Bule Ini Sebut Biang Kerok Polusi Udara di Jakarta Gara-gara BBM Kotor

ditphat.net – Minyak pemanas atau BBM yang beredar di Indonesia masih dianggap kotor. Kandungan sulfur pada bensin RON 90 dan RON 92 masih tergolong tinggi dibandingkan negara lain. Oleh karena itu, banyaknya jumlah kendaraan di Jakarta bukanlah masalah utama tingginya polusi. Seperti yang diungkapkan pengamat kualitas udara asing, salah satu pendiri Nafas Indonesia, Piotr Jakubowski.

Bahan bakar Indonesia adalah yang paling kotor di Asia Tenggara. Telah ditemukan bahwa lalu lintas merupakan sumber utama lalu lintas di kota seperti Jakarta. Tapi bukan jumlah kendaraan yang menjadi permasalahannya,” ujarnya dalam video singkat di Instagram pribadinya. 14 Oktober 2024. Menurut dia, di banyak kota di belahan dunia lain jumlahnya sama dengan Jabodebeka atau 5 juta unit, seperti di Meksiko, atau seperti Beijing dan Shanghai yang 6 juta unit, Tokyo, Jepang. dan 9 mencapai satu juta unit. “Tapi apa bedanya? “Semua kota ini memiliki standar kebersihan udara.” Jakarta. Artinya bukan soal mobilnya, tapi soal kualitas bahan bakarnya. Ternyata bahan bakar di Indonesia kotor karena kandungan sulfur pada bahan bakarnya, ternyata standar sulfur di Indonesia adalah 500 ppm,” ujarnya. . Seperti diketahui, Pertamax dengan RON 92 masih memenuhi batas sulfur maksimum sebesar 400 ppm sesuai dengan batas sulfur yang ditetapkan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, sedangkan Pertalit melebihi sulfur RON 91. Konten 500 ppm. “Bagaimana jika dibandingkan dengan negara lain? Bahan bakar ini 10 kali lebih kotor dibandingkan bahan bakar di Kamboja, Pakistan, Filipina, dan Thailand, yang membatasi 50 ppm. 50 kali lebih kotor dibandingkan bahan bakar di Singapura, Malaysia, Vietnam, China, dan India,” kata bule tersebut. “Standar bahan bakar di Indonesia tidak ketat dan dalam perang melawan polusi udara, daripada menjanjikan penanaman ribuan pohon yang tidak akan mengurangi polusi PM 2.5 secara signifikan, lebih baik revisi standar bahan bakar dan pembatasan sulfur. pada bahan bakarnya, sehingga bensin kita sehat dan tidak kotor lagi,” lanjutnya. Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Prasarana dan Transportasi Kementerian Kelautan dan Perikanan Rachmat Kaimuddin mengatakan, produk standar Pertamina Euro 4 Pertamax Green 95 dan Pertamax Turbo dengan kandungan sulfur maksimal 50 ppm, ada sulfur Ron 98. belerang 250 ppm, Pertalit 500 ppm dan Pertamax 400 ppm. “Saya kira pemerintah bisa membantu Pertamina menyediakan bahan bakar yang ramah lingkungan,” kata anak buahnya. Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Kelautan dan Perikanan. Sebelumnya beredar kabar bahwa Pertamina sedang mengembangkan bahan bakar baru dengan kandungan sulfur lebih rendah dan mengurangi penggunaan pertalite, namun masih belum mencapai tujuannya. Salah satu kandidat kuat bahan bakar baru tersebut adalah Pertamax Green 92, yang berarti memiliki nilai oktan lebih tinggi dibandingkan Pertalite, setara dengan Pertamax Ron 92, yang seluruhnya menggunakan minyak fosil, hanya saja bahan bakar ini mengandung campuran gula tebu seperti Pertamax. Hijau 95.

By ditphat

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *