Brain Fog: Apa Itu dan Bagaimana Cara Mengatasinya Agar Fokus Kembali?

ditphat.net – Pernahkah Anda sulit konsentrasi, sering lupa, atau merasa otak “macet”? Hal ini mungkin tampak normal, tetapi jika terjadi terus-menerus, Anda mungkin mengalami kabut otak. Di Indonesia, banyak orang yang mengalami gejala tersebut tanpa disadari. Mereka percaya bahwa ini hanyalah akibat dari kelelahan umum atau stres yang tinggi.

Masalah ini seringkali diabaikan karena dianggap kecil, namun jika dibiarkan, dapat berdampak signifikan terhadap kualitas hidup Anda. Produktivitas menurun, kemampuan berpikir menurun dan pada akhirnya berdampak pada kesehatan mental. Oleh karena itu penting untuk mengetahui apa itu brain fog, apa penyebabnya, dan cara mengatasinya dengan cepat dan efektif. Apa itu kabut otak?

Kabut otak adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan perasaan berpikir tidak jelas atau tidak teratur. Meski bukan merupakan kondisi medis resmi, namun sering kali dianggap sebagai gangguan kognitif ringan yang dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk fokus dan berpikir.

Brain fog bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu kondisi dimana otak tidak berfungsi dengan baik. Orang yang menderita H merasa otaknya tidak bekerja dengan baik. Hal ini membuat aktivitas sehari-hari, termasuk bekerja, belajar atau berkomunikasi menjadi sulit

Kabut otak dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yang mempengaruhi cara kerja otak dan kemampuan berpikir kita. Untuk mengenali dan mencegah kondisi ini, penting untuk memahami beberapa penyebab utamanya. Mengutip situs Alodokter.com dan hellosehat.com, berikut beberapa penyebab paling umum: Kurang tidur, kurang istirahat, sering terjaga, atau kurang tidur dapat mengganggu fungsi otak. Akibatnya, kurang tidur atau gangguan tidur lainnya bisa memengaruhi kemampuan Anda berkonsentrasi dan membuat sulit berpikir. Penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang kurang atau kurang tidur berkualitas lebih rentan mengalami kabut otak. Jika Anda sering sulit tidur atau menderita insomnia, cobalah untuk membangun kebiasaan tidur yang baik (sleep hygine), hindari gadget sebelum tidur, dan kurangi asupan kafein di malam hari. Perubahan Hormon Perubahan hormonal seperti saat wanita memasuki masa menopause juga bisa menyebabkan brain fog. Selama menopause, kadar hormon progesteron dan estrogen berubah, sehingga memengaruhi memori dan fungsi otak untuk sementara. Hal ini dapat menyebabkan lebih banyak kelupaan atau brain fog pada wanita yang mengidapnya. Stres dan Depresi Merasa stres atau depresi dari waktu ke waktu adalah hal yang wajar. Namun, jika Anda merasa cemas, sedih, atau depresi dalam jangka waktu lama, itu mungkin merupakan tanda stres kronis. Stres kronis dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, mulai dari tekanan darah tinggi hingga gangguan mental seperti depresi, serta penurunan fungsi otak. Akibatnya otak sulit berpikir jernih, mudah lupa, dan sulit konsentrasi. Jadi stres yang parah bisa menyebabkan kabut otak. Kekurangan Nutrisi Tertentu Pola makan yang tidak sehat dapat membuat tubuh kekurangan nutrisi penting, sehingga meningkatkan risiko terjadinya kabut otak. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang kekurangan nutrisi seperti protein, zat besi, vitamin B kompleks, vitamin E, antioksidan dan omega-3 mengalami masalah daya ingat. Selain itu, alergi makanan tertentu juga bisa menyebabkan penyakit ini. Efek Samping Obat Beberapa obat, seperti antikolinergik, obat penenang, antidepresan, dan obat tidur, mempengaruhi fungsi saraf dan bahan kimia di otak. Efek ini bisa menyebabkan kabut otak, serta gejala lain seperti insomnia dan perubahan suasana hati. Kondisi medis tertentu Banyak penyakit dan kondisi medis yang juga dapat menjadi penyebabnya, seperti penyakit autoimun, kelelahan kronis, anemia, dan penuaan. Kondisi seperti gangguan jiwa dan demensia juga bisa menyebabkan kabut otak. Konsumsi Gula Tinggi Konsumsi gula yang tinggi dapat menyebabkan gangguan kognitif, termasuk gangguan daya ingat dan berpikir, karena suplai darah ke otak terputus. Dehidrasi Tubuh manusia terdiri dari sekitar 60% air, dan setiap sel dalam tubuh, termasuk sel otak, bergantung pada air agar dapat berfungsi secara optimal. Ketika tubuh kekurangan cairan atau dehidrasi, fungsi otak bisa terganggu sehingga menimbulkan gejala seperti brain fog. Kurangnya Aktivitas Fisik Olahraga dan aktivitas fisik membantu menjaga dan meningkatkan kemampuan berpikir dan daya ingat. Di sisi lain, kurang berolahraga dapat memengaruhi suasana hati, kualitas tidur, dan tingkat stres, yang sering kali menyebabkan gangguan kognitif.

 

Menurut website yankes.kemkes.go.id berikut beberapa cara mengatasi brain fog dan fokus pada tugas sehari-hari. Baiklah, simak penjelasan lengkapnya! Tidur yang cukup Tidur yang cukup sangat penting untuk membuang racun yang menyebabkan kabut otak. Usahakan tidur 7 hingga 9 jam setiap malam. Hindari penggunaan perangkat elektronik seperti ponsel, laptop atau TV sebelum tidur untuk meningkatkan kualitas tidur Anda. Mencoba aktivitas baru Mengalami hal baru dapat meningkatkan produksi norepinefrin, zat kimia otak yang merangsang fungsi otak secara optimal. Dengan cara ini, risiko terjadinya kabut otak bisa dikurangi. Coba ubah rute perjalanan ke tempat kerja, dengarkan gaya musik lain, atau coba aktivitas yang belum pernah Anda coba sebelumnya. Hindari multitasking Latih diri Anda untuk fokus pada satu hal dalam satu waktu. Saat Anda kehilangan konsentrasi, lakukan tugas lebih lambat saat Anda mencoba memusatkan perhatian pada aktivitas tersebut. Melatih Daya Ingat Jika Anda sering lupa, cobalah latih daya ingat Anda dengan mengingat hal-hal kecil. Misalnya, ketika seseorang menyebutkan namanya, ulangi nama tersebut untuk membantu mengingatnya. Istirahat mental Stres dan depresi juga dapat menyebabkan kabut otak. Meditasi bisa menjadi cara yang efektif untuk menghilangkan stres dan menenangkan pikiran dan tubuh. Aktif Secara Sosial Berpartisipasi dalam kegiatan sosial dapat meningkatkan suasana hati Anda, serta memori dan kemampuan kognitif Anda. Berpartisipasi dalam aktivitas yang Anda sukai dapat membantu mengurangi risiko stres. Berpikirlah Secara Mendalam Setelah membaca artikel, luangkan waktu sekitar 10 menit untuk merenungkan isi artikel agar lebih memahami dan menyerap informasi yang Anda baca. Jalani pola hidup sehat dan konsumsi makanan bergizi secara teratur. Sebaiknya hindari alkohol dan penggunaan obat-obatan yang tidak diresepkan oleh dokter.

Suplemen nutrisi

Sebuah studi vitamin D AS yang diterbitkan pada April 2020 di Journal of Gerontology Seri A: Ilmu Biologi dan Ilmu Kedokteran melibatkan 42 wanita pascamenopause. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D sebanyak 2000 IU per hari selama satu tahun dapat meningkatkan kemampuan belajar dan daya ingat mereka.

Omega-3 Sebuah penelitian di Selandia Baru tahun 2013 menemukan bahwa asam eicosapentaenoic (EPA) dan asam docosahexaenoic (DHA) dalam omega-3 dapat mendukung kesehatan otak dan suasana hati. Dalam penelitian tersebut, 176 peserta dewasa yang mengonsumsi DHA omega-3 menunjukkan peningkatan kinerja dan memori episodik. Selain itu, sebuah penelitian tahun 2014 di AS menemukan bahwa mengonsumsi 1,25 hingga 2,5 gram omega-3 per hari mencegah kehilangan ingatan.

Magnesium Sebuah penelitian di AS pada bulan Mei 2020 menunjukkan hubungan antara asupan magnesium dan vitamin D dan fungsi kognitif pada orang dewasa yang lebih tua. Hasilnya menunjukkan bahwa asupan magnesium yang lebih tinggi dikaitkan dengan fungsi kognitif yang lebih baik, terutama dalam hal perhatian dan memori.

Sebuah studi kolaboratif vitamin C di Iran dan Australia, yang diterbitkan pada Agustus 2021, Vitamin Supplementation in Mood States in Adults, menunjukkan bahwa vitamin C dapat meningkatkan mood, kinerja kognitif, dan kabut otak pada pasien depresi dapat membantu menghilangkannya

Vitamin B Kompleks Sebuah penelitian di Pakistan melibatkan 202 peserta dengan gangguan kognitif dan kadar B12 rendah. Hasil yang dipublikasikan di jurnal Curious pada tahun 2020 menunjukkan bahwa suplementasi vitamin B12 dapat meningkatkan kinerja kognitif dan memori pada sebagian besar peserta.

L-Theanine di Jepang Efek L-Theanine pada Fungsi Kognitif pada Subjek Paruh Baya dan Lansia Sebuah penelitian yang diterbitkan pada April 2021 menemukan bahwa mengonsumsi 100,6 mg L-theanine dapat meningkatkan reaksi dan memori dalam tes kognitif pada 69 partisipan lansia.

 

Brain fog merupakan kondisi yang bisa dialami siapa saja, apalagi jika gaya hidup tidak dijaga dengan baik. Namun, dengan memperbaiki pola tidur, manajemen stres yang baik, kebiasaan makan sehat, dan kebiasaan gaya hidup yang mendukung, Anda dapat mencegah hal-hal tersebut menghambat aktivitas dan produktivitas Anda.

Penting untuk mengenali gejalanya sejak dini agar tidak berdampak buruk pada kesehatan mental dan kualitas hidup Anda.

By ditphat

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *