JAKARTA, ditphat.net – Malam tahun baru kerap dirayakan dengan berbagai cara, salah satunya dengan meniup terompet sebagai simbol kebahagiaan menyambut tahun baru.
Namun, sebagian umat Islam mungkin bertanya-tanya apakah tindakan tersebut sejalan dengan ajaran agama.
Terkait hal tersebut, ulama kharismatik asal Cerebon, Jawa Barat, Yahya Zainul Maarif atau dikenal Buya Yahya, memberikan pendapatnya.
Melalui kanal YouTube Al Bahjah TV, Buya Yahya menjelaskan, meniup terompet diperbolehkan karena hanya sekedar kebiasaan.
Namun jika permainan terompet dilakukan berkaitan dengan ajaran agama atau tradisi yang berhubungan dengan agama lain di luar Islam, maka kita harus berhati-hati.
Buya Yahya juga menekankan pentingnya memperhatikan konteks budaya Islam. Jika suatu tradisi bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan cenderung mengarah pada ciri-ciri agama atau golongan tertentu, maka umat Islam tidak dianjurkan untuk mengikutinya.
Dilihat di ditphat.net Selasa 31 Desember 2024, Buya Yahya mengatakan, “Meniup terompet itu kebiasaan masyarakat, tidak ada masalah meniup terompet.”
“Tapi kalau ada budaya di luar Islam dan tidak benar menurut Islam, maka sebaiknya kita tidak mengikutinya,” imbuhnya.
Dalam konteks ini, meniup terompet pada malam tahun baru sering dikaitkan dengan tradisi Yahudi kuno.
Dalam penanggalan Yahudi, tahun baru disebut Rosh Hashanah yang dirayakan pada bulan Tishri. Pada perayaan ini, orang Yahudi meniup shofar, alat musik yang terbuat dari tanduk domba jantan.
Mengenai hal ini buya yahya, tidak dianjurkan bagi umat islam untuk meniup terompet di malam tahun baru. Namun meniup terompet tetap diperbolehkan kecuali pada malam tahun baru.
“Bukan menyinggung cara orang lain merayakan tahun baru, tapi menjaga jati diri dan ajaran Islam,” tegasnya.