ditphat.net – Sore itu, Ohan terlihat sedang bekerja dengan tongkat yang dipinjamnya dari tetangganya. Tirai jendela di kamar anak-anaknya dapat dipindahkan agar pas dengan bingkainya.
Meski belum begitu memahami cara kerja mesin pertama, namun hal itu tidak menyurutkan niat Ohan untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya.
Keringat tanpa sadar menetes dari dahinya ke lengannya yang ramping dan berotot. “Buat jendela ini supaya kalau dibuka tutupnya tidak lengket,” kata Ohan dalam diskusi bersama 120 anggota TNI Bina Desa Manunggal (TMMD), Kodim 0619/Purwakarta.
Pekikan serutan logam memecah keheningan hari itu. Perlahan-lahan, akhirnya, kertas jendela dipotong dengan hati-hati dan hati-hati agar sesuai dengan ruang di tengah rumah.
Di dalam rumah, istri tercinta, Intan Mariani, setia mengikuti Ohan mengikis kaca jendela. Terkadang, Ohan yang bekerja dari luar rumah meminta Intan memperbaiki kabel colokan yang digunakan untuk mesin pengolah.
Bahkan, untuk mengoperasikan genset tersebut, PLN harus menggunakan kabel panjang yang tersebar di seluruh rumah sebagai sarana penyaluran listrik, karena listrik Ohan hanya ada di dinding dalam rumah.
Rumah bercat hijau toska dengan luas ruang 6×5 meter ini eksklusif untuk Ohan dan keluarganya. Karena gedung ini baru saja selesai dibangun.
“Alhamdulillah bereskan, saya dan istri bisa tinggal di rumah ini lagi,” kata Ohan.
Rumah tempat tinggal Ohan dan Intan merupakan warisan dari orang tua Ohan. Rumah ini dibangun sejak lama, padahal belum banyak penghuninya di Desa Inpress, Desa Gurudug, Kecamatan Pondok Salam, Kabupaten Pendahulu, Jawa Barat.
“Ini rumah orang tua saya, dibangun puluhan tahun yang lalu, mungkin sejak tahun 70an, saya lahir dan besar di rumah ini,” kata Ohanudin, seorang laki-laki.
Pada 8 Mei 2024, kondisi rumah permanen dua kamar milik Ohan sudah tidak seperti itu lagi. Saat itu keadaannya sangat memprihatinkan.
Rumah tua Ohan terbuat dari kayu dengan dinding bambu. Hanya saja, beberapa bulan lalu Ohan dan Intan tidak tinggal di sana, mereka menyewa rumah dari seseorang yang tinggal jauh dari rumah.
Ohan berkata, “Saya dan istri tidak mungkin tinggal di rumah karena berbahaya. Rumah akan runtuh. Kayunya semua sudah lapuk. Bahkan, temboknya sudah mulai lapuk.”
Saat Ohan tinggal di rumah mengerikan yang ditinggalkan oleh orang tuanya, hati Ohan terus-menerus dipenuhi kekhawatiran dan ketakutan. Setiap mendapat pekerjaan mengantarkan barang ke luar kota, Ohan berdoa agar semuanya terjadi pada istri dan anak-anaknya di rumah.
“Waktu saya bawa barang ke Jakarta, tiba-tiba hujan, pikiran saya tidak tenang. Makanya saya selalu langsung telepon istri saya, saya suruh berangkat dulu sampai hujan reda. Takut tiba-tiba turun. Angin ,” kata Ohan.
Ketika orang tuanya meninggal, hanya Ohan, istri dan anak-anaknya yang tinggal di rumah tersebut. Ohan selalu bermimpi untuk merenovasi rumah. Tapi apa yang harus saya lakukan, Ohan tidak kaya, dia melakukan pekerjaan yang buruk. Terkadang dia mengemudi, terkadang dia meminta seseorang untuk membantunya di rumah.
Ohan berkata, “Sejak berdiri belum pernah diperbaiki. Saya hanya mengangkat lantai satu kali karena dinding rumah berlubang dan air sering masuk saat hujan, jadi saya angkat lantai.”
Ohan menikah dengan Intan, bukan istri angkatnya karena sang suami telah bercerai. Dan Intan sudah mempunyai seorang putri bernama Fitrana. Dan karena pernikahan Ohan dan Intan, mereka dikaruniai seorang anak.
Meski dalam keadaan keuangan yang memprihatinkan, Ohan dan Intan tetap berusaha menyekolahkan Fitria agar bisa mengenyam pendidikan untuk menaikkan derajat orang tuanya.
Sayangnya, Fitrani kerap mendapat perlakuan buruk dari orang lain, bahkan dari teman-temannya di sekolah. Alasannya.. Gadis itu adalah putri pasangan Ohan dan Intan yang hidup dalam kesusahan.
“Anak saya sering menangis karena diejek teman-temannya. Juga, mereka tahu rumah kami jelek. Nah, waktu itu teman-temannya bertanya pada anak saya, ‘Kamu di mana? menikah Rumahmu pun begitu, paling tidak di jalan kalau bukan di kantor kota,” kata Ohan menirukan hinaan yang ditujukan kepada Fitriana.
Hari-hari berlalu, Ohan tidak menyerah meski sulit. Ia terus mencari pekerjaan halal agar bisa menghidupi dirinya dan Intan serta kedua anaknya. Dan Intan terus memberikan semangat agar ia tidak menyerah pada suami tercinta.
Sholat Ohan, Intan dan Fitri di setiap akhir sholat bukanlah hal yang besar. Mintalah Tuhan untuk memberi Anda peluang bisnis untuk mendapatkan uang untuk memperbaiki rumah Anda.
Ada pula saatnya mereka mengharapkan bantuan dari orang-orang baik atau pemerintah untuk menjangkau mereka. Namun, keberuntungan belum berpihak padanya.
“Banyak orang datang mendaftarkan saya, melihat rumah saya. Tapi itu semua hanya janji, saya mendaftar, tapi ada yang mendapat bantuan. Bahkan di negara ini, rumah saya sangat buruk,” kata Ohan.
Doa terkabul…
Pada Mei 2024, tiba-tiba prajurit TNI dari Kodim 0619/Purukkarta mendatangi rumah Ricky milik Ohan di pojok Kampung Inpress. Ohan datang untuk mencari tahu kerusakan yang terjadi pada rumah tersebut.
Setiap bagian ruangan yang terekam kamera ponsel bisa dilihat secara detail. Dan mulai menanyakan informasi kepada Ohan tentang rumah itu.
“Awalnya saya pesimis karena yang datang hanya PHP, jadi saya kecewa dan kecewa,” kata Ohan.
Begitu sampai di rumah Ohan, para prajurit TNI langsung menuju musala tua yang berjarak beberapa meter dari rumah Ohan. Hal serupa juga dilakukan prajurit TNI di ruang pooja.
Seorang prajurit TNI datang meninjau rumah dan musala Ohan karena kedua rumah tersebut masuk dalam acara TMMD ke-120 untuk keperluan lain.
Ohan berkata, “Alhamdulillah ya Allah, akhirnya ada orang baik datang kesini dari jauh, dan doaku terkabul.”
Pada hari Selasa tanggal 8 Juni 2024, Komandan Kodim Purvakarta, Komandan Satgas TMMD beserta Letkol Inf Ordiensya, Pj Bupati Purvakarta Benny Irawan meresmikan acara TMMD ke-120 di Kodim Purvakarta, Kota Adipati Bungur. .
“Sebagai pemimpin daerah, saya bersyukur dan menyambut baik terselenggaranya TMMD ke-120. TMMD ini merupakan bukti baik persatuan dan solidaritas TNI, pemerintah daerah, dan masyarakat. Melalui program ini, kami berharap bisa lebih positif lagi. “Jika Anda memanfaatkan TMMD ini, Anda akan memiliki fasilitas dan sumber daya terbaik yang dapat dimanfaatkan dan dilestarikan serta dikembangkan sehingga menjadi lebih berharga dan memberikan dampak positif,” kata Benny Iran.
Pada program TMMD ke-120 ini, tujuan utamanya adalah membangun jalan penghubung antara Desa Gurudug dengan Desa Darah Ranka Distrik Vanayasa sepanjang 692 meter dan lebar 5 meter. dan drainase dan gorong-gorong sepanjang 776 meter.
Singkat cerita, setelah meninjau lokasi pastinya, Komandan Satgas TMMD ke-120, Letjen. Kolonel. Inf Ardiansyah dan jajarannya membahas proses pemugaran rumah dan musala Ohan.
Dalam diskusi tersebut, Damsatgas akhirnya memutuskan untuk merenovasi total bangunan Ohan dengan tujuan agar bangunan yang telah direnovasi tersebut dapat berguna dalam jangka waktu yang lama.
Mengapa ini harus menjadi tugas kita, anggaplah ini amal, ladang pahala bagi kita, kata Letkol Inf Ordiansya.
Akhirnya tanpa membuang waktu, Damsatgas beserta prajurit TNI dan warga desa langsung membongkar rumah Ohan hingga lantainya kosong. Jadi sebenarnya dibangun dari awal.
Tentara, Angkatan Laut, Angkatan Udara, Polisi dan masyarakat setempat Prajurit TNI bekerja dari pagi hingga sore setiap hari untuk membangun kembali rumah Ohan.
Dalam waktu kurang dari 30 hari, sebuah rumah permanen dengan desain yang sangat modern dibangun untuk menggantikan rumah mengerikan yang ditinggalkan orang tua Ohan.
“Saya tidak bisa membayangkan punya rumah seperti ini, terima kasih orang-orang yang baik hati Pak Dandim, saya tidak tahu bagaimana saya bisa membalas kebaikan Anda. Anda datang ke daerah ini. Daerah terpencil,” kata Ohan.
Seiring dengan selesainya pemugaran gedung Ohan, anggota TMMD 120 Kodim pendahulu juga menyelesaikan pemugaran sinagoga Almariz. Awalnya kapel bobrok, banyak penambahan lain yang dilakukan untuk mendukung ibadah.
Sejarah Pendahulu Kodim TMMD.
Codem Pendahulu berdiri pada tahun 1975 berdasarkan pengembangan dan penyelenggaraan Kabupaten Daerah Tingkat II Pendahulu pada tahun 1968.
Pertama, sejak Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, belum ada kecamatan dan tingkat Kodim yang didirikan di Purvakarta. Saat itu agen hanya ada di wilayah Purwakarta dengan Kode Kodem 0605/Subang dan Purwakarta.
Sejak berdiri hingga saat ini, Kodim pendahulu telah melaksanakan program TMMD sebanyak tujuh kali, dimulai dari TMMD ke-90 pada tahun 2012, TMMD ke-92 pada tahun 2014, TMMD ke-97 pada tahun 2016, dan terakhir TMMD ke-120 pada tahun 2024.
Pada TMMD ke-120, Desa Gurdug ditargetkan bisa melaksanakan program daerah ini karena pembangunan infrastruktur masih tertinggal dibandingkan desa lainnya.
Mengingat lokasinya, desa ini jauh dari ibu kota daerah. Butuh waktu 30 menit bagi orang untuk mencapai desa ini, mungkin lebih. Belum lagi, jalur menuju Desa Gurudug memiliki medan yang berat, tanjakan dan turunan terjal melewati hutan jati Perhutani.
Luas wilayah desa Gurudug adalah 165 hektar dan pertanian merupakan sumber pendapatan utama masyarakat yang tinggal di desa ini.
Jalan merupakan salah satu hambatan yang menghambat kegiatan perekonomian suatu negara. Sebab antara Desa Gurudug dan Desa Darah Ranka lebih banyak lahan pertanian masyarakatnya.
Jalan penghubung kedua desa tersebut awalnya dibangun TNI pada tahun 1982 melalui program ABRI Masuk Desa (AMD). Sayangnya, seiring berjalannya waktu, jalan tersebut rusak dan berubah menjadi hutan sehingga menyulitkan kendaraan yang membawa peralatan pertanian untuk melintas. .
TMMD adalah target yang bagus
Tentu saja, program TMMD TNI bukan satu-satunya tujuan utama dalam meringankan kesulitan perusahaan-perusahaan miskin dalam mempersiapkan kegiatan perekonomian. Seperti membangun jalan fisik, tempat ibadah, dan merenovasi bangunan tidak layak huni.
Menurut pendahulu Kodim Donsatgas TMMD 120, Letkol Inf Ordinsya, sasaran utamanya bukan fisik. Begitulah cara TNI menciptakan persatuan dengan rakyat, kata lulusan Akademi Militer tahun 2004 itu.
Persatuan artinya prajurit TNI yang ditugaskan di TMMD bisa berjuang keras melawan rakyat.
Jadi di mana prosesnya, kehadiran TNI di tengah masyarakat, bekerja, berkomunikasi, berkomunikasi, melakukan tugas pokok pembangunan wilayah. Harus ada rasa nilai kehadiran TNI, sehingga masyarakat akan akan mengalami krisis suatu hari nanti ketika sistem keamanan global diciptakan. “Kami di sini untuk berperang. Jika, misalnya, rakyat negara ini mendukung kami, kami akan membantu mereka,” kata Letkol Rd.
Saat memimpin pelaksanaan TMMD di Desa Gurdug, Letkol Inf Rd, Pangdam III / berdasarkan ilmu, pengalaman dan pengalaman Siliwangi, Mayjen TNI Mohd Fadjar tetap menjaga visi – bukan fisik.
Ada banyak program kebugaran yang bekerja pada tujuan fisik pada saat yang bersamaan. Tentara tidur di rumah penduduk, berolahraga bersama, dan makan bersama.
Makanya saya baru beberapa hari di Gurudug dan langsung kita adakan lomba Galivetla. Kenapa ini lomba Ngalivetla? Artinya ciri khas masyarakat di sini adalah berkumpul. N’ Samayam Nalivet lihat betapa bersemangatnya mereka. ketika kita bertanding, menciptakan suasana yang baik diantara kita yaitu “kesatuan yang sama”.
Kini TMMD 120 resmi ditutup, seluruh pekerjaan dan tujuan fisik telah selesai 100% sebelum target 30 hari. Hanya ada satu kenangan di hati masyarakat tentang perjuangan TNI yang mengagumkan, yaitu benar-benar berada di tengah kesusahan rakyat.
Baca: Hari-hari Terakhir Raja Ibone Kogila di Gurudug, Warga Prajurit TNI Sampaikan Belasungkawa Atas Kepergian Harimou Silivangi.