ditphat.net Tekno – Keamanan siber menjadi topik yang sangat penting di era digital saat ini. Ketergantungan terhadap internet dan teknologi digital terus meningkat, seiring dengan ancaman serangan siber.
Oleh karena itu, infrastruktur keamanan yang kuat merupakan aset penting dalam melindungi data dan informasi sensitif dari peretas. Ancaman serangan siber bisa menimpa siapa saja, baik individu, organisasi, bahkan negara.
Data dari World Economic Forum’s (WEF) Global Risk Report 2024 menjelaskan bahwa serangan siber merupakan risiko global terbesar ke-5 yang menjadi perhatian responden pemerintah dan sektor swasta.
Siber Nasional
Jadi, solusi keamanan seperti apa yang Anda perlukan untuk melindungi diri Anda dari serangan siber? Dalam dunia siber, tidak cukup hanya berfokus pada teknologi keamanan saja.
Ada aspek lain yang kurang penting yaitu “Orang” yang perlu diketahui manajer tentang keamanan siber dan “Proses” yang digunakan untuk melaksanakan rencana kelangsungan bisnis (Business Continuity Plan atau BCP).
“Saat ini, banyak organisasi mengandalkan keamanan siber berbasis teknologi atau berorientasi teknologi, dengan asumsi bahwa memasang firewall, EDR (Endpoint Detection and Response) atau WAF (Web Application Firewall) sudah cukup untuk menjamin keamanan Internet. Faktanya, cara ini dilakukan semuanya salah total,” kata Product Manager D Trust Paulus Miki Resa Gumilang pada Kamis, 25 Juli 2024.
Menurutnya, selain memperhatikan keamanan siber, ketahanan siber juga harus ditekankan.
Esensinya adalah untuk memastikan bahwa jika terjadi serangan, sistem akan pulih dan berfungsi normal dalam waktu singkat.
Peristiwa Pusat Data Sementara Nasional atau PDNS 2 yang menimpa Kementerian Komunikasi dan Informatika merupakan salah satu contoh krisis keamanan siber yang berdampak pada pelayanan publik.
Oleh karena itu, semua sektor, termasuk usaha kecil, menengah, besar, dan pemerintah, perlu menerapkan paradigma keamanan yang tepat dan komprehensif untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali.
Toleransi siber
Misi tersebut melibatkan metode yang efisien dan efektif serta kesiapan untuk merespons dan pulih dengan cepat terhadap suatu serangan, sehingga menjamin kelangsungan operasional.
“Setiap pengguna harus memahami perannya dalam pemulihan insiden siber. Untuk menyediakan sistem yang lengkap dan andal, keamanan dan ketahanan siber harus berjalan seiring,” kata Paulus.