ditphat.net – Hati Nurani Cinta Impian Hasan, 19 tahun asal Probolinggo, Jawa Timur, untuk melanjutkan pendidikan tinggi di UGM, salah satu universitas terbaik di Indonesia, menjadi kenyataan. Love’s berhasil menjadi mahasiswa Program Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Niaga (FEB) UGM Angkatan 2024.
Love’s diterima menjadi mahasiswa UGM tahun 2024 tanpa melalui ujian, melainkan melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP). Tak hanya itu, The Love’s juga mendapat Beasiswa Uang Kuliah Tunggal (UKT) 100% sehingga dibebaskan biaya pendidikan hingga lulus.
Cinta merupakan anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Yuli Nur Hasan (53) dan Eny Rosida (52). Love’s lahir dan besar di sebuah kota kecil di Desa Kanigaran, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Sang ibu menjadi tulang punggung keluarga dengan berjualan bumbu pecel dan menerima pesanan rempeyek dari tetangga. Hasil yang diperoleh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Keluarga saya baik-baik saja, tetapi sejak tahun 2017, orang tua saya mengalami kecelakaan. “Ayah saya telah terluka dan didiagnosis menderita diabetes sehingga tidak bekerja lagi,” kata Love’s dalam keterangannya, Rabu, 26 Juni 2024.
Pasca kecelakaan itu, kata Love’s, tidak ada lagi tulang punggung keluarga, sehingga keuangan keluarga terpuruk drastis, tidak ada pendapatan sama sekali. Keadaan ini memaksa keluarga Love menjual harta bendanya demi bertahan hidup.
Keadaan ini membuat para Lovers harus melatih dirinya untuk hidup mandiri dan memenuhi kebutuhannya sendiri sambil membantu orang tuanya. Sejak SD, ia berjualan tas, stiker, masker, aksesoris, dan syal. Dia melakukan ini sampai akhir sekolah menengah. Di penghujung SMA, Love’s terpaksa berhenti berjualan karena peminatnya sedikit.
“Saya juga bekerja sebagai penjual butik dan menjadi pembawa acara langsung di toko online. Aku bilang ke orangtuaku, nanti aku juga akan berusaha membantu memenuhi kebutuhan kuliahku sendiri. “Saya sudah terbiasa berjuang, makanya saya selalu memperjuangkan impian saya,” jelasnya kepada siswa berprestasi sekolah dasar tersebut.
Situasi yang penuh keterbatasan tak membuat Cinta memperjuangkan mimpinya. Meski harus membagi waktunya menghasilkan rupee demi rupee untuk memenuhi kebutuhan hidup, Cinta terus belajar dan berprestasi.
Sejak SD hingga SMA, ia selalu menjadi yang terbaik di kelasnya. Beberapa prestasi pun diraih Cinta sejak duduk di bangku sekolah dasar. Bahkan, ia berhasil meraih rata-rata nilai ujian nasional tertinggi di Kota Probolinggo tingkat sekolah dasar saat itu.
Saat duduk di bangku SMA, salah satu prestasi Cinta yang cukup ia banggakan adalah meraih Juara I Lomba Prestasi Siswa Tingkat Kota Probolinggo Tahun 2019 dan 2020 selama dua tahun berturut-turut.
Tak hanya itu, Love’s juga berhasil meraih Juara 3 Lomba Esai Tingkat Kota Probolinggo dan menerbitkan novel berjudul Love Yourself pada tahun 2019. Rentetan prestasi SMA Love’s berlanjut, dimulai dari Juara 1 Lomba Musik Islami Tingkat Kota, Juara 3. bidang ilmu ekonomi pada OSN tingkat kota, Juara 1 lomba ekonomi syariah tingkat kota, Juara 1 olimpiade akuntansi nasional Universitas Widyagama, Juara 1 OSN Ekonomi tingkat kota, Juara 1 bidang ekonomi tingkat kota Lomba Sharia Belt, Juara 2 Lomba Akuntansi Nasional Gadjah Mada Accounting Days, dan Juara 3 Olimpiade Ekonomi Nasional PRE Universitas Jember.
“Setiap saya memenangkan hadiah sebuah kompetisi, saya selalu menyisihkan uang tersebut untuk membeli kebutuhan rumah,” kenang Love’s.
Rentetan prestasi akademik Love yang cukup baik membuat para guru di SMA Negeri 1 Kota Probolinggo mendorongnya untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Gurunya meyakinkan dia untuk tidak takut mengejar mimpinya.
Pada awalnya Cinta tidak pernah berani mengutarakan keinginannya untuk belajar. Ia takut keinginan tersebut akan membebani orang tuanya. Hingga ia berkonsultasi dengan ketua komite sekolah yang meyakinkannya untuk memutuskan mewujudkan mimpinya.
