
Jakarta, ditphat.net-The Sword Argican Health (WHO) baru-baru ini menerbitkan laporan tentang penyakit kolera global untuk tahun 2023.
Baca Juga : Refal Hady Petik Pelajaran Berharga dari Peran Daku di Film Cinta Tak Pernah Tepat Waktu
Menurut data ini, pada tahun 2023 ada peningkatan yang signifikan dalam jumlah kasus dan kematian, dibandingkan dengan 2022 untuk informasi tambahan, gulir!
Dilaporkan bahwa jumlah kematian meningkat sebesar 71 persen dan jumlah kasus meningkat sebesar 13 persen. Pada tahun 2023, lebih dari 4.000 orang terbunuh di seluruh dunia, yang dapat dicegah dan dirawat.
Kasus Hallow dan kematian terdaftar dari 35 negara pada tahun 2021, 44 negara di tahun 2022 dan 45 negara pada tahun 2023, yang menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam penyakit ini. Sebagian besar kasus dilaporkan ditemukan pada anak -anak di bawah 5 tahun.
Seperti yang ditentukan, kolera adalah infeksi usus akut yang biasanya menyebar ke air dan makanan yang terkontaminasi. Daerah yang paling terkena dampak biasanya memiliki sanitasi dan kemurnian yang sangat buruk, korban bencana alam dan memiliki akses terbatas ke layanan medis yang tepat.
Alasan untuk meningkatkan kasus kolera
Baca Juga : Terpopuler: Denny Sumargo Terseret Kasus Agus Salim, Kimberly Bongkar Sikap Asli Edward Akbar
Menurut WHO, ada sejumlah alasan yang merupakan peserta utama dalam kolera dan kematian di seluruh dunia. Beberapa dari mereka, perubahan iklim, konflik di wilayah tersebut, kurangnya aksesibilitas air bersih, sanitasi yang buruk, keterbelakangan, kemiskinan dan penularan populasi yang disebabkan oleh konflik yang muncul dan sekali lagi merupakan bencana alam.
Penting untuk dicatat fakta bahwa dalam distribusi geografis kasus kolera pada skala global ada perubahan besar. Misalnya, laporan WHO menyatakan bahwa 32 persen dari Asia dan Timur Tengah terdaftar dari tahun 2022 hingga 2023, serta peningkatan kasus 125 persen dari Afrika. Dalam kebanyakan kasus, Afrika juga dilaporkan, yang menekankan kesenjangan akses.