ditphat.net TECHNO – Banyak pengguna sistem operasi Microsoft Windows di seluruh dunia mengalami Blue Screen of Death (BSOD).
Akibat kejadian tersebut, terjadi konflik dalam sistem penerbangan dan perbankan di berbagai negara mulai dari Amerika, Australia hingga Eropa.
United, Delta, dan American Airlines yang berbasis di AS telah mengeluarkan “jeda global” pada semua penerbangan mereka, lapor BBC.
Maskapai penerbangan Virgin Australia dan Jetstar juga harus menunda atau membatalkan penerbangan, dan supermarket serta lembaga penyiaran di Australia terpaksa tutup.
Di saat yang sama, Bandara Changi Singapura juga terkena dampaknya, sehingga pihak berwenang menyelesaikan proses pemeriksaan sendiri.
Menurut laporan dari banyak pengguna Microsoft Windows, konflik terjadi setelah pengguna OS Windows memperbarui sistem keamanan Microsoft CrowdStrike versi terbaru.
Mengutip pesan dari kantor berita ABC, CEO CrowdStrike George Kurtz menjelaskan bahwa pemadaman besar-besaran yang dialami sebagian besar dunia adalah akibat dari cacat yang ditemukan dalam satu pembaruan konten untuk host Windows.
CrowdStrike merupakan software keamanan siber yang banyak digunakan oleh banyak perusahaan termasuk bank di seluruh dunia, layanan kesehatan termasuk Microsoft.
CrowdStrike berbasis cloud melindungi data dari serangan dunia maya, termasuk ransomware dan pelanggaran data.
Perusahaan keamanan siber besar ini beroperasi di seluruh dunia melalui penjualan perangkat lunak dan investigasi peretasan besar-besaran.
Perusahaan juga membantu melakukan investigasi keamanan siber untuk pemerintah AS. Misalnya, CrowdStrike telah melacak peretas Korea Utara selama lebih dari satu dekade,
CrowdStrike juga ditugaskan melacak kelompok peretas yang meretas Sony Pictures pada tahun 2014.