ditphat.net – Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) III/Siliwangi, Mayjen TNI Mohammad Fadjar baru saja mengunjungi wilayah yang ditugaskan di Kodim 0619/Purwakarta.
Dalam kunjungan tersebut, banyak hal-hal di luar dugaan yang terjadi dan di luar rencana kegiatan sebelumnya.
Jadi sebenarnya Pangdam mendatangi Kodim Purwakarta hanya untuk singgah sebelum kembali ke Bandung, setelah melaksanakan kegiatan panen di wilayah Kodim Karawang.
Namun, itulah yang terjadi. Tiba-tiba, mantan Asisten Presiden RI itu tak langsung mendatangi Markas Kodim Purwakarta, malah menuju Kampung Gurudug, sebuah desa terpencil di Purwakarta yang menjadi lokasi dilakukannya Pembangunan Gedung TNI Manunggal (TMMD) 120.
Setelah menempuh perjalanan berkilo-kilometer melalui tanjakan terjal dan menurun, rombongan Mayjen TNI M Fadjar akhirnya sampai di Desa Gurudug.
Di sana, kehadiran Pangdam Siliwangi langsung disambut Komandan Kodim Purwakarta Letkol Inf Ardiansyah alias Raja Aibon Kogila.
Didampingi Raja Aibon dan Komandan Korem 063/Sunan Gunungjati, Kolonel Inf Bayu Sudarmanto, Pangdam Siliwangi menghampiri para prajurit yang sedang sibuk dengan pembangunan jalan yang menjadi sasaran fisik TMMD dan berdiskusi.
Datang ke desa bukan sekedar kerja murni. Pokoknya kerja non fisik. Kalian adalah kekuatan peluncur tentara Indonesia, tombak tentara harus selalu dekat. masyarakat Jangan bekerja terus menerus, lalu pulang istirahat Anda “tidur di rumah rakyat, dan Anda anjangsana, itulah hakikat persatuan TNI dengan rakyat”, Mayjen TNI M Fadjar.
Nah, hal tak terduga lainnya terjadi. Ternyata setelah melihat pengerjaan jalan TMMD, Mayjen TNI M Fadjar tak langsung berbelok ke kanan menuju markas Kodim. Ia meminta sepeda motor disiapkan dan mengajak mereka berkendara melintasi kawasan hutan lebat di pinggiran desa.
Oleh karena itu, berdasarkan informasi yang diperoleh ditphat.net Militer, hutan lebat yang disebut juga leeung ini sebenarnya dulunya memiliki akses jalan yang menghubungkan Desa Gurudug dengan Ranca Darah. TNI membangun jalan tersebut melalui program ABRI Masuk Desa (AMD) pada tahun 1982. Namun karena tidak ada perhatian dari pihak terkait, lama kelamaan jalan tersebut rusak parah dan kembali menjadi gurun.
Padahal, jalan ini merupakan akses terdekat masyarakat Desa Gurudug menuju Kantor Kecamatan Pondok Salam. Dan jalan ini menjadi akses utama masyarakat untuk mengangkut hasil pertanian dari sawah dan perkebunan di sekitar hutan.
Dengan menggunakan sepeda motor trail milik Pangdam Siliwangi (Babinsa), ia langsung tancap gas dan menembus marka jalan yang kini dipenuhi semak belukar.
Terkadang Panglima TNI berhenti di tengah perjalanan untuk beristirahat sambil berdiskusi dengan Raja Aibon dan Kolonel Inf Bayu mengenai nasib akses jalan tersebut dan rencana TNI ke depan untuk memulihkannya.
Usai berdiskusi, Panglima melanjutkan perjalanan menyusuri jalan terjal dan bergelombang hingga akhirnya sampai di kawasan Ranca Darah, kawasan yang dulunya pernah menjadi lokasi pertempuran berdarah antara pejuang Indonesia dan pasukan VOC.
Nama Ranca Darah berasal dari kata Ranca yang berarti rawa dan darah atau rawa berdarah. Jadi konon kata rawa menggambarkan kondisi mengerikan di sekitar jalanan sana yang penuh dengan mayat dan darah yang tertumpah setelah terjadi pertempuran hebat antara para pejuang dan penjajah.
Baca: Gemuruh Jell, Pasukan TNI Maung 619 Siliwangi Lari Arak Raja Aibon Kogila