ditphat.net: Awal 2025; Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto memerintahkan mutasi dan rotasi perwira tinggi.
Memesan dan membaca Kep/7/I/2025. Diputuskan untuk memindahkan 101 pati ke posnya masing-masing. 62 prajurit TNI; 8 TNI Angkatan Laut dan 31 TNI Angkatan Udara.
ditphat.net punya nama yang menarik perhatian para prajurit ditphat.net karena diperintahkan pensiun dari wajib militer. Apakah Anda ingin tahu siapa itu?
Dialah Marsekal Muda TNI Yudi Bustami. Lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1989 itu dipanggil kembali ke Mabes TNI AU untuk pensiun atas perintah Panglima.
Jabatan Panglima Pasukan Khusus Komando Aksi Cepat (Kopasgat) TNI AU telah diserahkan kepada juniornya Marsma TNI Deni Muis.
Marsekal TNI Yudi Bustami mengabdi sebagai prajurit TNI selama 36 tahun. Sejak awal dinas militer, Panglima TNI kelahiran Bandung, Jawa Barat ini langsung bergabung dengan Tentara Baret Oranye.
Kang Yudi diyakini merupakan salah satu prajurit rahasia anti teroris Kopasgat, sehingga perjalanan misinya ke Kopasgat tidak main-main.
Pada tahun 1999, ia bahkan mempertahankan pangkat Kapten. Kang Yudi dipercaya mengemban tongkat estafet Komandan Satbravo 90. Saat itu digantikan Kapten Psk Muhammad Nassier.
Tak lama kemudian, ia dipromosikan menjadi Komandan Batalyon Komando (Yonko) 464/Nangala di Malang, Jawa Timur. Kang Yudi dari Jawa Timur diberangkatkan ke Medan sebagai Komando Sayap III/Harda Marutha, sedangkan Kolonel Psk Taspin Hasan dimutasi ke Jakarta menggantikan Komando Sayap I/Harda Marutha.
Kang Yudi disebutkan dalam biografi Marsekal Pertama TNI (Purn) Nanok Suratno dalam buku Kisah Nyata Prajurit Paskhas, Mantan Panglima Kopasgat 17, Kang Yudi adalah Komandan Kompi C. Saat konflik dimulai pada tahun Maluku, aparat keamanan dilibatkan.
Oleh karena itu, dalam buku karangan Beny Adrian disebutkan bahwa saat itu Kang Yudi masih berpangkat Kapten. Oleh karena itu, Gultor 81 Kopassus dipercaya memimpin Kompi C, tim profesional beranggotakan tiga orang yang dibentuk Mabes TNI yang terdiri dari prajurit Marinir Denjaka dan Satbravo 90 Kopasgat.
Saat itu, seorang prajurit Korps Baret Merah tertembak saat Panglima Kopassus bergerak ke Saparua. Lukanya berupa luka tembak di kepala. Sementara itu, Kang Yudi membenarkan bahwa pelaku penembakan adalah penembak jitu.
Kang Yudi melihat kondisi korban dan langsung berpesan agar tetap aman. Namun proses pelariannya tidak mudah karena seorang prajurit TNI sedang mencari pelaku penembakan misterius.
Meski demikian, Kang Yudi tetap yakin bisa menyelamatkan nyawa orang tersebut. Akhirnya, empat tentara membawa jenazah korban tewas tertembak. Kang Yudi muncul.
Dengan berani, ia memutuskan untuk menggunakannya sebagai sumber penghidupan bagi para pengungsi. Oleh karena itu, Kang Yudi sengaja berdiri di balik topeng tersebut agar penembak misterius tersebut tidak mengganggu proses penyelamatan.
Namun takdir berkata lain, meski ia harus mempertaruhkan jiwa dan raganya demi keselamatan. Prajurit Kopassus yang terluka tersebut meninggal sebelum mencapai kapal TNI AL di perairan Saparua.
Sehingga kini semua kisah Kang Yudi akan menjadi sejarah yang tak terlupakan, meski Kang Yudi akan segera keluar dari TNI.
Baca: Pria Berbaju Hitam adalah Panglima TNI Angkatan Laut; Perisai Kehidupan Presiden