Cakupan Imunisasi BIAS hingga Awal Desember 2024 Belum Capai Target

JAKARTA, ditphat.net – Meskipun imunisasi merupakan bagian integral dari kebijakan kesehatan negara, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mencapai cakupan yang optimal. Menurut Kementerian Kesehatan, terdapat sekitar 240.000 anak yang belum menerima seluruh imunisasi dasar. 

Program imunisasi dasar pemerintah yang komprehensif meliputi campak, difteri, tetanus dan kanker serviks. Padahal, imunisasi yang lengkap dan memadai dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit berbahaya yang dapat dicegah seperti campak, rubella, tetanus, difteri, dan kanker serviks. (HPV)

“Cakupan vaksin campak dan rubella sebesar 88,85 persen pada minggu pertama Desember 2024. Padahal target cakupan setiap jenis vaksinasi BIAS adalah 95%. Jabar sudah mencapai hal tersebut dan salah satunya sedang dalam tahap rekonstruksi di Bogor.” Kementerian Pertahanan Kesehatan Dr. Penyuluhan dan edukasi di kawasan SCBD Jakarta Pusat pada Kamis 19 Desember 2024 

Sementara itu, data cakupan siswa SD/MI kelas 1 dan vaksin DT alias tetanus dan difteri atau cakupan difteri dan tetanus juga tidak mencapai target siswa SD/MI kelas 2 dan 5 pada tahun 2024. Saat ini, negara tersebut memiliki cakupan vaksinasi HPV sebesar 74,7 persen dengan dosis pertama di kelas 5 dan dosis kedua di kelas 6.

Lanjutnya, Jawa Tengah, Jawa Barat, D. 

Di sisi lain, Lilly mengungkapkan banyak permasalahan dan tantangan di masyarakat sehingga target cakupan imunisasi BIAS pada tahun 2024 tidak tercapai. Rendahnya kesadaran akan pentingnya vaksinasi, misinformasi atau penipuan, dan pelacakan akurat terhadap anak-anak yang membutuhkan vaksinasi masih menjadi tantangan yang perlu diatasi.

“Masih banyak yang belum memahami imunisasi BIAS karena tidak paham, menganggap tidak memerlukan vaksin. Lalu pihak sekolah menyerahkan kepada orang tua untuk mengambil keputusan mengenai vaksinasi, padahal seharusnya program imunisasi ini ‘Itu kan memprihatinkan, itu semua sekolah.. Lalu ada misinformasi tentang vaksin hingga pihak berwenang masih kurang baik dalam berkomunikasi dengan orang tua dan sekolah tentang jenis dan manfaat vaksinasi. 

Sementara itu, Ketua Pokja Strategi Komunikasi Informasi dan Pendidikan Kesehatan Ratnawati, S.G.G., M.D. . 

“Untuk mendukung manfaat imunisasi yang maksimal, tiga strategi sosialisasi promosi kesehatan terus diterapkan, yaitu mendorong perubahan perilaku, meningkatkan permintaan layanan imunisasi, dan menciptakan lingkungan yang lebih kondusif,” kata Dhafi.

Yayasan Jalin bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai upaya bersama mendukung mensukseskan Program Bulan Imunisasi Sekolah (BIAS) Kabupaten Bogor. Bogor meluncurkan kampanye #ImmunizationIsGood dan #ImmunizationSure. 

Kampanye ini berfokus pada ketersediaan imunisasi bagi anak-anak berusia 7 hingga 12 tahun, baik di dalam maupun di luar sekolah. Kegiatan ini berfokus pada 3 pendekatan penting Pertama, community engagement, program ini melibatkan sedikitnya 20 ribu orang dalam 535 sesi pendidikan yang dipimpin oleh agen perubahan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi dalam program BIAS.

Kedua, penggunaan media sosial yang menggunakan platform Instagram untuk menyebarkan informasi, menekankan urgensi, memerangi penipuan, dan meningkatkan partisipasi dalam program imunisasi. 

Selain memanfaatkan platform media sosial milik Jalin Foundation, kolaborasi juga dilakukan dengan media sosial terkemuka yang fokus pada isu kesehatan untuk memperluas dan mengarahkan keterlibatan masyarakat.

Ketiga, kolaborasi lintas sektoral, dengan berbagai pemangku kepentingan di bidang ini untuk menjangkau anak-anak di luar sekolah formal, untuk memastikan pendekatan yang komprehensif dan inklusif.

Diana Rosdian, Direktur Eksekutif Yayasan Jalin, mengungkapkan penerapan pendekatan tersebut, khususnya di Kabupaten Bogor, sebenarnya memiliki tiga konsekuensi penting.

Pertama, meningkatkan partisipasi transplantasi, kata Diana. Cakupan imunisasi BIAS di Kabupaten Bogor per 11 Agustus 2024 dan akan diupdate mencapai 149.703 peserta mulai tahun 2023. Peningkatan 11,04 persen terjadi di Puskesmas setempat (lokasi fokus).

Kedua, dapat menjangkau anak-anak di luar sekolah formal, termasuk anak putus sekolah dan santri  Dalam perubahan kebijakan ketiga di tingkat daerah, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor mengadopsi sistem program tersebut, yang menunjukkan komitmen terhadap keberlanjutan dan perluasan cakupan imunisasi.  

 

By ditphat

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *