JAKARTA, ditphat.net – Dalam podcast Raditya Dika bertajuk Zara Kini Ikhlas, Zara Adhisty, aktris muda berbakat, berbagi pengalaman dan pemikirannya tentang cinta dan kedewasaan yang ditampilkan dalam film barunya, Cinta Dalam Ikhlas.
Film ini tidak hanya berkisah tentang cinta remaja, namun juga menampilkan perjalanan emosional yang mengharukan tentang cinta pertama, proses menerima kenyataan hidup.
Dalam podcast tersebut, Zara Kang Abe menceritakan tantangan dan momen berkesan yang ia hadapi selama syuting film yang diangkat dari novel karya Aditya. Mari kita telusuri keseluruhan ceritanya di bawah ini.
“Ini tentang cinta pertama, yang bukan hanya tentang jatuh cinta, tapi bagaimana kita mendefinisikan diri kita satu sama lain,” kata Zara tentang pesan penting film tersebut.
Pemeran utama, Athar, bertemu Arora (diperankan oleh Zara) saat SMA. Meski cinta keduanya kuat, mereka memutuskan untuk berpisah agar bisa memperbaiki diri dan menjadi lebih baik.
Film ini menampilkan tema langka, yaitu bagaimana cinta sejati membutuhkan pengorbanan dan penemuan diri.
“Menurut Arora, kita harus mencintai Allah, bukan hanya orangnya,” jelas Zara menjelaskan motivasi karakternya.
Kata-kata tersebut mencerminkan bagaimana film tersebut mencoba mengajarkan nilai-nilai mendalam tentang arti cinta dan komitmen.
Zara menceritakan bagaimana proses syuting di Bandung dan Cianjur yang penuh tantangan. Kejutan terbesar datang ketika Anda sedang syuting film yang tiba-tiba berubah.
“Ada pemandangan lain yang disebut Golden View. “Film ini tidak ada dalam naskahnya, tapi itulah yang membuat filmnya indah,” kata Zara.
Kehadiran Kang Abe dalam proses drama memberikan tekanan bagi para aktor, terutama Aboon yang berperan sebagai Athar.
“Banyak yang takut salah karena ada Kang Abe. Tapi untungnya dia sangat mendukung dan mempermudah prosesnya,” tambah Zara versi novelnya.
Meski film tersebut diangkat dari kisah nyata, Zara mengaku ada beberapa adegan yang dilakukan demi film tersebut.
“Ending filmnya tidak sama dengan aslinya, karena ada unsur aktornya,” ujarnya.
Hal ini menimbulkan ketegangan sekaligus rasa penasaran penonton yang ingin mengetahui apakah kisah cinta Athar dan Arora berakhir bahagia. Zara juga menceritakan bagaimana dia memilih karir filmnya.
“Saya tidak pernah bekerja jika saya tidak menyukainya atau jika saya tidak yakin. Jadi ketika saya membaca naskahnya, ada rasa kegembiraan sejak awal, jelasnya.
Menurutnya, keterlibatan emosional dan ketertarikan terhadap cerita adalah kunci kerja yang baik dan efektif.
Film ini juga berbicara tentang apa yang diharapkan orang tua dari anak-anaknya. Hal ini membuat Zara lebih cenderung memiliki audiens yang lebih muda.
“Semua orang tua mempunyai ekspektasi terhadap anaknya, terutama pasangan hidupnya,” kata Zara.
Pemaparan ini memberikan nuansa cerita yang realistis, menunjukkan bahwa cinta pertama tidak selalu berjalan baik, namun penuh tantangan yang menguji komitmen dan pengorbanan.
Proses pembuatan film ini penuh dengan emosi mulai dari tawa hingga tangis.
Zara mengungkapkan bahwa sebagian besar adegannya sangat emosional bagi para pemain dan penonton.
“Saya tidak sabar melihat reaksi penonton. “Ada saat-saat yang membuat mereka menangis, dan itu bisa berbeda untuk setiap orang,” katanya.
Cinta Dalam Ikhlas tidak hanya cocok untuk remaja saja namun juga bagi keluarga yang ingin menunjukkan arti cinta dan pengorbanan.
“Film ini membuka hati dan pikiran, cocok ditonton bersama orang tua atau siapapun yang ingin belajar tentang cinta sejati,” pungkas Zara.
Dengan berbagai momen tak terduga, dialog pedih, dan adegan relatable, Cinta Dalam Ikhlaas menawarkan pengalaman menonton yang tak terlupakan.
Akankah Athar dan Aurora bersatu kembali saat mereka dibebaskan? Jawabannya hanya bisa ditemukan dengan menonton film ini.
Film ini menyampaikan pesan bahwa cinta pertama bukan tentang seberapa cepat kita menemukannya, tapi bagaimana kita mempersiapkan diri untuk benar-benar menjalaninya.