Akhirnya Cinta memberanikan diri menceritakan keinginannya untuk melanjutkan kuliah kepada orangtuanya. Ternyata yang ditakutkannya hanyalah rasa takut, orang tuanya langsung memberikan dukungan penuh untuk belajar.
Love mengatakan ibunya adalah orang yang selalu menyemangatinya untuk terus mengejar mimpinya. Ibunya berusaha keras untuk mendukungnya mendapatkan pendidikan dan sukses.
“Mama adalah sosok yang selalu menyemangatiku untuk tetap termotivasi meski banyak omongan yang menghina. “Ada orang yang mengecek mimpi saya, katanya anak miskin tidak mungkin bisa kuliah,” kata Love’s.
Cinta sangat mengenang perjuangan sang ibu yang terus mendukungnya agar tetap tegar dan tak pernah lelah berjuang. Satu hal yang benar-benar terpatri dalam ingatannya adalah saat ia pergi ke olimpiade saat SMA.
“Saat itu hujan cukup deras, sementara keluarga saya tidak mempunyai jas hujan, payung, bahkan uang untuk memesan ojek. Ibu saya berdiri di tengah hujan dan lari dari rumah tetangga satu ke rumah tetangga lainnya untuk meminjam air hujan,” ungkapnya. cinta. . cerita.
“Waktu SMP aku biasa jalan kaki ke sekolah yang jaraknya sekitar 700 meter, kalau hujan biasanya aku menunggu hujan reda di halte depan SMP. Suatu hari hujan tak kunjung reda dan ibuku menjemputku dengan sepeda dan jaket yang dipinjamnya dari tetangga. “Perjuangan orang tuaku untukku sungguh luar biasa,” kata Love.
Love’s mengatakan, kuliah di UGM adalah impian besarnya. Setiap kali muncul pertanyaan dari warga setempat tentang di mana mereka akan belajar, Love menjawab dengan jelas dan tegas di UGM. Kini pepatah tersebut menjadi kenyataan. Rasa bangga, haru dan gembira menyatu menjadi satu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
“Saya masih tidak percaya hal ini bisa sampai pada titik ini. Saya merasa segala perjuangan dan kesulitan yang saya alami kemarin terbayar lunas hingga mewujudkan impian tersebut. “Benar apa yang dikatakan orang bahwa perjuangan tidak akan mengkhianati hasil dan benar pelangi datang setelah hujan,” jelasnya.
Dia tidak pernah berhenti mengucap syukur. Sebab, selain diterima kuliah di FEB UGM tanpa gelar, ia juga mendapat beasiswa UKT 100% sehingga dibebaskan biaya pendidikan selama menempuh studi.
“Saya sempat khawatir tidak mampu membayar UKT, namun keluarga meyakinkan saya untuk terus berusaha dan bertawakal kepada Allah dan pasti ada jalan. “Saya sangat berterima kasih kepada UGM yang telah membantu saya dan membuktikan ungkapan ‘anak miskin tidak boleh kuliah’ itu salah,” jelas Love’s.
Kata Cinta, tidak mudah menjalani hidup dengan keterbatasan. Namun, dia tidak pernah putus asa. Ia sangat percaya bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai impiannya meski harus melalui usaha dan kerja keras.
“Kita hanya perlu berusaha, berusaha semaksimal mungkin, yakin pada impian kita dan selalu berdoa dan pasrah kepada Tuhan yang selalu memberikan pertolongan.” “Jangan cepat menyerah karena batu-batu yang akan kita temui di perjalanan nanti, karena ketika kita mencapai tujuan kita akan terasa sangat menyenangkan dan memuaskan,” ujarnya.
Sementara itu, ibunya, Eny Rosida, mengaku sangat bangga dan bahagia putrinya bisa diterima kuliah di UGM tanpa mengeluarkan biaya apapun. Ia merasa mendapat keajaiban dari yang semula hanya mimpi menjadi kenyataan. Meski keadaannya pas-pasan, ia dan suaminya selalu mendukung dan berusaha sekuat tenaga demi pendidikan putranya.
“Tidak peduli betapa sulitnya, kami akan berusaha mendukung putrinya untuk mencapai mimpinya.” Semoga Cinta berhasil, mengangkat derajat keluarga dan memberi manfaat bagi orang-orang di sekitar kita. Harapannya, ia menjadi wanita hebat yang menginspirasi dan tak kenal takut serta beriman kepada Allah, doa ibunya.
Baca artikel menarik lainnya dari ditphat.net Education di tautan ini.