Ambisi FKPU Jababeka Jadi Research Center Berkelas Dunia

ditphat.net Edukasi – Profesor Satjanegara merupakan salah satu tokoh ternama di dunia kedokteran Indonesia. Beliau merupakan salah satu ahli bedah saraf terbaik di Indonesia. Direktur senior Rumah Sakit Tzu Chi ini menerima gelar kedokteran dan doktor serta jabatan profesor di Jepang sebelum kembali ke Indonesia dan menjadi dokter Presiden Republik Indonesia. 

Menarik untuk menelusuri jalur karir akademis dan profesionalnya yang dimulai di Jepang. Prof. Satyanegara belajar bahasa itu dalam waktu satu tahun empat bulan. Rupanya, ia memilih tinggal bersama keluarganya di Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan memperluas kosa katanya.

Ketika semuanya sudah siap, ia mengikuti ujian masuk perguruan tinggi kedokteran di Universitas Kyushu pada tanggal 3 Maret 1960, dan lulus pada tanggal 15 Maret.  Kemudian pada tanggal 23 Maret mencoba universitas lain, Tokyo Medical and Dental University.

Namanya kembali masuk dalam daftar calon mahasiswa yang lulus ujian masuk. Dia kemudian memutuskan untuk belajar di Universitas Kyushu. Usai perkuliahan, Profesor Satjanegara dinyatakan lulus dan diwisuda pada tanggal 26 Maret 1966. 

Ia kemudian menerima gelar master di bidang bedah saraf dari Universitas Tokyo, disusul gelar doktor dari universitas yang sama. Ia juga menerima gelar profesor di Jepang. Kemudian pada tanggal 18 September 1972, ia kembali ke Indonesia setelah 14 tahun berjuang di Jepang untuk menjadi dokter tim kepresidenan Indonesia. 

Sekembalinya ke Indonesia, Oei Kim Seng menggunakan nama Satyanegara. Prof. Satyanagar sangat tertarik dengan bidang kesehatan, yang ingin memberikan manfaat lebih dan menciptakan masyarakat Indonesia yang lebih sehat dan produktif, termasuk melalui bioteknologi modern.

Hal inilah yang menjadi dasar ketika pendiri President University SD Darmono memintanya untuk menjadi Dewan Pembina Fakultas Kedokteran Presidency University. 

“Pusat Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Kepresidenan yang sedang kita bangun ini bisa menjadi pusat ilmiah yang bisa kita banggakan untuk menunjang rumah sakit di kota kedokteran Jababek dan kawasan industri Jababek,” ujarnya.

Awalnya, dia mengaku bingung kenapa Ketua sekaligus Pendiri Jababek Darmono ingin bertemu dengannya. 

“Tentunya bertemu dan berdiskusi tentang rencana pembangunan rumah sakit penelitian di Zhababek. Hal ini membuat saya semakin semangat,” lanjut Prof. Satyanegara.

Menurutnya, kawasan industri kesehatan yang dikembangkan Jababeka Group dengan infrastruktur berstandar WHO akan menyambut wisatawan asing yang datang ke Indonesia untuk berobat.

“Pusat penelitian ini akan menjadi pusat unggulan kedokteran dan pelayanan kesehatan terpadu di Indonesia,” jelasnya.

Saat ini, terdapat sekitar 20 rumah sakit (4.000 tempat tidur) yang melayani lebih dari 2.000 perusahaan multinasional dari 34 negara asing dan mempekerjakan sekitar 1 juta orang.

Di lokasi tersebut juga didirikan industri manufaktur farmasi seperti Dexa Medica Group, Ferron Par Pharmaceuticals, Genero Pharmaceuticals, Ethica Pharmaceuticals Industry (Industri Farmasi Ethica), Combifar Donga, Anurah Farmindo Lestari, Intan Jaya Medicalusi.

Keunggulan FCPU sebagai pusat penelitian kesehatan kelas dunia didasarkan pada kefasihan mahasiswa kedokterannya dalam berbahasa Inggris. Keunggulan lainnya adalah mendukung 25 rumah sakit di Cikarang sebagai tempat praktek. Dan FKPU telah menjalin kerjasama dengan universitas-universitas Amerika Serikat pada program magister.

By ditphat

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *