Ada Campur Tangan Gempa Bumi dari Proses Terbentuknya Emas

ditphat.net, Jakarta – Para ahli geologi telah mengetahui selama beberapa dekade bahwa emas terbentuk dari kuarsa atau mineral lain melalui gempa bumi. Namun kini mereka mengetahui secara pasti bagaimana gelombang seismik membentuk bongkahan emas raksasa tersebut.

Emas terjadi secara alami di kuarsa. Ini adalah mineral paling melimpah kedua di kerak bumi setelah feldspar. Namun, tidak seperti jenis endapan emas lainnya, endapan yang ditemukan di kuarsa sering kali menyatu menjadi bongkahan emas yang sangat besar.

Nugget emas ini mengapung di tengah-tengah apa yang oleh ahli geologi disebut sebagai urat kuarsa. Urat kuarsa adalah retakan pada batuan kaya kuarsa yang melaluinya cairan hidrotermal dipompa secara berkala dari dalam kerak bumi.

“Emas selalu terbentuk di kuarsa. Yang aneh adalah pembentukan bongkahan emas ini sangat besar. Kita tidak tahu bagaimana itu bisa terjadi dan bagaimana mereka memineralisasi emas dalam jumlah besar di tempat yang begitu kecil dan tersembunyi.” Demikian perkataan Chris Voisey, ahli geologi di Monash University Australia, seperti dikutip dari situs Live Science, Kamis 5 September 2024.

Cairan hidrotermal membawa atom emas dari dalam dan memaksanya mengalir melalui urat kuarsa. Artinya, secara teori, emas akan tersebar merata di seluruh retakan dibandingkan terkonsentrasi di bongkahan emas.

“Nugget emas ini sangat berharga dan menyumbang hingga 75% dari seluruh emas yang pernah ditambang,” jelasnya. Dua petunjuk berbeda membantu Boise dan teman-temannya memecahkan misteri bongkahan emas.

Pertama, bongkahan emas terbesar ditemukan pada endapan emas orogenik, endapan yang terbentuk saat gempa bumi. Kedua, kuarsa adalah mineral piezoelektrik yang dapat menghasilkan muatan listriknya sendiri sebagai respons terhadap tekanan geologi, seperti gempa bumi.

Voisey juga menemukan bahwa gempa bumi mematahkan batuan dan mendorong cairan hidrotermal ke dalam urat kuarsa, mengisinya dengan emas cair. Menanggapi tekanan seismik, urat kuarsa secara bersamaan menghasilkan muatan yang bereaksi dengan emas, menyebabkannya mengendap dan mengeras.

“Kalau benar-benar disatukan, hasilnya akan sangat bersih,” ujarnya. Emas terkonsentrasi di tempat-tempat tertentu ‘karena emas yang dilarutkan dalam larutan lebih besar kemungkinannya untuk mengendap menjadi butiran emas yang sudah ada.’

Voisey melanjutkan dengan mengatakan bahwa emas pada dasarnya bertindak sebagai elektroda untuk reaksi lebih lanjut menggunakan tegangan yang dihasilkan oleh kristal kuarsa di dekatnya.

Artinya, emas dalam urat kuarsa mengeras menjadi gugusan yang tumbuh setiap kali terjadi gempa. Deposit emas orogenik terbesar yang pernah ditemukan memiliki berat sekitar 60 kg (130 pon). Untuk menguji gagasan ini, Voisey dan penelitinya mensimulasikan efek gempa bumi pada kristal kuarsa di laboratorium.

Mereka membenamkan kristal dalam cairan yang mengandung emas dan menciptakan muatan piezoelektrik yang meniru gelombang seismik. “Eksperimen ini menegaskan bahwa di bawah tekanan geologi, kuarsa dapat menghasilkan tekanan yang cukup untuk mengendapkan emas dari larutan,” ujarnya.

By ditphat

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *