Jakarta, ditphat.net – Kasus kekerasan dalam rumah tangga yang menimpa Intan Nabila kini tengah menjadi pusat perhatian pengguna jejaring sosial. Cut Intan Nabila diketahui kerap mengalami kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suaminya. Berdasarkan keterangan yang disimpan Nabila di akun Instagramnya, puluhan video bukti kekerasan dalam rumah tangga yang diterimanya dari suaminya Armor Toreador.
Sebaliknya, dalam keterangan Polres Bogor pada Rabu pagi, 14 Agustus 2024, Armor Toreador mengaku melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap istrinya sebanyak lima kali. Kekerasan dalam rumah tangga sendiri telah terjadi sejak tahun 2020.
Berapa kali kamu menganiaya istrimu?, tanya Kapolres Bogor AKBP Rio Hanggoro, dilansir dari file kliping akun rumor @rumpi_gosip.
Armor Toreador, yang diyakini sebagai tersangka, mengatakan: “Lebih dari lima kali. Sejak tahun 2020″.
Contra Armor Toreador mengaku tak peduli dengan kondisi ketiga anaknya karena kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukannya terhadap ibu mereka.
“Ya tidak. Tidak, saya tidak akan meminta maaf, saya akui saya telah berdosa.” katanya.
Armor juga mengaku pernah menggunakan kekerasan dalam rumah tangga terhadap istrinya di depan anak-anaknya.
“Sesekali, tapi biasanya di waktu yang bersamaan,” ujarnya.
Pengumuman dari Armor ini mengecewakan opini publik. Dan Anda harus tahu bahwa anak-anak Anda mungkin menderita banyak dampak negatif karena mereka menyaksikan orang tua yang melakukan kekerasan. Lalu bagaimana jika orang tua melakukan kekerasan dalam rumah tangga sebelum anaknya?
Menurut situs resmi Womenshealth.gov, anak-anak yang menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga atau menjadi korban kekerasan mempunyai risiko serius mengalami masalah fisik dan mental jangka panjang.
Selain itu, anak-anak yang menyaksikan tindak kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh orang tuanya terhadap pasangannya mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami kekerasan di kemudian hari.
Lantas apakah anak bisa pulih dari trauma menyaksikan atau mengalami kekerasan dalam rumah tangga? Perlu diketahui, setiap anak bereaksi berbeda terhadap kekerasan dan trauma. Ada anak laki-laki yang lebih keras, ada pula yang lebih lembut.
Keberhasilan seorang anak dalam pulih dari kekerasan atau trauma bergantung pada beberapa faktor, antara lain:
– Memiliki sistem pendukung yang baik atau hubungan baik dengan orang dewasa yang dapat dipercaya
– Harga diri yang tinggi
– Persahabatan yang sehat
Meskipun anak-anak tidak pernah melupakan apa yang mereka lihat atau alami pada saat kekerasan terjadi. Namun mereka dapat mempelajari cara-cara sehat untuk mengatasi emosi dan ingatan seiring bertambahnya usia. Semakin cepat anak-anak dibantu, semakin besar peluang mereka untuk menjadi orang dewasa yang sehat secara mental dan fisik.