Perempuan Ini Tidur dengan 101 Pria dalam Sehari, Target Berikutnya 1000 Lelaki 24 Jam

Inggris, ditphat.net – Lily Phillips, influencer tic-tac berusia 23 tahun asal Derbyshire, kini tengah menjadi perbincangan publik usai berbagi pengalaman yang menuai reaksi beragam di dunia maya. Dalam video viral yang diunggahnya, Lily mengaku pernah berhubungan seks dengan 101 pria dalam satu hari, klaim tersebut menuai komentar positif dan negatif.

Dalam pemberitaan Metro.co.uk pada Rabu, 7 November 2024, Lily mengungkap pengalamannya di media sosial yang menuai beragam reaksi masyarakat, mulai dari komentar mendukung hingga kritik pedas.

Beberapa orang melihat tindakannya sebagai bentuk kebebasan berpendapat, sementara yang lain mempertanyakan keterbatasan moralitas dan dampaknya terhadap persepsi publik terhadap seksualitas dan martabat perempuan.

Dalam video TikToknya, Lily menjelaskan bahwa pengalaman seksualnya bukan untuk menarik perhatian atau menantang norma sosial, melainkan sebagai bentuk kebebasan pribadi.

Tentu saja pernyataan tersebut memancing reaksi beragam di kalangan netizen. Beberapa orang melihat tindakan Lily sebagai pemberontakan terhadap nilai-nilai tradisional, sementara yang lain mengkritiknya karena menganggap perilaku tersebut dapat berdampak negatif terhadap remaja putri lainnya. Beberapa orang mengatakan praktik-praktik ini memperkuat stereotip negatif tentang perempuan dan gender.

Meski demikian, Lily tak terpengaruh dengan kritikan yang datang padanya. Ia menegaskan, dirinya tidak berusaha mengajak remaja putri mengikuti jejaknya, namun ingin menyampaikan pengetahuan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan seksual. “Kamu bisa tidur dengan siapa saja dan tidak jorok atau jorok,” kata Lily seperti dikutip Metro.co.uk.

Pada saat yang sama, banyak yang mengkritik langkah ini. Komentar di video TikTok tentang pengalamannya mendapat kecaman dari sejumlah orang. Banyak yang menilai perilaku tersebut bisa menjadi contoh buruk bagi generasi muda, khususnya perempuan.

Salah satu komentator dari @faithholden_ bahkan menulis: “Saya diciptakan untuk lebih dari ini,” mengungkapkan keprihatinan tentang apa yang dapat dilihat sebagai “kerusakan moral.” 

Komentar lain dari @cooooks berbunyi: “Ini sungguh menyedihkan dan saya harap Anda baik-baik saja.” Beberapa komentator juga mempertanyakan dukungan orang tua Lily yang mendukung pilihan karirnya di industri dewasa, dengan mengatakan bahwa orang tuanya seharusnya malu.

Namun Laila membantah keras hal tersebut. Ia menekankan, masyarakat harus lebih terbuka terhadap kenyataan bahwa tidak semua orang mempunyai pendapat yang sama. Ia mengatakan, banyak komunitas yang merasa nyaman menjalani kehidupan kotor atau ikut pesta seks, dan itu bukan hal yang memalukan.

“Sangat menyedihkan betapa banyak reaksi kebencian yang saya dapatkan, padahal itu bagian dari kebebasan seksual,” ujarnya.

Bertentangan dengan anggapan umum, Lily mengungkapkan bahwa keluarganya, termasuk orang tuanya, mendukung pilihannya untuk bekerja di industri dewasa. Dia mengatakan ibunya membantunya mengatur keuangan dan selalu menasihatinya untuk tetap aman.

Lily juga membagikan video TikTok terbarunya, di mana ayahnya berkata: “Saya sangat senang jika kamu bahagia, saya tahu kamu bahagia. Ibumu dan saya bangga padamu,” lapor Metro.co.uk. .

Namun hal ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai peran orang tua dalam memberikan bimbingan moral kepada anak, terutama mengenai kebebasan seksual yang semakin terbuka di era digital ini. Lily menegaskan, keputusan yang diambilnya merupakan hasil pertimbangan pribadi dan tidak meminta persetujuan orang lain.

Tak hanya berhubungan seks dengan 101 pria dalam satu hari, Lily kini juga berhubungan seks dengan 1000 pria dalam 24 jam. Tentu saja, hal ini memicu beragam reaksi online, banyak yang bertanya-tanya bagaimana dia bisa melakukannya secara fisik, mengingat para pria yang berpartisipasi dalam waktu singkat.

Terapis seks dan pendidik seks Ness Cooper mengatakan aktivitas Lily sebagai “hard porn” tidak selalu membantu. “Pornografi mendapat stigma karena melanggar norma sosial, tapi bukan berarti seksualitas yang digambarkan dalam pornografi adalah apa yang dilakukan orang di luar pornografi,” kata Ness kepada Metro. kata Ness kepada Metro.

Ness juga menekankan bahwa pornografi dapat menjadi alat pendidikan sosial tentang seksualitas dan erotisme, terutama ketika materi pendidikan seks lainnya terbatas. Dia mengatakan: “Kita perlu berhenti menyensor materi pendidikan seks dari sumber lain, seperti mendukung pendidikan seks yang sehat di sekolah dan perguruan tinggi, karena hal ini akan memberikan lebih banyak pengetahuan dan kemandirian kepada generasi muda untuk memilih jenis kelamin dan kehidupan seksualitas mereka. Menelan dengan aman memungkinkan mereka untuk memilih menilai mana yang sehat dan mana yang tidak.

Pakar keintiman dan hubungan Dr. Tara menambahkan bahwa pornografi tidak boleh memperkuat gagasan seksual yang salah, tetapi dapat digunakan untuk mempromosikan kemandirian seksual dan pemahaman yang sehat.

Pandangan ini sejalan dengan gagasan bahwa meskipun pornografi sering dikaitkan dengan nilai perempuan, tidak semua yang ditampilkan dalam media tersebut menghargai individu yang terlibat. Dalam konteks ini, pendidikan seksualitas yang lebih baik dan terbuka di sekolah dan universitas dapat memberikan pemahaman yang sehat mengenai seksualitas.

By ditphat

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *