya pihak-pihak yang tidak puas dengan kebijakan dan keterlibatan Amerika semakin kuat. Musuh lama – Rusia telah menjadi sekutu Iran dan Irak. Selain itu, pemerintahan Vladimir Putin merupakan partai utama Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Poros Moskow, Beijing, Teheran, dan Pyongyang, yang dikenal sebagai CRANK, pada saat itu dipandang sebagai aliansi yang mengancam Amerika. Tidak ada pengecualian terhadap cita-cita demokrasinya.
Berdasarkan laporan ditphat.net Military yang dilansir The National Interest, keempat negara tersebut berupaya menciptakan ketegangan antara Amerika Serikat dan sekutunya.
Meski seperti AS, kelemahan negara musuhnya sangat jelas terlihat. Ya, ini tindakan yang tidak memenuhi standar demokrasi dan hak asasi manusia.
Optimis memenangkan Perang Dunia II dan Perang Dingin, Amerika merasa harus bersaing dengan empat negara rivalnya.
Sebab menurut informasi ditphat.net Military dari Economist Intelligence Unit, 47 persen negara di dunia masih menganut gagasan demokrasi Amerika. Bahkan hampir 30 persen menganggap Amerika adalah negara demokrasi yang korup.
Oleh karena itu, Amerika Serikat terus meningkatkan pengaruhnya di seluruh dunia dengan ikut serta dalam beberapa konflik guna mendapatkan dukungan internasional. Sebab, AS tidak bisa melawan hegemoni Rusia, China, Iran, dan Korea Utara jika mendapat dukungan 14 persen negara.
Partisipasi Amerika dalam perang saat ini sangat jelas. Sejak perang antara Rusia dan Ukraina, dua tahun lalu.
Menurut laporan ditphat.net Military dari Council on Foreign Relations (CFR), AS telah mengalokasikan $175 miliar atau setara Rp2,829 triliun untuk mendukung militer Ukraina.
Tak hanya itu, Amerika juga mendukung Taiwan yang terancam oleh militer China. Disebutkan pada Juli 2023, pemerintah AS menambah bantuan ke Taiwan sebesar $345 juta atau Rp5,6 triliun.
Militer AS juga telah mengirimkan pasukan angkatan laut ke Laut Cina Selatan untuk melawan Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA), yang dituduh mencaplok beberapa negara di kawasan tersebut.
Sementara itu, Amerika Serikat ikut serta dalam pembantaian warga sipil di Jalur Gaza, Palestina dengan memberikan senjata kepada tentara Israel sebesar 1 miliar dolar atau setara dengan 16,2 triliun rupiah.
Dukungan Amerika terhadap genosida, yang sejauh ini telah menewaskan 36.000 orang, benar-benar membuat marah Iran. Iran, musuh Amerika di Timur Tengah, menyerang Israel, sekutu Paman Sam, pada pertengahan Mei 2024.